Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERAN LASKAR MUJAHIDIN ACEH DALAM PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA

PERANAN LASYKAR MUJAHIDIN ACEH

Pembentukan Laskar Mujahidin dipelopori para ulama Aceh. Suatu musyawarah yang dimotori ulama-ulama Aceh Besar berlangsung di Mesjid Raya Kutaraja pada tanggal 23 November 1945. Musyawarah yang turut dihadiri tokoh-tokoh masyarakat itu membahas keselamatan negara, agama dan bangsa serta membentuk "Barisan Hizbullah" sebagai alat perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pengurus "Barisan Hizbullah" yang terpilih hari itu ialah: Ketua I dan II adalah Tgk. M. Daud Beureueh dan Tgk Haji Ahmad Hasballah Indrapuri, sedangkan Setiausaha terdiri dari T. M. Amin, Tgk. Marhaban dan Tgk. Sulaiman Mahmud.

Sebagai pengurus besar “barisan Hizbullah” terpilih yaitu: Tgk. Haji Hasan Kruengkale, Tgk. Sayed Abdullah Kajhu, Tgk. Haji Ahmad Hasballah Indrapuri, Tgk. H. Makam Gampong Blang, Tgk. Muhd. Ali Alias Tgk lampisang, Tgk. M. Daud Beureueh, Tgk. Abdul Wahab Seulimeum, Tgk Muhd. Saleh Lambuk, Tuanku Abdul Aziz, Tgk. Haji Hamzah Ateuek, T. Mohd. Amin Sigli, Tgk. Muhd. Daud UleeLheue, Tgk. Mohd. Amin Alue, Tgk. Marhaban Krungkale, Tgk. Haji Muhd. Jakfar Lamjabat dan Tgk. Sulaiman Muhmud Uleekareeng.

Baru saja berusia seminggu, Barisan Hizbullah pada 1 Desember 1945 diganti namanya menjadi Laskar Mujahidin. Penukaran nama ini dianggap lebih tepat, karena lebih sesuai dengan situasi perjuangan saat itu. Walaupun nama telah berganti, namun bentuk organisasi dan susunan pengurusnya tidak, berubah sama sekali.

Sebelum tumbuh sebagai organisasi pejuang ditingkat Daerah Aceh, sebagai masyarakat Pidie sudah mengenal organisasi ini dengan nama barisan Mujahidin yang diketuai Tgk Umar Tiro (cucu Teungku Chik Ditiro) pembentukan berlangsung pada malam sabtu, 17 November 1945 bertempat di Masjid Tiro. Rapat ini dipimpin oleh Tgk. Umar Tiro, dihadiri 600 orang ulama dan Tgk. M. Daud Beureueh.

Untuk memperlancar pembentukan organisasinya di seluruh Aceh, Markas Besar Mujahidin Daerah Aceh mengumumkan ketentuan-ketentuan sebagai pedomannya. Maklumat itu ditandatangani oleh Tgk. Muhd. Daud Beureueh dan T.M. Amin dari Markas Besar Mujahidin Daerah Aceh. Isi ketentuan atau maklumat tersebut sebagai berikut:

  1. Laskar Mujahidin sudah mulai dilaksanakan pelantikannya pada 10 hari-bulan Muharram tahun 1365. Dan sekarang akan dilakukan terus-menerus pelantikan umum di seluruh Aceh.
  2. Pedoman pada dasar Laskar Mujahidin sudah disahkan dan telah dikirimkan kepada yang berkepentingan. 
  3. Untuk menjaga jangan terjadi kekacauan dalam barisan yang suci ini, maka di bawah ini kami siarkan aturan-aturan membangun Laskar Mujahidin yang sah, yaitu: 
  • Siapa saja boleh berusaha menganjurkan rakyat masuk barisan Mujahidin dan setelah cukup pengikut anjurannya 20 orang, maka penganjurnya itu akan dilantik terus menjadi panglima dalam barisan itu.
  • Pelantikan itu dilakukan dengan resmi di hadapan orang ramai oleh Markas Besar Mujahidin atau oleh Pemimpin umum di masing-masing tempat yang diangkat oleh Markas Besar.
  • Sebelum penganjur itu dilantik menjadi Panglima, maka segala gerakan barisan itu tidak dipandang sah menjadi Laskar Mujahidin.
  • Satu-satu golongan atau seseorang yang bertindak atas nama Mujahidin sedang dia belum dilantik, maka tindakannya itu tidak diakui gerakan Mujahidin.
  • Mujahidin tidak boleh memaksa rakyat memasuki barisannya; hanya menganjurkannya saja.
  • Siapa saja yang mengacau atau melakukan tindakan atas nama Mujahidin hingga memberi keonaran kepada Mujahidin dan merugikan kepada Negara Republik, maka mereka kami anggap pengkhianat bangsa.
Dalam upaya menggalang dana perjuangan dan memperkuat kesatuannya, pada 1 Desember 1945, Markas Besar Mujahidin Daerah Aceh juga mengeluarkan maklumat yang isinya sebagai berikut :

MAKLUMAT LASKAR MUJAHIDIN

Merdeka!

Sekarang markas Besar Mujahidin sudah menggerakkan langkah untuk menuju cita-cita yaitu Negara Republik Indonesia.

Kaum Muslimin sekalian!

Masuklah dalam saf Mujahidin ini, berdiri bersaf menjual jiwa kepada Allah untuk tebusan Agama dan Tanah Air Kita.

Si penjajah tujuan kita dan si pengkhianat sama dengan si penjajah.

Bersiaplah! Apa yang perlu ini hari jangan tunggu besok. Jangan mengganggu bangsa lain dan hartanya yang tidak menindas gerakan kemerdekaan kita.

Belanja perjuangan ini dari Baitamal dan sokongan pendapatan itu akan dibelanjai untuk segala golongan yang berjuang untuk Republik Indonesia, seperti: TKR, PRI dan lain-lain. Oleh karena itu marilah kita sama-sama turut mengusahakan harta yang halal itu.

Kaum Muslimin sekalian!

Taubatlah kepada Allah daripada segala kesalahanmu;

Perbanyaklah ibadatmu kepada Allah;

Berjuanglah karena Allah, karena Agama dan karena. Tanah Airmu;

Peliharalah Tanah Airmu yang berdaulat padamu; jagalah dia;

Bacalah banyak-banyak Hikayat Perang sabil, Pusaka Semangat dari maha pemimpin kita Tgk. Chik Di Tiro.

Ingatlah, si penjajah menjadi tujuanmu;
Jangan mencari keuntungan diri sendiri biar sedikit;
Belajarlah dari sekarang cara-cara mempergunakan senjata.
Sekianlah, supaya kaum muslimin bersiap-siap.
Markas Besar
Laskar M¬ujahidin.

Setelah tersiar maklumat tersebut, maka berduyun-duyunlah para pemuda mendaftarkan diri menjadi anggota Laskar Mujahidin. Sejak itu dibentuklah Laskar Mujahidin Divisi Teungku Chik Di Tiro di seluruh Aceh. Sebagai Panglima Divisi terpilih Hasballah Daud (putra Tgk. M. Daud Beureueh) yang kemudian digantikan Cek Mat Rahmany. Dalam perkembangannya tanggal 21 Februari 1946 dibentuk pula Laskar Mujahidat (Barisan Pejuang Wanita).

Laskar Mujahidin Divisi Teungku Chik Di Tiro terdiri dari lima resimen, yang susunannya sebagai berikut :

  1. Komandan Divisi : Cek Mat Rahmany; Kepala Staf Divisi; Abdul Mutalib; Kepala Seksi-I : Abdul Mutalib; Kepala Seksi-II: Ilyas Leube; Kepala Seksi-III: A. Hamdany; Kepala. Seksi-IV: Hasballah Asyek; Kepala Seksi- V: Said Ali; Kepala Seksi-VI: Ajad Musi; Kepala Seksi-VII: Yusuf Bahrum; Kepala Seksi-VIII: Yusuf H. Shaleh; Penasehat: Hasballah Daud.
  2. Resimen-I di Kutaraja, Komandan Resimen : Said Usman; Komandan Batalyon-I: Teunku Harun Ali; Komandan Bataliyon-II: Teungku Ibrahim Pait; Teungku Muhammad Saleh Lambuk, Tuanku Abdul Azis, Teungku Haji Hamzah Ateuk, Teungku Muhammad Daud Ulheelheu, Teungku Haji Jakfar Lamjabat.
  3. Resimen-II di Sigli, Komandan Resimen : Said Usman; Wakil Komandan Resimen: Tengku Amin Syamy; Komandan Bataliyon-I: A. Jalil Daud; Komandan Bataliyon-II: Jalil Sufi; Komandan Kompi Istimewa: Mahmudin.
  4. Resimen-III di Bireuen – Langsa – Lhok Seumawe, kamandan Resimen: Abdul Mutalib; Wakil Komandan Resimen: Teungku Yusuf Beurawang; Komandan Bataliyon-I: Teungku A. Wahab Husny; Wakil Komandan Bataliyon-1: M. Amin Bugeh; Komandan Bataliyon-II: T. Jakfar; Wakil Komandan Bataliyon-II: Teungku Hasan Bambi.
  5. Resimen IV di Meulaboh, Komandan Resimen : Teungku Hasan Hanafiah; Wakil Komandan Resimen: Teungku Nyak Cut; Kepala Staf Resimen: T. H. Idris Puteh; Kepala Seksi-I: Daud Ahmad; Kepala Seksi-II Muhammad (Datok); Kepala Seksi-III: Abdurrahman Adnan; Kepala Seksi-IV: H. Ibrahim N. A; Komandan Bataliyon-I: Rasyid Adami;
Komandan Bataliyon-II: Saleh Kapa.

Resimen-V di Takengon-Kutacane, Komandan Resimen : Ilyas leube; Kepela Staf Resimen: Saleh Adry; Komandan Bataliyon-I: Abdul Gani; Komandan Bataliyon-II: Hasan Bale; Komandan Bataliyon-III: Aman Kemala Intan; Komandan Bataliyon-IV: Abdul Latif Rusdy; Komandan-Kompi Istimewa: M. Chamis.

Menghadapi keadaan kondisi perjuangan kemerdekaan yang semakin genting, Laskar Mujahidin Daerah Aceh mengadakan konferensi kilat yang dihadiri Pimpinan Daerah dan utusan-utusan dari seluruh Aceh.

Konferensi itu berlangsung di Markas Besarnya di Neusu, Kutaraja dengan pembicaraan utama bagaimana meningkatkan peranan Laskar Mujahidin Divisi Teungku Chik Di Tiro sesuai dengan kebutuhan perjuangan yang semakin bertambah besar.

Beberapa keputusan konferensi itu ialah :

Menetapkan bahwa disamping berjuang di Daerah Aceh, Laskar Mujahidin memperkuat lagi pasukannya di front terdepan di Sumatera Timur.

Jumlah anggota barisan itu akan ditambahkan terus sehingga mencukupi kebutuhan untuk garis-garis pertahanan yang cukup luas.

Anggota-anggota baru akan dilatih oleh para senior, terutama terdiri dari para ahlinya yang telah berpengalaman di front Medan Area dan Langkat Area ketika menghadang dan menghalang-halangi gerakan maju tentera Belanda.

Di tiap-tiap kampung, di tempatkan pula pasukan-pasukan Mujahidin untuk mengkoordinir penduduk dan melatihnya menggunakan berbagai jenis alat senjata. Sejak pengumuman keputusan tersebut, markas besar Mujahidin Divisi Tgk. Chik Di Tiro di Kutaraja dan markas-markas cabangnya di seluruh Aceh di datangi oleh pemuda-pemuda untuk mendaftarkan diri.

Akibat keterbatasan fasilitas, tidak semua pelamar sedangkan para pelamar terlalu banyak, maka tidak semua mereka dapat diterima. bagi mereka yang ditolak, dijanjikan akan dipanggil pada penerimaan berikutnya.

(Cuplikan bahan untuk isi buku Aceh Daerah Modal, Pemda Aceh, 2006, Oleh: T.A. Sakti)