Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Metode Tafsir Muqarran ( Perbandingan / Komparasi )

Metode Tafsir Muqarran ( Perbandingan / Komparasi )
Metode tafsir Muqaran adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Quran dengan merujuk pada penjelasan-penjelasan para mufassir.

Tafsir muqaran atau tafsir perbandingan. Muqaran berasal dari kata qarana, maknanya membandingkan dua hal untuk melihat persamaan dan perbedaan. Tafsir Muqarran adalah suatu metode yang digunakan untuk membandingkan tafsir yang berupaya menjelaskan arah dan kecenderungan masing-masing mufassir dalam menafsirkan Al-Qur'an. Juga berfungsi untuk menganalisis faktor yang melatar belakangi seorang mufassir. Juga menganalisa arah dan kecenderungan para mufassir.

Dengan cara ini dimaksudkan agar bisa menganalisis dan menemukan mufassir yang dipengaruhi perbedaan mazhab dalam penafsiran serta menilai mufassir yang bertendensi yang memperkuat suatu mazhab tertentu dalam penafsiran.

Said Agil Munawar dan Quraish Shihab mendefinisikan tafsir muqaran sebagai metode penafsiran yang membandingkan tafsir yang satu dengan tafsir lainnya dari sisi antar ayat Al-Qur'an. Ataupun juga berkenaan dengan ayat Al-Qur'an yang satu dengan ayat Al-Qur'an yang lain yang sama redaksinya. Dengan kontek ayat yang berbeda masalahnya. Begitu juga dengan cara membandingkan ayat Al-Qur'an dengan hadits-hadits nabi Muhammad saw, yang tampaknya bertentangan dengan ayat-ayat tersebut. Ataupun dengan membandingkan pendapat antar ulama tafsir tentang penafsiran ayat-ayat yang sama.


Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan tentang unsur-unsur penting yang harus diperhatikan dalam metode tafsir muqaran. Unsurnya adalah sebagaiman dijelaskan berikut ini:
  1. Kajian dalam tafsir Muqarran berkenaan dengan arah kecenderungan mufassir dan faktor yang melatar belakanginya,
  2. Kajian dalam tafsir Muqarran berkenaan dengan penafsiran ayat Al-Qur'an dengan ayat Al-Qur'an yang lain yang sama redaksinya namun berbeda masalahnya,
  3. Kajian dalam tafsir Muqarran berkenaan dengan penafsiran ayat Al-Qur'an dengan hadits-hadits nabi yang isinya bertentangan,

Baca juga: Metode Tafsir Ijmali

Kajian dalam tafsir Muqarran berkenaan dengan pendapat ulama tafsir yang dibandingkan dengan pendapat ulama tafsir lainnya.

Langkah yang ditempuh dalam kajian dalam tafsir Muqarran ini adalah sebagai berikut:
  1. Mengumpulkan sejumlah ayat Al-Quran,
  2. Mengemukakan penjelasan para mufassir. kajiannya dari sisi penafsiran kalangan salaf dan juga kalangan ulama khalaf. Juga kajian berkenaan dengan tafsir yang bercorak in al-ma'tsur atau tafsir dengan corak bil ar ra'yi.
  3. Membandingkan kecenderungan tafsir mereka masing-masing.
  4. Menjelaskan penafsiran Al-qur'an dari penafsir yang dipengaruhi oleh mazhab tertentu ataupun aliran tertentu. Juga menjelaskan tentang penafsiran Al-Qur'an yang ditujukan untuk melegitimasi golongan atau mazhab tertentu. Juga menjelaskan tentang penafsiran dari seorang mufassir yang berdasarkan latar belakang disiplin ilmu yang dimilikinya. Disiplin ilmu tersebut adalah dalam bidang kajian bahasa, fiqih, atau yang lainnya. Juga mengkaji tentang penafsiran dalam tafsir tertentu yang didominasi uraian-uraian yang sebenarnya tidak perlu. Juga perlu mengkaji tentang kisah-kisah yang tidak rasional yang terdapat di dalam tafsir. Yang mana penafsiran itu yang tidak didukung oleh argumentasi naqliyah. Juga mengkaji tentang tafsir yang dalam penafsirannya dipengaruhi oleh paham-paham ulama ilmu kalam seperti faham Asy'ariyyah, atau Mu'tazilah. Beigitu juga berkenaan dengan paham tasawuf, atau teori-teori filsafat, atau teori-teori ilmiah yang berkembang.

Baca juga: Metode Tafsir Tahlili

Metode muqarran mempunyai pengertian yang lebih luas. Karena metode ini membandingkan ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang tema tertentu. Metode ini juga membandingkan ayat-ayat Al Quran dengan hadis-hadis Nabi. termasuk dengan hadis-hadis yang makna tekstualnya tampak kontradiktif dengan Al-Quran, atau dengan kajian-kajian lainnya.

Macam-macam Metode Muqāran

Dari kajian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa metode muqāran ini kedalam tiga bagian yaitu:

1) Perbandingan ayat al-Qur‟an dengan ayat lain

Maksudnya adalah dengan membandingkan ayat-ayat yang memiliki persamaan redaksi dalam dua atau lebih masalah atau kasus yang berbeda. Juga sangat perlu membandingkan ayat-ayat yang memiliki redaksi berbeda. Dalam redaksi yang berbeda ini terdapat dalam masalah atau kasus yang (diduga) memiliki kesamaan. Juga kajian yang berkenaan dengan pertentangan makna di antara ayat yang ada dalam al-Qur'an. Kajian ini banyak dibahas dalam ilm al-nasikh wa al-mansukh.

Dalam menjelaskan perbandingan ayat dengan ayat yang memiliki perbedaan redaksi sebagaimana yang dijelaskan di atas itu dapat ditempuh dengan menggunakan beberapa langkah penting yaitu:
  1. Berusaha mengumpulkan ayat-ayat yang ada dalam al-Qur'an dengan redaksi yang berbeda dalam masalah yang sama. Begitu juga dengan menginventarisir ayat-ayat Al-qur'an yang sama yang berhubungan dengan kasus yang berbeda;
  2. Berusaha menginventarisir ayat-ayat itu berdasarkan persamaan dan perbedaan redaksi teks ayat tersebut.
  3. Melakukan penelitian terhadap setiap kelompok ayat yang sudah dikelompokkan tersebut. Kemudian menghubungkannya dengan kasus-kasus yang dijelaskan alam tafsir ayat bersangkutan.
  4. melakukan perbandingan (komparasi) antar ayat Al-Qur’an.

Baca juga: Biografi Ulama Tafsir Terkenal

Perbedaan-perbedaan yang ada dalam redaksi Ayat Al-qur’an yang menyebabkan terjadinya perbedaan makna seringkali disebabkan perbedaan konteks. Begitu juga itu berkenaan dengan pembicaraan ayat dan konteks asbabun nuzul ayat bersangkutan. OlehKarena itu, ilmu yang berkenaan dengan munasabah antar ayat sangat membantu tafsir muqarran. Juga kajian yang berhubungan dengan asbāb al-nuzūl (sebab turunnya ayat) itu sangat membantu melakukan al-tafsir al- muqāran. 

2) Perbandingan ayat al-Qur‟an dengan Hadits

Dalam menjelaskan perbandingan ayat al-Qur'an dengan hadits yang terkesan berbeda atau bertentangan. Maka itu harus ditempuh dengan melakukan beberapa langkah penting. Langkah pertama adalah menentukan kualitas hadits yang akan diperbandingkan dengan ayat al-Qur‟an. Syaratnya yaitu Haditsnya itu haruslah Hadits yang shahih. Hadits dhaif tidak diperbandingkan dengan ayat Al-Qur’an. Ini disebabkan karena nilai otentitasnya rendah. Setelah itu baru dibenarkan mufassir melakukan analisis. Analisis yang dimaksud adalah yang menyangkut dengan latar belakang terjadinya perbedaan atau pertentangan antara Ayat Al-Qur’an dan hadits.

3) Perbandingan penafsiran mufassir dengan mufassir lain

Mufassir membandingkan penafsiran ulama tafsir. Perbandingan ini tentunya dilakukan berkenaan dengan tafsir ulama salaf maupun ulama khalaf dalam konteks mereka menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an. Tinjauan ini baik yang bersifat manqūl (pengutipan) maupun yang bersifat ra’yu (pemikiran).

Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tertentu banyak ditemukan adanya perbedaan penafsiran yang terjadi di antara ulama tafsir. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan hasil ijtihad. Juga berhubungan dengan latar belakang keilmuan mufassir. Berhubungan dengan wawasan dan sudut berhubungan dengan sudut pandang masing-masing ulama tafsir dalam menilai ayat tertentu.

Bagi orang yang menggunakan tafsir muqarran, maka mereka berusaha mencari, menggali, menemukan perbedaan penafsiran tersebut. Kemudian mereka mencari titik temu di antara perbedaan-perbedaan itu apabila memungkinkan. Kemudian menggunakan metode mentarjih. yaitu metode yang dilakukan untuk menguatkan salah satu pendapat dari mufassir. Ini dilakukan tentunya setelah mereka membahas dan membandingkan kualitas argumentasi masing-masing penafsir.

Ruang Lingkup tafsir Muqarrin

Cara mengaplikasikan tafsir muqarran adalah dengan memperhatikan ruang lingkup berikut ini:
  1. Ayat-ayat yang memiliki kesamaan redaksi.
  2. Berkenaan dengan ayat-ayat yang memiliki perbedaan ungkapan. Akan tetapi ayat tersebut tetap dalam satu maksud. Kajiannya tidak hanya terbatas pada analisis redaksional (mabahis lafziyat) saja. Melainkan juga mencakup perbedaan kandungan makna masing-masing ayat yang diperbandingkan. Di samping itu, juga perlu dijelaskan perbedaan kasus yang dibicarakan oleh ayat-ayat tersebut. Juga harus diperhatikan juga sebab turunnya ayat tersebut. Juga perlu dipertimbangkan tentang kondisi masyarakat pada waktu ayat itu diturunkan.
Kelebihan dan Kelemahan Tafsir Muqarran.

Diantara kelebihan metode tafsir muqarran adalah sebagai berikut:
  1. Memberikan ruang lingkup penafsiran yang relatif lebih luas. Ini disebabkan banyaknya analisis antar mufassir sehingga kajiannya lebih konprehensif bila dibandingkan dengan metode-metode yang lain dalam panafsiran. Di samping dari pada itu dalam penafsiran metode muqarran nampak terlihat bahwa satu ayat al-Qur`an dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Ini sesuai dengan wawasan keilmuan dan keahlian mufassir-nya. Ini akan terasa bahwa al-Qur`an itu sangat luas dan dapat menampung berbagai ide dan pendapat mufassir.
  2. Membuka kemungkinan untuk bersikap toleran terhadap pendapat para mufassir yang berbeda. Hal itu dapat mengurangi fanatisme yang berlebihan kepada suatu kelompok tertentu. Dengan demikian maka pembaca tafsir muqarin akan terhindar dari sikap fanatic. Karena sikap fanatik dapat merusak persatuan dan kesatuan umat dan merusak ukhuwah Islamiyah.
  3. Berguna bagi para peneliti yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat dan dapat memperluas dan mendalami penafsiran al-Qur`an.
  4. Metode komparatif dapat mendorong para mufassir untuk mengkaji berbagai ayat dan hadis-hadis serta pendapat-pendapat para mufassir yang lain dalam menjelaskan suatu redaksi ayat ataupun surat. Ini akan membuat mufassir lebih berhati-hati dalam proses penafsiran suatu ayat ataupun surat dan kajiannya akan lebih sempurna.
Diantara kelemahan dari metode muqarran adalah: 
  1. Tidak dapat diberikan kepada para pemula. Karena pembahasan yang dikemukakan terlalu luas.
  2. Kurang dapat menjawab permasalahan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat, ini disebabkan karena metode muqarran lebih focus pada masalah perbandingan penafsiran. Makanya tidak focus dalam pemecahan masalah umat. Oleh karena itu untuk pemecahan masalah umat maka metode tematik lebih tepat.
  3. Terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran yang pernah dikaji oleh para ulama. Dan jauh dari daripada mengemukakan penafsiran-penafsiran baru dari mufassir metode muqarran.
Contoh-contoh Kitab Tafsir muqarran
  • Kitab Tafsir  yang berjudul: "Durrat al-Tanzīl wa Qurrat al-Takwīl (Mutiara al-Qur‟an dan Kesejukan al-Takwīl), yang ditulis oleh seorang ulama yang bernama al-Khātib al-Iskāfi.
  • Kitab Tafsir Yang berjudul Al-Burhān fī Tajwih Mutasyabih al-Qur’an (Bukti Kebenaran dalam Pengarahan Ayat-ayat Mutasyabih al-Qur‟an), yang ditulis oleh ulama terkenal yang bernama Tāj al-Qara‟ al-Kirmāni.
  • Kitab Tafsir Yang ditulis di era kontemporer seperti Kitab Al-Qur'an, Bible dan Sains Modern yang ditulis oleh Maurice Bucaile dan juga Kitab Tafsir Yang berjudul Muhammad fi al-Taurat wa al Injil wa Al-Qur'an, karya Ibrahim Khalili.
Referensi:
  1. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir oleh TM. Hasbi Ash-Shidieqy
  2. Tafsir Tematik tulisan Abdul Hayy Al-Farmawi