Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tahapan Penerapan Kurikulum Merdeka Di Madrasah

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka
Implementasi kurikulum adalah suatu proses pembelajaran yang panjang. Oleh karena itu, Pemerintah memberikan kesempatan kepada pendidik dan satuan pendidikan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan masing-masing.

Seperti halnya peserta didik belajar sesuai dengan tahap kesiapan belajar mereka, pendidik dan satuan pendidikan juga perlu belajar mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan masing-masing, dan berangsur-angsur semakin mahir dalam menggunakannya.

Baca Juga: Kurikulum Merdeka Dalam Perspektif

Implementasi perubahan kebijakan pendidikan, termasuk kurikulum, adalah suatu proses pembelajaran yang panjang sehingga Pemerintah memberikan kesempatan kepada pendidik dan satuan pendidikan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan masing-masing. 

Seperti halnya peserta didik belajar sesuai dengan tahap kesiapan belajar mereka, pendidik dan satuan pendidikan juga perlu belajar mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan masing-masing, dan berangsur-angsur semakin mahir dalam menggunakannya.

Tahapan implementasi kurikulum bukanlah suatu peraturan atau standar yang ditetapkan Pemerintah. Tahapan ini dirancang untuk membantu pendidik dan satuan pendidikan dalam menetapkan target implementasi Kurikulum Merdeka.

Kesiapan pendidik dan satuan pendidikan tentu berbeda-beda, oleh karena itu tahapan implementasi ini dirancang agar setiap pendidik dapat dengan percaya diri mencoba mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. 

Kepercayaan diri yang dimaksud merupakan keyakinan bahwa pendidik dapat terus belajar dan mengembangkan kemampuan dirinya untuk melakukan yang terbaik dalam mengimplementasikan kurikulum, dan yang lebih penting lagi, dalam mendidik. Kemampuan untuk terus belajar merupakan modal penting bagi pendidik.

Tahapan ini dikembangkan sebagai langkah atau proses belajar untuk melakukan perubahan atas praktik pembelajaran dan asesmen yang perlu dilakukan pendidik saat mereka menggunakan Kurikulum Merdeka. Secara teknis pendidik dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada tahap yang berbeda. 

Namun demikian, secara filosofis setiap tahap dirancang agar pendidik tetap mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran dan asesmen (Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen dapat dipelajari dalam Panduan Pembelajaran dan Asesmen). 

Sebagai contoh, pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik merupakan praktik yang sangat dianjurkan. Namun demikian, implementasinya tidak harus langsung pada pembelajaran terdiferensiasi. 

Pendidik yang belum percaya diri untuk menerapkannya, dapat mulai berlatih dengan menerapkan tahap yang paling sederhana, yaitu dengan melakukan asesmen di awal pembelajaran dan kemudian menjadi lebih peka akan adanya kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda-beda.

Tahapan ini dapat digunakan oleh guru, satuan pendidikan, pemerintah, mitra pembangunan, serta organisasi atau lembaga yang berperan dalam mendukung implementasi kurikulum lainnya.

Adanya pentahapan ini menunjukkan bahwa guru dan satuan pendidikan dapat mulai mengimplementasikan pada tahap yang lebih rendah dibandingkan dengan yang lain, namun pelaksanaannya tetap berpegang pada prinsip-prinsip perancangan kurikulum yang berlandaskan pada filosofi Merdeka Belajar dan mengarah pada penguatan kompetensi dan karakter yang telah ditetapkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan tahapan implementasi Kurikulum Merdeka:
  • Tahapan ini bukanlah suatu ketetapan yang baku atau terstandarisasi. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat mengembangkan tahapan implementasi yang lebih sesuai dengan kondisi dan kekhasan masing-masing.
  • Setiap pendidik dan satuan pendidikan memiliki kapasitas dan kesiapan yang beragam, sehingga dapat mulai mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada tahap yang berbeda-beda, serta beranjak ke tahap berikutnya dengan kecepatan yang berbeda-beda pula.
  • Tahapan ini digunakan sebagai bahan refleksi diri tentang kesiapan pendidik dan/atau satuan pendidikan sehingga tidak digunakan sebagai alat/instrumen untuk mengukur kinerja pendidik dan/atau satuan pendidikan yang membawa dampak pada karier atau kesejahteraan mereka.
  • Implementasi sesuai tahap yang disepakati bersama tidak sepatutnya memberikan dampak apapun terhadap pendidik dan satuan pendidikan. Oleh karena itu tahapan ini bukanlah alat untuk membanding-bandingkan kualitas satuan pendidikan dan/atau pendidik.
  • Pimpinan serta pemerintah mendukung proses refleksi diri pendidik dan satuan pendidikan sehingga tidak mengarahkan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahap tertentu
  • Tahapan ini digunakan sebagai bahan diskusi antar pendidik dalam satuan pendidikan dan dalam komunitas belajar di mana pendidik menjadi bagiannya. Diskusi tersebut membahas hal-hal apa yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai tahap masing-masing.
  • Pimpinan satuan pendidikan serta pemerintah daerah perlu mendukung pendidik dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan tahap kesiapan pendidik, serta memberikan dukungan agar berangsur-angsur pendidik meningkatkan tahap implementasinya.
Catatan untuk pengawas/penilik:

Sebagai fasilitator, pengawas/penilik mendukung satuan pendidikan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan mereka.

Saat berdiskusi dengan kepala satuan pendidikan dan/atau pendidik, pengawas/ penilik perlu bertanya target dan rencana implementasi yang akan dilakukan pada semester atau tahun ajaran tersebut. Implementasi setiap pendidik dan/atau satuan pendidikan dapat beragam, sesuai dengan kesiapan dan rasa percaya diri pendidik/ satuan pendidikan.

Apabila implementasi aspek-aspek Kurikulum Merdeka masih pada tahap awal, berikan dukungan karena seiring waktu mereka akan semakin mahir serta percaya diri untuk bergerak ke tahap berikutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk memantik diskusi bersama kepala satuan pendidikan dan/atau pendidik, antara lain:
  • Apa yang menjadi pertimbangan pendidik dan/atau kepala satuan pendidikan untuk mengimplementasikan aspek-aspek Kurikulum Merdeka pada tahap yang dipilihnya?
  • Strategi apa yang disepakati oleh pendidik dalam satuan pendidikan tersebut untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai tahapnya?
  • Strategi apa yang akan digunakan satuan pendidikan untuk meningkatkan tahap implementasi di masa yang akan datang
  • Dukungan apa yang dibutuhkan pendidik dan/atau kepala satuan pendidikan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sesuai tahapnya?
  • Dukungan apa yang dibutuhkan pendidik dan/atau kepala satuan pendidikan untuk dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada tahap berikutnya atau yang lebih mahir?

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka di Satuan Pendidikan

Perencanaan

1 Perancangan kurikulum operasional satuan pendidikan. 
  • Hal ini dilakukan dengan Membuat penyesuaian kecil terhadap contoh dokumen kurikulum operasional satuan pendidikan yang disediakan oleh Kemendikbudristek.
  • Mengembangkan kurikulum operasional satuan pendidikan berdasarkan contoh dokumen kurikulum satuan pendidikan yang disediakan oleh Kemendikbudristek dengan cara memodifikasi bagian pengorganisasian dan perencanaan pembelajaran sesuai kondisi satuan pendidikan, tanpa didasarkan pada refleksi terhadap hasil analisis karakteristik satuan pendidikannya
  • Mengembangkan kurikulum satuan pendidikan berdasarkan contoh dari Kemendikbudristek dengan cara memodifikasi pengorganisasian dan perencanaan pembelajaran berdasarkan analisis dan refleksi terhadap kondisi, sarana, prasarana dan tenaga pendidik serta kependidikan di satuan pendidikan dengan melibatkan melibatkan perwakilan siswa, orangtua, atau masyarakat
  • Mengembangkan kurikulum satuan pendidikan yang kontekstual dan sesuai aspirasi warga satuan pendidikan serta hasil analisis dan refleksi diri satuan pendidikan menstrukturkan pembelajaran sesuai visi-misi dan konteks satuan pendidikan, dengan melibatkan perwakilan peserta didik, orangtua, dan masyarakat
2 Perancangan alur tujuan pembelajaran
  • Hal ini dilakukan dengan Menggunakan contoh “alur tujuan pembelajaran” yang disediakan oleh Kemendikbudristek
  • Melakukan penyesuaian terhadap alur tujuan pembelajaran yang disediakan oleh Kemendikbudristek berdasarkan kebutuhan peserta didik
  • Melakukan perombakan terhadap alur tujuan pembelajaran yang disediakan oleh Kemendikbudristek berdasarkan berdasarkan kebutuhan peserta didik
  • Mengembangkan “alur tujuan pembelajaran” secara mandiri dengan merujuk pada Capaian Pembelajaran
  • Koordinator kurikulum di satuan pendidikan memimpin proses perancangan, memonitor implementasi, dan memimpin proses pengembangan dan evaluasi alur tujuan pembelajaran sehingga pengembangan alur tujuan pembelajaran menjadi bagian dari sistem perencanaan dan evaluasi kurikulum satuan pendidikan
 3 Perencanaan pembelajaran dan asesmen
  • Menggunakan contoh perencanaan pembelajaran dan asesmen yang disediakan oleh Kemendikbudristek
  • Melakukan penyesuaian terhadap contoh perencanaan pembelajaran dan asesmen yang disediakan oleh Kemendikbudristek berdasarkan kebutuhan peserta didik
  • Melakukan perombakan terhadap contoh perencanaan pembelajaran dan asesmen yang disediakan oleh Kemendikbudristek berdasarkan kebutuhan peserta didik
  • Melakukan pengembangan perencanaan pembelajaran dan asesmen berdasarkan kebutuhan peserta didik
4 Penggunaan dan pengembangan perangkat ajar
  • Menggunakan buku teks dan modul ajar sebagai sumber utama pengajaran
  • Guru dapat memilih materi dari buku teks dan modul ajar, serta bahan ajar lainnya supaya sesuai konteks lokal dan kebutuhan peserta didik
  • Guru dapat mengkombinasikan berbagai perangkat ajar menyesuaikan dengan konteks lokal dan kebutuhan peserta didik.
  • Guru dapat memodifikasi beberapa bagian dari modul ajar yang disediakan Kemendikbudristek untuk salah satu atau sebagian materi pelajaran.
  • Guru dapat mengkombinasikan berbagai perangkat ajar menyesuaikan dengan konteks lokal dan kebutuhan peserta didik.
  • Guru dapat mengembangkan modul ajar untuk salah satu atau sebagian materi pelajaran, serta berbagi modul ajar yang dibuatnya kepada guru lain
  • Satuan pendidikan menyelenggarakan sesi pengembangan modul ajar secara kolaboratif
5 Perencanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila
  • Menggunakan modul projek yang disediakan oleh Kemendikbudristek tanpa penyesuaian atau dengan penyesuaian yang sangat sedikit
  • Membuat penyesuaian terhadap modul projek yang disediakan oleh Kemendikbudristek sesuai konteks lokal dan kebutuhan peserta didik
  • Membuat penyesuaian terhadap modul projek yang disediakan oleh Kemendikbudristek sesuai konteks lokal, kebutuhan, serta minat peserta didik dengan melibatkan pendapat dan ide-ide peserta didik
  • Mengembangkan ide dan modul projek sesuai konteks lokal, kebutuhan, serta minat peserta didik dengan melibatkan pendapat dan ide-ide peserta didik
 Pelaksanaan Pembelajaran

1.   Implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila
  • Menerapkan projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan jumlah yang lebih sedikit atau lebih banyak dari yang dianjurkan Kemendikbudristek
  • Projek berorientasi pada menghasilkan artifak (produk seperti makanan, minuman), belum menitikberatkan pada pemahaman tentang konsep dan/atau penyelesaian masalah (problem solving) Menerapkan projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan jumlah sesuai dengan yang dianjurkan Kemendikbudristek
  • Projek diawali dengan identifikasi masalah yang dipandu atau diarahkan lebih banyak oleh guru sehingga kegiatan projek mulai berorientasi pada pemahaman tentang konsep dan/atau penyelesaian masalah (problem solving) sesuai tema
  • Menerapkan projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan jumlah sesuai dengan yang dianjurkan Kemendikbudristek
  • Projek diawali dengan identifikasi masalah yang difasilitasi oleh guru sehingga kegiatan projek mulai berorientasi pada pemahaman tentang konsep dan/atau penyelesaian masalah (problem solving) sesuai tema
  • Menerapkan projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan jumlah sesuai dengan yang dianjurkan Kemendikbudristek
  • Projek diawali dengan identifikasi masalah yang lebih banyak dilakukan berdasarkan inisiatif siswa dan difasilitasi guru dan/atau mitra komunitas yang terlibat sebagai fasilitator atau narasumber sehingga kegiatan projek berorientasi pada pemahaman tentang konsep dan/atau penyelesaian masalah (problem solving) sesuai tema
2 Penerapan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
  • Guru menggunakan metode pengajaran yang bervariasi namun masih didominasi oleh peran seperti instruktur yang mengarahkan kegiatan peserta didik sepanjang proses pembelajaran
  • Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik, serta metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
  • Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan peserta didik
  • Peran sebagai fasilitator lebih dominan, ditunjukkan dengan dengan memberikan lebih banyak kesempatan untuk siswa belajar mandiri, bertanggung jawab atas proses belajar mereka
  • Guru membedakan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, capaian/performa, dan minat siswa.
  • Guru lebih terampil berperan sebagai fasilitator dengan memberikan lebih banyak kesempatan untuk peserta didik belajar mandiri dan bertanggung jawab atas proses belajar mereka
 3 Keterpaduan penilaian dalam pembelajaran
  • Guru melakukan asesmen pada awal pembelajaran namun tidak digunakan untuk merancang pembelajaran ataupun untuk mengidentifikasi peserta didik yang membutuhkan perhatian lebih.
  • Guru mulai melakukan asesmen beberapa kali (tidak hanya saat mendekati masa pelaporan/rapor) namun asesmen dilakukan hanya untuk memberikan nilai kepada siswa dan belum digunakan untuk merancang pembelajaran
  • Guru hanya menggunakan asesmen yang disediakan dalam buku teks dan/atau modul ajar Guru melakukan asesmen formatif pada awal pembelajaran dan hasilnya digunakan untuk mengidentifikasi peserta didik yang membutuhkan perhatian lebih
  • Ketika merancang asesmen, guru mulai memperhatikan kesesuaian antara asesmen dengan tujuan pembelajaran.
  • Guru melakukan asesmen formatif pada awal pembelajaran dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran berikutnya yang sesuai dengan capaian mayoritas peserta didik di kelasnya (belum merupakan rencana pembelajaran terdiferensiasi)
  • Guru melakukan asesmen untuk mendapatkan umpan balik tentang kebutuhan belajar peserta didik dan menentukan tindak lanjutnya Guru melakukan asesmen formatif pada awal pembelajaran dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran terdiferensiasi sesuai dengan tahap capaian peserta didik (teaching at the right level)
  • Guru mampu melakukan penyesuaian pembelajaran sepanjang proses pembelajaran agar semua peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
  • Satuan pendidikan mengembangkan kebijakan yang mendorong guru untuk menggunakan hasil asesmen dalam merancang kurikulum dan pembelajaran.
4 Pembelajaran sesuai tahap belajar peserta didik (pendidikan dasar dan menengah)
  • Berdasarkan asesmen formatif di awal pembelajaran, guru mengajar seluruh siswa di kelasnya sesuai dengan fase Capaian Pembelajaran mayoritas siswa di kelasnya.
  • Berdasarkan asesmen formatif di awal pembelajaran, guru mengajar seluruh siswa di kelasnya sesuai dengan fase capaian belajar mayoritas siswa di kelasnya dan dengan memberikan perhatian khusus terhadap sebagian siswa yang membutuhkan perlakuan (materi dan/atau metode belajar) yang berbeda.
  • Berdasarkan asesmen formatif di awal pembelajaran, siswa di kelas yang sama dibagi menjadi dua kelompok menurut capaian belajar mereka. Dengan demikian, setiap siswa dapat belajar sesuai dengan capaian belajarnya.
  • Sekolah menyelenggarakan program pelajaran tambahan untuk siswa yang belum siap untuk belajar sesuai dengan kelasnya. Berdasarkan asesmen formatif di awal pembelajaran, siswa di kelas yang sama dibagi menjadi dua kelompok menurut capaian belajar mereka. Dengan demikian, setiap siswa dapat belajar sesuai dengan capaian belajarnya.
  • Sekolah menyelenggarakan berbagai program seperti pelajaran tambahan untuk siswa yang belum siap untuk belajar sesuai dengan kelasnya dan untuk siswa yang membutuhkan pengayaan atau tantangan lebih.
 5 Kolaborasi antar guru untuk keperluan kurikulum dan pembelajaran
  • Guru belum berkolaborasi untuk keperluan pembelajaran intrakurikuler, namun sudah berkolaborasi untuk keperluan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
  • Guru berkolaborasi dalam proses perencanaan pembelajaran di awal atau akhir semester, misalnya diskusi tentang kemajuan belajar peserta didik di akhir semester, berbagi praktik baik, berbagi info tentang perangkat ajar, dsb., dan berkolaborasi untuk keperluan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
  • Guru berkolaborasi dalam perencanaan pembelajaran di awal semester (perencanaan) dan dalam proses pembelajaran sepanjang semester, misalnya melalui diskusi tentang kemajuan belajar peserta didik, berbagi praktik baik, berbagi info tentang perangkat ajar, dsb., dan berkolaborasi untuk keperluan projek penguatan profil pelajar Pancasila serta terlibat dalam evaluasi kurikulum di satuan pendidikan.
  • Guru berkolaborasi untuk perencanaan pembelajaran di awal semester dan dalam proses pembelajaran sepanjang semester, misalnya melalui diskusi tentang kemajuan belajar peserta didik, berbagi praktik baik, berbagi info tentang perangkat ajar, dsb., untuk keperluan projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan terlibat dalam pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan.
  • Satuan pendidikan memiliki kebijakan dan mekanisme yang mendorong kolaborasi guru untuk kegiatan belajar intrakurikuler dan juga projek, misalnya melalui observasi kelas, kegiatan refleksi pembelajaran, kegiatan berbagi praktik baik, dsb.
 6 Kolaborasi dengan orang tua/keluarga dalam pembelajaran
  • Guru melalui satuan pendidikan memberikan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik kepada orangtua/wali pada saat penerimaan rapor dan saat peserta didik mengalami masalah belajar
  • Komunikasi cenderung satu arah, dari pihak satuan pendidikan/ guru kepada orang tua/wali, misalnya guru memberikan saran kepada orangtua/wali tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk mendukung proses belajar peserta didik
  • Guru berkoordinasi dengan guru lain melalui satuan pendidikan memberikan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik kepada orangtua/wali pada saat penerimaan rapor dan secara berkala dalam proses belajar.
  • Komunikasi cenderung satu arah, dari pihak satuan pendidikan/ guru kepada orang tua/wali, misalnya guru memberikan saran kepada orangtua/wali tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk mendukung proses belajar peserta didik
  • Guru berkoordinasi dengan guru lain melalui satuan pendidikan memberikan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik kepada orangtua/wali pada saat penerimaan rapor dan secara berkala dalam proses belajar.
  • Komunikasi cenderung dialog dua arah, di mana pihak satuan pendidikan/guru dan orang tua/ wali, mencari ide dan kesepakatan tentang apa yang sebaiknya dilakukan bersama untuk mendukung proses belajar peserta didik Guru berkomunikasi dengan guru lain melalui satuan pendidikan memberikan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik kepada orangtua/wali pada saat penerimaan rapor dan secara berkala dalam proses belajar
  • Ada saluran komunikasi yang berkala untuk orang tua memberikan umpan balik terhadap kurikulum dan pembelajaran.
  • Orang tua berkesempatan untuk terlibat dalam pembelajaran, misalnya menjadi narasumber dalam intrakurikuler dan/atau dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila
  • Komunikasi melibatkan tiga pihak, yaitu guru-siswa-orang tua untuk mendiskusikan tahapan belajar dan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mendukung proses belajar siswa
 7 Kolaborasi dengan masyarakat/komunitas/ industri
  • Satuan pendidikan sudah merancang pelibatan masyarakat/ komunitas/industri dalam proses pembelajaran intrakurikuler maupun projek penguatan profil pelajar Pancasila, namun belum terlaksana.
  • Satuan pendidikan melibatkan masyarakat/ komunitas/industri hanya untuk mendukung kegiatan yang tidak berkelanjutan atau kegiatan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran intrakurikuler maupun projek penguatan profil pelajar Pancasila.
  • Satuan pendidikan melibatkan masyarakat/ komunitas/industri untuk mendukung pembelajaran intrakurikuler atau projek penguatan profil pelajar, untuk kegiatan yang lebih panjang jangka waktunya
  • Satuan pendidikan melibatkan masyarakat/ komunitas/industri secara berkelanjutan untuk mendukung pembelajaran intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila
  • Komunitas/industri yang dilibatkan lebih beragam sesuai tujuan pembelajaran intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila
8 Refleksi, evaluasi dan peningkatan kualitas implementasi kurikulum
  • Refleksi dan evaluasi implementasi kurikulum dan pembelajaran cenderung satu arah dari pimpinan satuan pendidikan, dan belum berbasis data.
  • Refleksi dan evaluasi implementasi kurikulum dan pembelajaran dilakukan sebagian guru
  • Refleksi dan evaluasi tersebut belum berbasis data, melainkan penilaian masing-masing guru berdasarkan pengalaman pribadi dan/atau pandangan rekan sejawat
  • Sebagian guru menyesuaikan perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi tersebut Refleksi dan evaluasi implementasi kurikulum dan pembelajaran dilakukan sebagian guru. 
  • Hasil refleksi (pengalaman dan persepsi guru serta rekan sejawat) dilengkapi dengan data hasil belajar peserta didik, serta masukan orangtua/ wali. Rapor Pendidikan juga mulai digunakan data untuk refleksi dan evaluasi
  • Sebagian guru menyesuaikan perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi tersebut.
  • Refleksi dan evaluasi implementasi kurikulum dan pembelajaran dilakukan mayoritas atau semua guru. Hasil refleksi (pengalaman dan persepsi guru) dilengkapi dengan data Rapor Pendidikan
  • Guru-guru dalam tim kecil (berdasarkan kelompok mata pelajaran dalam satu fase, guru kelas dalam satu fase, dan/ atau berbagai mata pelajaran dalam satu fase/ level) berdiskusi dan berkolaborasi untuk melakukan perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi.
  • Satuan pendidikan telah memiliki kebijakan mengenai refleksi dan evaluasi kurikulum (contohnya melalui komunitas belajar, pertemuan rutin guru, kebijakan tentang penulisan rapor dan pemberian umpan balik kepada peserta didik).
Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka pada Satuan Pendidikan selengkapnya dapat di baca dan di unduh [di sini]