Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sifat Teman yang Shaleh

Sifat Teman yang Shaleh
Di antara faktor terpenting bagi suksesnya hubungan pertemanan dan persaudaraan adalah perhatian seorang laki-laki terhadap sifat-sifat orang yang akan dijadikannya sebagai teman dalam membangun hubungan persaudaraan dengannya. 

Islam telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap hubungan pertemanan dan persaudaraan, bahkan mengajak untuk menjalin persaudaraan, cinta kasih, dan kasih sayang Islam menjelaskan beberapa jenis teman dan siapa-siapa yang boleh dijadikan teman dan kawan dan siapa-siapa yang tidak boleh. Selain itu, Islam juga menjelaskan beberapa manfaat dan mudharat mereka.

Di samping memberikan beberapa kaidah dan jalan untuk mencari teman. Barangsiapa menerapkannya, maka tidak akan diragukan lagi, pasti dia akan sukses dalam menjalin hubungan dengan teman-temannya. Barangsiapa menempuh jalan sebaliknya, niscaya dia akan menemui kegagalan dalam menjalin hubungan dengan teman temannya, meski hanya sejenak. 

Mengenai hal ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda:

 لا تصاحب إلا مؤمنا ولا يأكل طعامك إلا تقي

” Janganlah engkau berteman, kecuali dengan orang mukmin, dan jangan sampai ada yang memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa.” (HR. Abu daud)

Melalui hadits ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan agar orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan untuk tidak berteman, kecuali dengan orang mukmin, karena orang mukmin sebagaimana diperumpamakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sabdanya memiliki banyak keutamaan. Beliau bersabda, " Perumpamaan seorang mukmin itu seperti pohon korma, apa yang diambil darinya pasti akan memberi manfaat kepadamu.” 

Dalam hadits lain, beliau juga bersabda, " Perumpamaan orang mukmin bagi orang mukmin lainnya adalah seperti bangunan yang saling memperkuat sebagian dengan sebagian lainnya.” Sambil berkata demikian, beliau mengeratkan jari jemari beliau.” 

Beliau juga bersabda, " Perumpamaan orang-orang mukmin di dalam cinta, kasih sayang, dan keakraban mereka sama seperti satu tubuh, yang jika ada anggota tubuh yang mengeluh maka seluruh tubuh akan merasa tidak bisa tidur dan demam. 

Berdasarkan beberapa hadits yang telah disebutkan di atas, teman yang akan kita jadikan sebagai sahabat, kemungkinannya ada dua ; ada yang saleh ada yang tidak Jika ia saleh, maka ia akan memberikan manfaat kepada orang yang berteman dengannya.

Pertemanan dengannya akan mengarahkan kepada kebaikan bagi seseorang di dunia dan akhirat, bahkan bisa menjadi sebab masuk surga. Permisalannya adalah seperti pohon korma yang semua orang bisa memanfaatkan segala sesuatu yang ada padanya, baik buah, dahan, maupun kayunya. 

Teman seperti ini tidak hanya menjadi teman tetapi juga saudara, sebagaimana yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta'ala, " Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” ( Al Hujuraat 10 ) 

Adapun teman yang tidak saleh atau teman yang buruk, adalah yang membahayakan orang yang berteman dengannya. Pertemanan dengannya akan menimbulkan keburukan, baik di dunia maupun akhirat, bahkan bisa menjadi sebab masuk neraka meskipun dalam pandangannya sendiri atau pandangan temannya dia tampak saleh dan tulus dan menginginkan kebaikan. 

Teman seperti ini tidak bisa dianggap sebagai teman yang sebenarnya, melainkan dia adalah musuh. Karena, teman yang sebenarnya adalah yang memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi teman-temannya serta menjauhkan berbagai bahaya dan kerusakan.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memberikan perumpamaan teman yang saleh dan teman yang buruk, di mana beliau telah bersabda, " Perumpamaan seorang teman yang saleh dan seorang teman yang buruk adalah seperti orang yang membawa minyak wangi dan tukang peniup api ( pandai besi ). Orang yang membawa minyak wangi itu, dia akan memberikan bau wangi padamu, atau engkau akan membelinya, atau engkau akan dapatkan bau wangi darinya. Sedangkan tukang pandai besi, ia akan membakar bajumu atau engkau akan mendapatkan bau tidak enak darinya. 

Islam telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pertemanan ini, di mana dia menyarankan agar orang mukmin tidak berteman, kecuali dengan orang-orang saleh, orang-orang yang baik, memiliki kewibawaan, berakhlak mulia, wara ', berilmu, dan berada b. Sebab, berteman dengan mereka akan menambah ilmu, iman, dan amal saleh. 

Di sisi lain, Islam melarang orang mukmin untuk berteman dengan orang-orang jahat dan para pelaku bid'ah serta orang-orang yang suka berbuat ghibah, suka berbuat keji, atau fasik dan lain sebagainya dan perbuatan perbuatan tercela Sebab, berteman dengan mereka hanya akan memberikan mudharat semata dan bahkan bisa menyeretnya ke dalam kejahatan bersama Jika perhatian Islam terhadap teman duduk saja seperti ini, maka perhatiannya terhadap pertemanan dan persahabatan lebih besar lagi.

Jika persahabatan seseorang telah kuat dengan orang-orang yang suka melakukan kajahatan dan kerusakan serta dia juga mencintai dan bahkan melindungi mereka, maka dia telah menjadi seperti mereka dan berjalan pada jalan mereka. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memperingatkan hal tersebut melalui sabdanya, " Seseorang itu tergantung pada agama temannya, oleh karena itu hendaklah salah seorang di antara kalian melihat dengan siapa dia berteman." 

Dalam sebuah pribahasa yang terkenal disebutkan : " Katakan kepadaku, siapa yang orang yang engkau pergauli, niscaya aku akan dapat memberitahukan, siapa engkau sebenarnya.”