Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Metode Tafsir Maudhu'i (Tematik)

Metode Tafsir Maudhu'i (Tematik)

Sebagaimana telah Penulis utarakan sebelumnya bahwa para ulama besar kita telah menunjukkan perhatiannya terhadap Al-Quran dengan menulis kitab tafsir yang di antaranya menghimpun diskursus teologis ( kalam ) dan mazhab-mazhab teologis. Ada yang bentuknya ringkas dan ada pula yang dijelaskan dengan panjang lebar.

Di antara karya tafsir mereka, ada yang menghimpun diskursus balaghah dan ada pula yang menghimpun diskursus kebahasaan. Alhamdulillah, kini kita memiliki kitab-kitab tafsir tentang hampir semua disiplin keilmuan. Atas karya yang telah dihasilkan para ulama, setidaknya kita dapat menggolongkan mereka dalam orang-orang yang taat kepada Allah sepanjang usianya sehingga rela mengorbankan segenap usianya untuk memperhatikan Al-Quran Mudah-mudahan,

Sayangnya, ulama besar kita ini tidak berminat untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang satu tema dan menuturkan keseragaman misinya walaupun mempunyai latar belakang asbab an-nuzul berbeda. Kami belum pernah mendengar mereka-kecuali beberapa ulama saja-mengkaji sebuah surat dengan kajian yang universal ( tidak parsial ), yang mengemukakan pula kaitan antara satu bagian surat dan bagian lain, sehingga kelihatannya surat itu mirip seperti bentuk yang sempurna. Dan juga bias saling melengkapi.

Mengkaji sebuah surat Al-Quran sebagai satu kesatuan akan menghasilkan penafsiran yang memuaskan, yang di dalamnya dijelaskan misinya yang umum dan khusus; serta keterkaitan antara tema-tema yang ada sehingga tampak keseragamannya.

Ulama yang menempuh pengkajian seperti ini, di antaranya adalah Al-Alamah, Al-Fakhr Ar Razi yang amat berjasa dalam hal ini. Cara ini ditempuh pula oleh DR Muhammad Mahmud Hijazi -semoga Allah merahmatinya-dala Tafsir Al-Wadhih. Di dalam Al-Muwafaqat, Asy Syathibi menulis sebuah kajian menarik tentang persoalan ini. Beliau menyebutkan bahwa Satu surat, walaupun memiliki hukum dan makna yang berbeda, akan tetapi pada hakikatnya memilik tujuan yang seragam.

Adapun untuk menghimpun seluruh ayat, Al-Quran yang berbicara tentang tema serupa dan diberi judul yang sama. digunakanlah metode maudhui ( tematik ). Meskipun tergolong baru di fakultas Ushuluddin, metode ini mulai digunakan oleh ustadz-ustad: yang mulia, dan hasilnya sudah dapat kita rasakan sekarang. Ini sekaligus membuktikan bahwa pada masa modern ini kita membutuhkan metode penafsiran ini.

Baca juga: Metode Tafsir Ijmali

Macam-Macam Tafsir Maudhu’i

Bertolak dari pengantar di atas, kita melihat dua macam tafsir maudhui. Keduanya mempunyai tujuan sama, yaitu menyingkap hukum hukum, keterikatan, dan keterkaitan di dalam Al-Quran; menepis anggapan adanya pengulangan di dalam Al-Quran sebagaimana yang dilontarkan oleh para orientalis, dan menangkap petunjuk Al-Quran mengenai kemaslahatan makhluk, berupa undang-undang syari'at yang adil yang mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kedua macam tafsir maudhui itu adalah berikut ini:
  1. Mengkaji sebuah surat dengan kajian universal ( tidak parsial ). yang di dalamnya dikemukakan misi awalnya, lalu misi utamanya; serta kaitan antara satu bagian surat dan bagian lain sebagai contoh adalah surat Saba' ayat 1 dan 2. Surat ini pada awalnya berkenaan dengan pujian bagi Allah disertai dengan penyebutan kemahakuasaan Allah. Setelah itu, pada ayat tersebut Allah menjelaskan pengetahuan-Nya yang maha universal, kekuasaan-Nya yang menyeluruh, dan kehendak Nya yang sangat bijaksana.
  2. Menghimpun seluruh ayat Al-Quran yang berbicara tentang tema yang sama. Semuanya diletakkan di bawah satu judul, lalu ditafsirkan dengan metode maudhu'i. Kalau disebut tafsir maudhi't. konotasi seperti inilah yang dimaksud.

Baca juga: Metode Tafsir Muqarran

Definisi Tafsir Maudhu’i

Tafsir Maudhui menurut pengertian istilah para ulama adalah:”Menghimpun seluruh ayat Al-Quran yang memiliki tujuan dan tema yang sama. Setelah itu disusun berdasarkan kronologis turunnya ayat tersebut kalua ada. Langkah selanjutnya yang ditempuh adalah dengan menjelaskan seluruh aspek yang dapat dikaji. Hasilnya diukur dengan timbang teori-teori akurat sehingga si mufassir dapat menyajikan tenia secat utuh dan sempurna. Bersamaan dengan itu, dikemukakan pula tujuannya yang menyeluruh dengan ungkapan yang mudah dipahami sehingga bagian-bagian yang terdalam sekali pun dapat diselami.

Al-Quran sesungguhnya menghimpun tema-tema yang perlu digali dengan menggunakan metode maudhu'i ( tematik ). Dari sana kita dapat menetapkan undang-undang kehidupan yang siap berhadapan dengan perubahan dinamika kehidupan, undang-undang wadh'iyyah, dan unsur-unsur eksternal yang kita hadapi dalam keberagamaan kita sehari-hari. Sebagai contoh, ayat-ayat yang menetapkan ketuhanan dan keesaan Allah banyak terdapat pada surat-surat Makiyyah dan surat-surat Madaniyyah.

Seandainya ada seorang mufassir menghimpun aya ayat itu lalu mengurutnya atas dasar semangat metode maudhu’i ( tematik ) dan menguraikannya dengan dalil-dalil yang jelas dan tepat. tidak akan ada lagi keraguan di dalani hati orang-orang kafir.

Baca juga: Metode Tafsir Tahlili

Faktor Yang Melatarbelakangi Perhatian Para Ulama Kini Terhadap Tafsir Maudhu'i

Mengingat Al-Quran merupakan kitab suci samawi yang diturunkan kepada Nabi yang paling sempurna dan menghimpun berbagai pengetahuan yang luhur, merupakan hal yang logis apabila di dalamnya ditemukan keindahan dan keagungan yang hampir-hampir tidak dapat ditemukan.

Tatkala Al-Quran ditujukan kepada seluruh manusia, apa pun jenisnya, juga tatkala dakwahnya yang luhur adalah menyucikan jiwa, menjelaskan akidah, melepaskan belenggu rasialisme dan nasionalisme, serta menegakkan undang-undang konvensional yang destruktif, tentunya Allah tidak menuntut apa-apa dari kita, selain memahami dan merenungkan firman Nya. Sebab, Al-Quran diturunkan sebagai cahaya dan petunjuk hagi seluruh manusia.

Syari'at dan hukum-hukum yang dikandungnya-yang nota bene merupakan agama ketuhanan dan petunjuk yang dapat membimbing manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat fidak mungkin dapat diamalkan dengan benar sebelum dipahami terlebih dahulu. Memperhatikan objek-objek itu tidak lebih penting daripada memperhatikan syari'at dan hukum Al-Quran yang hasilnya-juga dapat menyingkap ketinggian nilai sastra Al-Quran.

Al-Quran harus dikaji dengan baik dan seksama agar kita mampu menetapkan hukum-hukum yang berkaitan erat dengan kehidupan dan permasalahan manusia, serta menjelaskan norma norma Al-Quran yang menyangkut politik, kemasyarakatan. perekonomian, keamanan, dan perjalanan menuju Tuhan, sehingga mereka merasakan Al-Quran telah membumi dan tidak mengawang-awang.

Para peneliti sekarang, baik dari kalangan muslim ataupun nonmuslim, tidak dapat mencapai tujuan-tujuan di atas dengan menggunakan produk-produk penafsiran tahlili. Ada beberapa alasan untuk itu:
  • Mereka membutuhkan metode penafsiran yang lebih praktis untuk memecahkan kemuskilan dan menangkap kesatuan tema dalam Al-Quran walaupun terdiri atas berbagai ayat yang bunyi dan maknanya berbeda. Metode itu adalah maudhu'i ( tematik ). Dengan menggunakan metode ini, mereka akan melihat satu kesatuan tema yang saling melengkapi. Oleh karena itu, mereka tidak membutuhkan metode tahlili untuk sampai pada tema-tema Al-Quran.
  • Sebagian dari mereka tidak memiliki konfidensi, kualifikasi, dan wawasan yang memadai untuk mengkaji Al-Quran sehingga dapat menghimpun pecahan tema-tema Al Quran menjadi satu kesatuan yang sempurna.
  • Mereka tidak memiliki wawasan kebudayaan Islami yang mendorong untuk melakukan kajian-kajian keislaman dalam merambah tujuan hidupnya. Oleh karena itu, mereka menjadi bingung tanpa mengetahui jalan mana yang harus ditempuh.

Baca juga: Kaedah Penting Dalam Penafsiran Al-Qur'an

Pada zaman modern ini, kita mendapati beberapa orang, balk dari kalangan muslim maupun non muslim, yang -atas nama ilmu- melakukan kajian tema-tema Al-Quran. Namun, yang mereka hasilkan adalah keraguan dan paham-paham yang batil. Itu disebabkan karena mereka tidak memiliki kapabilitas untuk melakukan tafsir metode tematik tersebut.

Oleh karena itu, merupakan satu keharusan bagi para ulama dan para imam tafsir pada zaman moderen ini untuk menelaah tema tema Al-Quran dengan menggunakan perangkat keilmuan modern sehingga misi-misi Al-Quran dapat disingkapkan.

Tuduhan-tuduhan palsu tentang Islam yang dilontarkan kalangan orientalis atau orang Islam yang kebarat-baratan sebenarnya merupakan akibat tidak dikajinya Al-Quran dengan metode maudhui ( tematik ), atau akibat dikajinya Al-Quran dengan metode maudhu'i ( tematik ) yang tidak prosedural.

Mengingat pembahasan metode tematik sangat bermanfaat dan urgen, kami yang sedang mereformasi metode dakwah Islamiyyah lebih membutuhkan lagi. Tujuannya agar kami mampu mengantisipasi perkembangan masa kini; memberikan penyelesaian terhadap kepentingan-kepentingan manusia, dan menjawab berbagai persoalan masa kini, ketika generasi kita sedang dihadapkan kebimbangan dan kebingungan.

Terlebih lagi Allah telah membentangkan alam semesta yang luas di hadapan kita, dan banyak pakar yang lahir karena pengamatannya terhadap alam ini. Dengan demikian, seharusnya kita menjadi juru pengajak mereka menuju jalan Allah. Kemudian kewajiban kita adalah mengajak mereka kepada Islam yang telah diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh Rasulullah beserta para sahabatnya dengan pedangnya, dan banyak orang menegakkan agama Allah.

Prosedur Tafsir ( Metode ) Maudhui ( Tematik )

Metode yang mirip dengan tafsir maudhui ( tematik ) sudah ada sejak dahulu. Akan tetapi tafsirnya belum merupakan satu metode. Juga tidak memiliki prosedur jelas yang berdiri sendiri. Yang dapat kita katakan adalah bahwa saat itu sudah ada benih metode maudhu'i ( tematik ). Telah kami katakan di muka bahwa sebagian mufassir dahulu ada yang mengangkat salah satu tema Al-Quran dalam karya mereka.

Ada pula yang menggunakan maudhu't ( tematik ) pada beberapa bagian kitab tafsir mereka. Ulama yang pertama kali memperkenalkan metode ini adalah DR. Ahmad As-Sa'id Al Kumi. Beliau adalah ketua jurusan Tafsir di Universitas Al-Azhar. Langkah beliau dalam menggunakan metode ini kemudian diikuti oleh oleh teman-teman dan mahasiswa-mahasiswanya. Dapat kami rumuskan bahwa prosedur metoide maudhui ( tematik ) adalah berikut ini:
  1. Menetapkan masalah yang akan dibahas ( topik );
  2. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut;
  3. Menyusun runtutan ayat, sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab an-nuzul-nya;
  4. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing;
  5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna ( out line );
  6. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan;
  7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengompromikan antara yang ‘am ( umum ) dan yang khash ( khusus, mutlak dan muqayyad ( terikat ), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga semuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan.
Metode maudhu'i ( tematik ) ini terbilang baru di Fakultas Ushuluddin, tetapi sekarang banyak karya yang ditulis oleh pakar pakar kenamaan yang menggunakan metode ini.

Kedudukan Metode Maudhu'i dalam Tafsir Al-Qur’an

Metode maudhui ( tematik ) memiliki spesifikasi yang tidak dimiliki oleh metode tafsir lainnya. Setelah mengamati secara saksama urgensi serta prosedur metode maudhui ( tematik ), siapa pun tidak akan membantah bahwa metode ini merupakan yang terbaik untuk menafsirkan Al-Quran.

Al-Hafizh Ibn Katsir-dalam kitab tafsirnya-berkata,”Jika ada seseorang yang bertanya,”Mana metode yang paling baik untuk menafsirkan Al-Quran ? “Jawabannya, adalah menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran sendiri sebab kandungan yang bersifat global dalam suatu ayat akan dijelaskan oleh ayat lain.

Imam As-Suyuthi, di dalam bahasan”Ma'rifat Syuruth al Mufassir wa Adabih,”menceritakan bahwa para ulama berkata,”Siapa saja yang hendak menafsirkan Al-Quran, carilah terlebih dahulu tafsirannya dalam Al-Quran sendiri.

Keistimewaan ( Metode ) Maudhui ( Tematik )

Jika diamati dengan saksama, metode tafsir maudhui ( tematik ) sesuai dengan selera, pemikiran, dan kepentingan manusia saat ini, dan sejalan dengan perkembangan zaman modern, zaman yang para generasinya sedang dihadapkan berbagai kebingungan. Seandainya telaah-telaah Qur'ani dilakukan dengan metode modern, tentu manusia dan pikirannya akan merasa tenang menghadapi berbagai tantangan dan perkembangan teknologi. Mereka pun tentunya akan tahu benar hal-hal yang dapat menjauhkan dirinya dari agama.

Di antara keistimewaan metode tafsir maudhui ( tematik ) adalah sebagai berikut:
  1. Metode ini menghimpun semua ayat yang memiliki kesamaan tema. Ayat yang satu menafsirkan ayat yang lain. Dalam beberapa hal, metode tematik ini juga sama dengan tafsir bi al-ma'tsur. Ini lebih mendekati kebenaran dan jauh dari kekeliruan.
  2. Peneliti dapat melihat keterkaitan antarayat yang memiliki kesamaan tema. Oleh karena itu, metode ini dapat menangkap makna, petunjuk, keindahan, dan kefasihan Al-Quran,
  3. Peneliti dapat menangkap ide Al-Quran yang sempurna dari ayat ayat yang memiliki kesamaan tema.
  4. Metode ini dapat menyelesaikan kesan kontradiksi antar ayat Al Quran yang selama ini dilontarkan oleh pihak-pihak tertentu yang yang memiliki maksud jelek,”dan dapat menghilangkan kesan permusuhan antara agama dan ilmu pengetahuan.
  5. Metode ini sesuai dengan tuntutan zaman modern yang mengharuskan kita merumuskan hukum-hukum universal bersumber dari Al-Quran bagi seluruh negara Islam.
  6. Dengan metode ini, semua juru dakwah, baik yang profesional -meupun amatiran, dapat menangkap seluruh tema-tema Al Quran. Metode tematik memungkinkan mereka untuk sampai pada hukum-hukum Allah. serta memastikan kita untuk menyingkap rahasia dan kemuskilan Al-Quran sehingga hati dan akal kita merasa puas terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya kepada kita.
  7. Metode ini dapat membantu para pelajar secara umum untuk sampai pada petunjuk Al-Quran tanpa harus merasa lelah dan hertele-tele menyimak uraian kitab-kitab tafsir yang beragam itu.
  8. Kondisi saat ini sebagaimana dikatakan DR. As-Sayyid Al Kumi, membutuhkan sebuah metode tafsir yang lebih cepat menemukan pesan-pesan Al-Quran, khususnya pada zaman sekarang ketika atmosfir agama banyak dikotori oleh debu-debu penyimpangan, dan langit kemanusiaan telah ditutupi awan kesesatan dan kemusyrikan.
Kekeliruan Seputar Penerapan Metode Tafsir Maudhu'i ( Tematik )

Ada empat hal yang harus disadari oleh siapa saja yang menggunakan metode Tafsir maudhui ( tématik )
  1. Hendaklah disadari bahwa dengan menggunakan metode ini. jangan berkesimpulan telah menafsirkan Al-Quran memiliki Keindahan, keajaiban, dan keagungan yang hakikat sebenarnya tidak akan diketahui. Sebab, jika dengan menggunakan metode ini ia berkesimpulan telah menafsirkan Al-Quran secara utuh. Akan tetapi tidak dapat menemukan misi-misi Al-Quran. Ia juga tidak akan percaya diri dan merasa ragu sehingga kesimpulan yang dihasilkannya akan keliru. Baik dilihat dari semangat metode tafsir secara umum karena memang ia tidak menggunakannya atau dilihat dari semangat metode maudhui.
  2. Hendaklah disadari bahwa yang diteliti oleh metode ini hanyalah tema yang telah ditentukan, bukan di luar itu. Jika tidak, ia tidak akan melihat keindahan bahasa Al-Quran: tidak akan merasakan kemukjizatan, Al-Quran, dan tidak menemukan keindahan korelasi antarayat sebagaimana yang dikemukakan oleh metode tahlili. Hendaklah disadari bahwa Al-Quran turun secara berangsur angsur ( tadarruf ). Al-Quran diturunkan dalam jangka waktu 23 tahun seiring dengan peristiwa yang melatarbelakanginya; atau dalam rangka menegaskan suatu ketentuan hukum; menjawab pertanyaan: meringankan beban hukum yang telah diturunkan: atau menaskh hukum yang telah ditetapkan. Orang yang tidak mengetahui mana surat / ayat yang lebih dahulu atau belakangan turun, asbab an-nuzul, munasabat ( korelasi ) antarsurat / ayat, sunah-sunah Nabi, dan pendapat para sahabat, akan tergelincir dalam kekeliruan.
  3. Ikutilah prosedur metode maudhu’i dengan konsekwen dan teliti. Jika tidak, maka format sebuah tema Al-Qur’an yang utuh tidak akan ditemukan.
Karya-Karya Tafsir Maudhu'i

Telah diutarakan di muka bahwa karya-karya yang hanya membahas satu tema juga telah lahir dari ulama-ulama dulu. Setelah metode tafsir maudhu'i diperkenalkan maka muncullah karya tafsir yang menggunakan metode maudhu’i sebagai contoh adalah Muhammad Abduh dipandang sebagai pemimpin gerakan penulisan kitab tafsir dengan menggunakan metode ini.

Lalu muncullah Syaikh Mahmud Syaltut, jebolan dari perguruan Muhammad Abduh la adalah orang yang pertama kali menulis kitab tafsir dengan menggunakan metode maudhui secara utuh. Setelah karyanya, bermunculanlah karya lain seperti:
  1. Al-Mar'ah fi Al-Quran Al-Karim; karya Abbas Al-Aqqad.
  2. Ar-Riba fi Al-Quran Al-Karim, karya Abu Al-A'la Al-Maududi.
  3. Al-Aqidah min Al-Quran Al-Karim, karya Muhammad Abu Zahrah.
  4. Al-Uluhiyyah wa Ar-Risalah fi Al-Quran Al-Karim, karya Muhammad As-Samahi.
  5. Al-Insan fi Al-Quran Al-Karim, karya DR. Ibrahim Mahnan.
  6. Muqawwamat Al-Insaniyyah fi Al-Quran Al-Karim, karya DR. Ibrahim Mahnan.
  7. Ayat Al-Qasam fi Al-Quran Al-Karim, karya DR. Ahmad Kamal Al-Mahdi.
  8. Al-Washaya Al-Asyr, karya Imam Akbar Mahmud Syaltut.
  9. Washaya Surat Al-Isra, karya DR. Abd Al-Hayy Al-Farmawi.
Sebagian dari kitab di atas, ada yang menerapkan metod maudhui secara utuh dan ada pula yang tidak.

Referensi:
  1. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir oleh TM. Hasbi Ash-Shidieqy
  2. Tafsir Tematik tulisan Abdul Hayy Al-Farmawi