Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Takabur Dan Tanda-Tandanya

Takabur Dan Tanda-Tandanya
Pengertian takabur Takabur, ialah seorang yang menganggap derajat orang lain lebih rendah dari derajatnya, dan merasa bahwa kedudukannya di atas dan lebih tinggi dari kedudukan orang lain.

Takabur, adalah produk dari ujub. Apabila seseorang telah bersemi di dalam jiwanya penyakit ' ajub, maka tumbuhlah padanya penyakit takabur. Takabur memperlihatkan berbagai macam gerak dan kelakuan. Di kala telah terlihat dengan jelas perintah takabur, dia tidak lagi dinamai mutakabbir, tetapi dinaikkan ke pangkat yang lebih tinggi lagi, yaitu mukhtal. 

Baca juga:

Kemudian apabila rasa takabur itu lahir pula pada ucapan-ucapannya, maka ia naik sederajat lagi, menjadi fakhur. Orang yang takabur mukhtal dan fakhur, kesemuanya dibenci oleh Allah, karena ia menghina segala hak yang telah ditetapkan dan diwajibkan untuk manusia, karena ia membutakan matanya, tidak menginsafi nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada manusia itu. 

Perlu ditegaskan, bahwa tidak masuk ke dalam takabur sikap bersifat tenang, serius, menjaga kehormatan diri dan berpakaian necis, dengan tidak merasa rendah bila memakai yang kurang dan tidak pula memakai yang bagus-necis itu untuk mencari kemegahan. Ringkasnya takabur ialah mem bangga-banggakan diri, menolak kebenaran, karena merasa rendah diri bila menerimanya; dan menghinakan atau merendahkan orang lain. 

Sebab-sebab takabur dan tanda-tandanya 

Penyebab takabur yang terpokok, ialah merasa diri mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan orang lain. Perasaan ini ditimbul kan oleh tabiat 'ujub. Mungkin juga perasaan ini timbul dari karena mempu nyai pengetahuan, garis keturunan yang terhormat, kemegahan dan kekuasaan. 

Mungkin juga timbul dari sifat terpedaya yang menumbuhkan perasaan, bahwa dirinya itu lebih sempurna daripada orang lain. Biasa juga takabur timbul dari karena hendak menutup sesuatu kekurangan sebagai kompensasi.

Takabur yang paling buruk, ialah takabur yang tumbuh karena memiliki sesuatu kelebihan. Sebab takabur itu menghilangkan kebagusan sifat yang ada padanya. Seseorang alim yang takabur akan dibenci dan terkucil. 

Lantaran itu ilmu-ilmunya tidak memberi manfaat, terkecuali kepada orang-orang yang dapat menyetujui sikapnya dan membiarkannya bersifat angkuh dan sombong. Seseorang yang mempunyai garis keturunan terhormat bila takabur akan mencacatkan kebangsawanannya. 

Manusia mungkin berperasaan, bahwa orang itu bukan berbangsa tinggi, walaupun ia hidup dalam keluarga yang terhormat. Seseorang pembesar yang sombong, kesombongan nya akan niendorongnya kepada mengerjakan kezaliman, merusak hak-hak Allah dan hak-hak hamba. 

Bekasan, Macam-macam, dan Obat Takabur 

Bekasan-bekasan takabur terbagi dua: pertama, bekasan-bekasan batin; dan kedua, bekasan-bekasan lahir. Di antara bekasan-bekasan batin, ialah: 

1. Marah. 

Seseorang yang mempunyai sifat takabur, ia menghinakan orang-orang yang bertakabur atasnya. Bila ia merasa, bahwa ada orang yang menghambat perjalanannya, maka berontaklah kemarahannya dan ia pun berlaku curang. 

2. Dengki. 

Orang yang sombong, bila melihat orang yang rendah daripadanya memperoleh nikmat, timbullah penyakit dengki dalam dadanya, karena ia berperasaan, bahwa orang itu tidak patut men dapat nikmat yang belum ia memperolehnya. 

3. Dendam. 

Apabila ia melihat seseorang yang mungkin sanggup mengatasinya atau menghambat perjalanannya, timbullah rasa den dam dalam dirinya. Ia pun berusaha untuk menjatuhkan orang itu selekas mungkin. 

Adapun bekasan-bekasan takabur yang lahir, ialah: 

  • Zalim; penganiayaan terhadap hamba-hamba Tuhan, baik dengan tenaganya, maupun dengan lidahnya. 
  • Perilaku sombong dan pongah.

Walhasil, orang yang takabur itu ialah pemarah, pendengki, pen dendam, pendusta besar, penggunjing, pembawa fitnah, penzalim, penyom bong dan membelakangi kebenaran. 

Takabur terbagi tiga: kesombongan terhadap Tuhan, kesombongan terhadap Rasul-Nya, dan kesombongan terhadap sesama manusia. 

1. Takabur terhadap Tuhan, 

Takabur terhadap Tuhan ialah orang yang tidak memperdulikan ancaman-ancaman Tuhan, tidak memperdulikan undang-undang dan aturan-aturan-Nya, merasa rendah untuk menuruti aturan-aturan itu. Tuhan mengancam orang ini dengan kehinaan yang lebih nista. Allah berfirman:

... إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين. ( الغافر 60 )

Bahwasanya segala mereka yang merasa besar dirinya untuk menyembah-Ku, kelak mereka akan masuk ke dalam jahannam, hina dina di dalamnya. ( QS Qufin 40 50 ) 

2. Takabur terhadap rasul-rasul Tuhan

Takabur terhadap rasul-rasul Tuhan ialah orang yang merasa rendah dirinya mengikuti Rasul, lantaran Rasul itu umpamanya seorang anak yatim. Takabur terhadap Rasul disamakan hukumnya dengan takabur terhadap Tuhan.

Al-Qur'an ada menerangkan tentang perangai kepala-kepala suku Quraisy yang sombong dengan firman Allah:

 وقالوا لولا نزل هذا القرآن على رجل من القريتين عظيم 

Mereka berkata: Mengapakah tidak diturunkan al-Qur'an ini kepada se seorang yang dipandang mulia dari penduduk Mekkah dan penduduk Tha-if ? ( 9.5 Zukhruff, 31 ) 

3. Takabur terhadap sesama manusia

Adapun takabur terhadap sesama manusia mungkin juga menumbuh kan takabur kepada Tuhan dan Rasul-Nya. Kerapkali orang yang merasa dirinya lebih besar dari orang-orang lain, enggan mendengar teguran orang, walaupun teguran itu benar dan tepat. Dengan demikian, tanpa disadarinya, ia telah bertakabur kepada Tuhan. 

Maka apabila kita mendapati sesuatu bekasan sifat takabur pada diri kita, wajiblah kita bersegera mengobati dengan segala usaha yang mungkin. 

Penawar yang paling baik untuk dipakai, ialah ' menginsafi kadar diri dan merasa bahwa manusia itu kadang-kadang lebih lemah dari debu yang beterbangan, dari kuman yang sekecil-kecilnya. Bukankah manusia dapat dibinasakan oleh suatu kuman halus ? 

Di samping itu, hendaklah ia melihat kepada asal kejadiannya dan akhir akibat kejadiannya. Bukankah ia dari setitik mani yang hanyir dan akan kembali menjadi bangkai yang berulat ? 

Kalau ketakaburannya disebabkan oleh harta bendanya yang banyak, hendaklah ia ingat, bahwa sudah terlampau banyak hartawan besar yang kemudian menjadi pengemis, dan hidup terlunta-lunta. Kalau ketakaburannya lantaran kemegahan dan kekuasaan, hendaklah ia menginsafi, bahwa bukan sedikit sudah raja-raja yang perkasa berdaulat diturunkan dari tahtanya, dan menjadi orang yang hina rendah. 

Kalau ketakaburannya lantaran kekuatan yang ada di tangannya, hendaklah ia kenangkan bahwa bukan sedikit orang orang yang sudah diberikan kekuatan yang tidak terbatas, diseret kembali ke dalam jurang kelemahan. Tuhan sendiri telah mengisyaratkan keadaan manusia yang sombong dengan firman-Nya:

 قتل الانسان ما اكفره. من اي شي خلقه . من نطفة خلقه فقدرة. ثم السبيل يسرة. ثم أماته فاقبره. ثم إذا شاء انشره. ( عبس ١٧-٢٢ ) 

Biarlah binasa manusia itu. Alangkah terlalu kufurnya. Dari apa ia dijadikan ? ta dijadikan dari pada setitik mani; kermudian dengan berangsur dipindahkan dari satu stadium ke stadium yang lain; kemudian diberikan jalan kemudahan hidup; kemudian dimatikan dan lalu dikuburkan; kemudian apabila Tuhan kehendaki, Tuhan akan menghidupkannya sekali lagi. ( Q.S. " Abasa / 80: 17-22 )

Kutipan Dari Buku Al-Islam Jilid 1 Tulisan Hasbi Ash-Shiddiqiey