Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Keutamaan Membangun Masjid Dan Memakmurkannya

Hadits Keutamaan Membangun Masjid Dan Memakmurkannya

Rasulullah menjelaskan tentang keutamaan membangun masjid dan mengajak manusia memakmurkannya sebagaimana hadits dari Ashim ibn Umar ibn Qatadah menerangkan:

 أنه سمع عثمان بن عفان يقول ، عند قول الناس فيه حين بنى مسجد الرسول ﷺ إنكم اكثرتم ، وإني سمعت النبی ﷺ يقول: من بنى مسجدا يبتغي به وجه الله بنى الله له مثله في الجنة   

"Bahwasanya Ubaidullah Al Khaulany mendengar Ustman ibn Affan ra. berkata: Ketika orang-orang mencela dirinya, karena membangun masjid Rasulullah saw: Sesungguhnya kamu telah mendengar Nabi saw. bersabda: Barangsiapa membangun sebuah masjid dengan pembangunan itu dia menginginkan keridhaan Allah, niscaya Allah membangun untuknya seimbang masjid itu di dalam surga." ( Al Bukhary dan Muslim ). 

Baca juga:

Ketika Utsman ingin memperluas masjid Rasul saw. banyak para sahabat yang tidak menyetujuinya. Untuk menolak kritik-kritik yang dihadapkan kepadanya, Utsman meriwayatkan sabda Nabi ini dengan pengertian, bahwa memperluas masjid yang telah ada, sama dengan membangun masjid yang baru. 

Dimaksud dengan "Allah membangun untuknya di dalam surga rumah yang seimbang masjid ", ialah membangun sebuah rumah yang dipandang kemuliaanya sama dengan kemuliaan masjid, bukan sama besarnya atau sama indahnya. 

Utsman memperluas masjid Nabi saw pada tahun 30 H. Demikianlah menurut pendapat yang masyhur. Sebagian ulama mengatakan bahwa perluasan masjid Rasul itu dilakukan pada tahun yang terakhir dari khilafah ( pemerintahan ) Utsman Diterangkan dalam kitab As-Siyar, bahwasanya ketika Utsman memperluas masjid Rasul, Ka'bul Akhbar berkata: "Saya ngin benar perluasan masjid ini jangan sampai selesai, karena jika telah selesai perluasannya, Utsman akan dibunuh orang." Malik berkata "Apa yang diramalkan Ka'bul Ahbar telah menjadi kenyataan. 

Kita dapat mengumpulkan antara dua riwayat ini dengan jalan menetapkan, bahwa tahun 30 H itu adalah masa memulai perluasan, sedang paryclesaiannya barulah pada tahun yang terakhir dari masa khilafah Utsman.

Hadits ini memberi pengertian, bahwa membangun sebuah masjid, memperoleh pahala, walaupun masjid yang dibangun itu, kecil adanya.

Dalam riwayat At Turmudzy dari Anas dengan tegas dikatakan, shaghirun au kabirun=kecil ataupun besar. 

Menurut riwayat Ibnu Abi Syaibah, dari suatu jalan yang lain dari Litsman, Utsman mengatakan, walau kamafhashi qathathin walaupun sebesar sangkar burung. 

Para ulama mengaitkan perkataan tersebut kepada keinginan menerangkan besarnya pahala yang diperoleh orang yang membangun masjid, karena mengingat bahwa tempat burung bertelor, tidaklah cukup untuk tempat bershalat. Ada yang mengatakan, bahwa perkataan tersebut diambil zhahimya. Dan maknanya, ialah menambah luas masjid, besar pahalanya. walaupun yang diluaskan itu sekedar sebesar sangkar burung, kalau itu memang diperlukan, atau apabila segolongan manusia berserikat untuk mendirikan masjid dan masing-masing mereka membangun sekedar sebesar sangkar burung. 

Al Hafizh berkata: "Semua pentakwilan ( interpretasi ) ini adalah jika yang dimaksudkan dengan masjid, adalah tempat yang dipergunakan untuk shalat. Tetapi jika dimaksudkan tempat sujud, yaitu sekedar muat untuk dahi, tidaklah perlu takwil-takwil tersebut. 

Pahala yang diperoleh seseorang membangun masjid, adalah jika usahanya itu dilakukan karena Allah semata. Diterangkan oleh Ibnu Jauzy bahwa barangsiapa menulis namanya di masjid yang dia bangun itu jauhlah dia dan ikhlas. 

Orang yang membangun masjid dengan mengambil upah, tentulah tidak memperoleh janji tersebut, karena dia membangun masjid atas dasar upah.

Apakah orang yang memberikan tanah untuk dijadikan tempat shalat dengan hanya memagari saja, memperoleh pahala tersebut ? Dan apakah orang yang mewakafkan rumahnya untuk masjid memperoleh pahala tersebut ? 

Ada yang pandangan para ulama yang menyebutkan bahwa mereka tidak dipandang membangun masjid dan tidak memperoleh pahala sebagaimana yang disebut oleh hadits ini, karena perbuatannya itu tidak dipandang membangun.

Namun jika kita ambil pengertian yang tersirat dalam hadits ini, maka orang yang memberikan tanahnya dan memagarinya untuk dijadikan tempat mendirikan shalat dan orang yang mewakafkan rumahnya, mendapat pahala yang disebut dalam hadits ini.

Pendapat inilah yang kita pandang kuat, karena bukanlah dimaksud dengan membangun yaitu dengan mengerjakannya sendiri. 

An Nawawy berkata: "Mungkin makna Allah membangun untuknya seimbang masjid itu ialah seimbang dalam soal nama, bukan dalam soal luas dan indah, dan mungkin pula maknanya, bahwa keutamaan rumah yang dibangun untuknya di dalam surga, dibanding dengan rumah-rumah yang lain, adalah seperti keutamaan masjid terhadap rumah-rumah yang dibangun di dunia ini. 

Ibnu Baththal berkata: "Segala masjid, dikatakan rumah Allah, Tuhan menyandarkan masjid itu kepada diri-Nya dengan firman-Nya: 

إنما يعمر مساجد الله

"Bahwasanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah." ( QS. 9, At-Taubah: 19 ). 

Pahala membangun masjid diberikan kepada orang yang melakukannya di masa hidupnya dan sesudah matinya, dia terus-menerus mendapat pahala selama nama Allah masih disebut di dalam masjid yang dibangunnya itu. 

Kesimpulan 

Hadits ini menyatakan, keutamaan orang yang membangun masjid. karena Allah akan memberikan untuk orang yang membangun sebuah masjid di dunia, beberapa mahligai di dalam surga. 

Kutipan Dari Buku Mutiara Hadits jilid 3 Tulisan Hasbi Ash-Shiddieqy Tentang Bab Keutamaan Membangun Masjid Dan Mengajak Manusia Memakmurkannya