Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Tentang Do'a Shalat Tarawih

Hadits Tentang Do'a Shalat Tarawih

Adapun Doa Dalam Shalat Malam yang sangat dianjurkan rasulullah berdasarkan hadits dari Kuraib menerangkan:

ان ابن عباس قال: بت عند ميمونة فقام النبي فاتى حاجته غسل وجهه ويديه ثم نام ثم قام فأتى الغربة فاطلق شناقها ثم توضأ وضوءا بين وضوئين لم يكبر وقد أبلغ فصلى فقمت نتمطيت كراهية ان يرى إن كنت ارقبه فتوضأت فقام يصلى فقمت عن يساره فيأخذ بأذنى فادارنى عن يمينه فتتمت صلاته ثلاث عشرة ركعة ثم اضطجع فنام حتى نفخ وكان إذا نام نفخ فاذنه بلال بالصلاة فصلى ولم يتوضأ, وكان يقول في دعائه : اللهم اجعل في قلبي نورا ، وفي بصري نورا , وفي سمعي نورا, وعن يمينى نورا, وعن يساري نورا ، وفوق نورا وتحتي نورا , وأمامي نورا , وخلفي نورا ، واجعل لي نورا. قال كريب ( الراوي عن ابن عباس )، وسبع في التابوت فلقيت رجلا من ولد العباس فحدثني بهن فذكر عصبی و لحمی ودمی وشعرى وذكر خصلتين

" Ibnu Abbas ra berkata: Saya bermalam di rumah Maimunah, maka Nabi bangun dari tidur lalu menyelesaikan hajatnya. Beliau membasuh muka dan kedua tangannya kemudian beliau tidur lagi. Kemudian beliau bangun lagi, dan menghampiri kendi air dan membuka ikatannya. Kemudian beliau berwudhuk antara satu dua kali wudhuk, Beliau tidak membanyakkan. Dalam pada itu beliau menyiram air ke tempat yang wajib disiram, kemudian beliau bershalat. Maka aku pun menggeliat bangun karena aku tidak mau, Nabi mengetahui aku memperhatikan keadaannya. Kemudian aku berwudhuk, Maka Nabi berdiri bershalat dan aku berdiri di sebelah kiri Nabi. Nabi memegang telingaku dan menarik aku ke sebelah kanannya. Nabi menyempurnakan shalat tiga belas rakaat. Kemudian beliau berbaring dan tidur dan mendengkur, Kemudian datanglah Bilal memberitahukan kepada Nabi tentang shalat Shubuh, lalu Nabi bershalat tanpa berwudhu lagi. Beliau membaca dalam doanya: Wahai Tuhanku, jadikanlah cahaya pada jiwaku dan jadikanlah cahaya pala penglihatanku, dan jadikanlah cahaya pada pendengaranku, dan jadikanlah cahaya di sebelah kananku dan jadikanlah cahaya di sebelah kiriku dan jadikanlah cahaya di kiri aku dan jadikanlah cahaya di bawahku dan jadikanlah cahaya di hadapanku dan jadikanlah cahaya di belakangku dan jadikanlah cahaya untukku. Kata Kuraib ( perawi hadits dan Ibnu Abbas ini ) dan tujuh perkara dalam peti ( hati ) Kemudian saya pun mandatangi salah seorang anak Al Abbas, lalu ia menyebutkan kepadaku yang tujuh itu. dia sebut 'ashabi=urat nadiku, wal lahmin=dan dagingku, wa damin=dan darahku wa sya'ri=dan rambut buluku, wa asyari=dan kulitku. Dan ia menyebut pula dua perkara lagi ( yakni a'thami tulangku, ta mukhkhi=dan otakku. " ( Al Bukhary 80: 10: Muslim 626, Al Lulu-u wal Marjan 1: 162-163 ). 439 )

Artikel Terkait:

  1. Hadits Tentang Shalat Tarawih Dalam Bulan Ramadhan
  2. Syarah Hadits Penting I'tiqah Sepuluh Terakhir Ramadhan
Dalam hadits yang lain juga riwayat dari Kuraib Maula Abdullah ibn Abbas ra menerangkan: "Bahwasanya pada suatu malam Abdullah ibn Abbas tidur di rumah Maimunah, isteri Nabi saw dan Maimunah itu adalah bibi Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata: Saya berbaring di lintang bantal hamparan, sedangkan Rasulullah dan keluarganya tidur membujur. Rasulullah tidur hingga apabila telah lewat tengah malam atau sedikit sebelumnya atau sedikit sesudahnya, Nabi pun bangun lalu duduk menyapu muka dengan tangannya. Kemudian Nabi membaca sepuluh ayat, ayat Khawatim Ali Imran. Sesudah itu beliau menghampiri kendi yang tergantung dan berwudhu, dan beliau membaguskan wudhunya, kemudian beliau bangun bershalat. Kata Ibnu Abbas: Melihat itu saya pun bangun lalu mengerjakan seperti apa yang dikerjakan Nabi, Kemudian aku berdiri di samping Nabi, maka Nabi meletakkan tangannya yang sebelah kanan di atas kepalaku dan memegang telingaku yang sebelah kanan, beliau memutarnya. Nabi shalat dua rakaat, sesudah itu dua rakaat, sesudah itu dua rakaat, sesudah itu dua rakaat, sesudah itu dua rakaat, sesudah itu dua rakaat, sesudahnya, beliau berwitir. Kemudian beliau berbaring hingga muazzin datang kepadanya. Maka Nabi pun bangun bershalat dua rakaat yang ringan. Sesudah itu beliau keluar ke masjid dan bershalat Shubuh. " ( Al Bukhary 4: 36; Muslim 6: 26; Al Lulu-u wal Marjan 1: 163 ).

Ibnu Abbas ra menerangkan:

كانت صلاة النبي ثلاث عشرة ركعة يعني بالليل.

" Bahwa shalat Nabi saw. di malam hari itu tiga belas rakaat. " ( Al Bukhary 19: 10; Muslim 6: 26; Al Lu'lu-u wal Marjan 164 ).

Ibnu Abbas ra berkata: "Nabi apabila bertahajud di malam hari mengucapkan:

اللهم لك الحمد أنت نور السموات والأرض ، ولك الحمد انت قيم السموات والارض ، ولك الحمد انت رب السموات والأرض ومن فيهن انت الحق ووعدك الحق وقولك الحق ولقاؤك حق ، والجنة حق ، والنارحق والبيون حق والساعة حق, اللهم لك أسلمت وبك أمنت وعليك توكل واليك انبت وبك خاصمت وإليك حاكمت فاغفر لي ماقدمت وما أخرت ، وما أسررت وما اعلنت انت إلهي لا إله الا انت

Wahai Tuhanku hanya Engkaulah yang mempunyai segala pujian, Engkaulah cahaya langit dan bumi ( yang menerangi langit dan bumi ) dan hanya kepunyaan Engkaulah segala pujian. Engkaulah yang mengendalikan langit dan bumiو Hanya Engkaulah yang mempunyai segala pujian. Engkaulah Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan segala orang yang ada di dalamnya, Engkaulah Tuhan yang dipastikan ada ujudnya. Janji Engkau benar tidak menyalahi. Perkataan Engkau tetap dan demikian pula melihat Engkau ( di akhirat ) adalah suatu hal yang pasti terjadi. Surga itu adalah suatu hal yang pasti ada ujudnya. Neraka itu pasti ujudnya. Para Nabi-nabi adalah benar. Dan kiamat itu adalah benar. Wahai Tuhanku, aku tunduk pada perintah dan larangan-Mu dan aku membenarkan ( aku beriman kepada-Mu ) dan kepada Engkau, aku menyerahkan diri dan kepada Engkau aku kembali, dan dengan apa yang Engkau berikan kepadaku aku menantang musuh-musuh segala orang yang mengingkari Engkau ) dan kepada Engkau aku menyerahkan hukum. Maka ampunilah aku terhadap segala dosa yang aku telah dahulukan dan segala dosa yang aku kemudiankan dan segala dosa yang aku rahasiakan dan segala dosa yang aku Lahirkan Engkau Tuhanku, Tidak ada Tuhan yang sebenarnya kupersembah melainkan Engkau. " ( Al Bukhary 97: 35; Muslim 6:26; Al Lu'lu-u wal Marjan 1: 164 ).

Ibnu Abbas menerangkan, bahwasanya pada suatu malam, dia tidur di rumah bibinya, Ummul Mukminin Maimunah binti Hartsi Al Hilaliyah. Dia melihat Rasulullah bangun tengah malam, menyelesaikan hajatnya, membasuh mukanya, dua tangannya untuk menyegarkan badan untuk berdzikir, kemudian tidur lagi Sesudah tidur sejenak, Nabi saw. bangun lagi dan berwudhu dengan wudhu yang sederhana, tidak terlalu menyedikitkan air dan tidak terlalu pula membanyakkan air Beliau mencukupkan dengan kurang dari tiga kali basuh.

Ibnu Abbas menerangkan bahwa ketika dia melihat bahwasanya Nabi bangun bershalat, dia pergi berwudhu dengan menyelinap sehingga Nabi tidak menyadarinya dan Ibnu Abbas berdiri di sebelah kiri Nabi saw. Nabi membasuh tangan dan mukanya, adalah untuk membersihkan diri dan menyegarkan badan untuk berdzikir.

Nabi menarik Ibnu Abbas ke sebelah kanannya, berarti makmum yang soorang diri berdiri di sebelah kanan imam. Apabila makmum tidak berdiri disebelah kanan, maka hendaklah imam menarik si makmum itu ke sebelah kanannya. Juga memberi pengertian bahwa gerakan yang sedikit di dalam shalat, seperti berjalan selangkah dua, tidak membatalkan shalat. Shalat anak masih kecil dipandang sah dan imam harus memperhatikan shalat anak kecil, seperti memperhatikan shalat orang yang telah sampai umur. Juga menyatakan bahwa kita boleh berjamaah dalam mengerjakan shalat sunnat.

Tidur berbaring tidak menggugurkan wudhu adalah suatu khususiyah Nabi saw, lantaran biarpun kedua mata beliau sedang tidur, namun hatinya tidak pernah tidur, selalu dalam keadaan jaga sehingga Nabi saw dapat memahami wahyu yang datang dalam keadaan tidur. Pada malam itu Nabi saw. bershalat dua rakaat hingga berjumlah tiga belas rakaat termasuk witir.

Dalam hadits ini, tidak diterangkan, apakah Nabi berwitir dengan serakaat atau dengan tiga rakaat. Dan dua rakaat dari tiga belas itu, ialah sesudah iftitah. Dalam doanya, Nabi memohon supaya Allah memberikan kepadanya cahaya pada anggota tubuhnya, dan di sekitarnya agar tetap menempuh jalan yang terang.

Akmaludian berkata: "Cahaya yang sebelah kanan, itulah cahaya yang mengokohkan pendirian Nabi yang menolong Nabi untuk mencapai segala yang diinginkan. Cahaya yang sebelah kiri, yang memelihara Nabi dari terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak disukai. Cahaya yang di hadapan Nabi, cahaya untuk dapat menempuh jalan yang benar. Cahaya yang di belakang Nabi, cahaya yang berjalan di hadapan pengikut-pengikutnya. Adapun cahaya yang di atas Nabi, maka itulah Nur ilahi yang melimpahkan ilmu kepada Nabi. Dengan nur ini kita dapat mengetahui hal yang pelik-pelik yang tidak dapat diketahui dengan riwayat, atau dengan akal. Dengan nur ini kita dapat mengetahui segala yang berlawanan dengan akal, dapat kita menakwilkan sehingga tidak berlawanan dengan akal. Cahaya yang di bawah Nabi, maka adalah kebijaksanaan Nabi saw. Cahaya yang di belakang Nabi itulah cahaya yang menerangi jalan yang di tempuh Nabi untuk umatnya. "

Serta tujuh buah lagi yang tidak dijngat lagi oleh Kuraib. Diserupakan jiwa dengan tabut ( peti ), tempat menyimpan barang atau dengan tabut Bani Israil yang berisi keterangan. Mungkin dimaksudkan dengan tujuh kalimat atau cahaya di dalam tabut, tersimpannya dalam tulisan Kuraib yang tidak diingatnya pada saat itu. Mungkin dimaksudkan bahwa yang tujuh itu terdapat pada jasad manusia, sama dengan jihat yang enam.

An Nawawy berkata: "Maksud "tujuh dalam tabut", ialah tujuh buah kalimat doa lagi, aku telah lupa; dia kini berada dalam jiwaku sendiri."

Ketika itu Kuraib tidak mengingat yang tujuh itu. Tapi kemudian dapat diterangkan oleh salah seorang keluarga Al Abbas Menurut keterangan An Nakha-y, bahwa yang mengatakan " Saya menjumpai anak-anak Al Abbas, ialah Salamah ibn Kuraib yang menerima hadits ini dari Kuraib"

Dan perkara yang tidak tegas diterangkan oleh anak Al Abbas itu menurut keterangan Ad Daud, ialah wa ' azhmi- tulangku dan mukhkhi otakku. Menurut keterangan Al Kawakibud Darary, lemak dan otak Diriwayatkan oleh Muslim dari Aqil dari Salamah ibn Kuraib, ujarnya "Rasulullah saw berdoa dengan 19 kalimat, diceritakannya kepadaku oleh Kuraib. Hanya 10 yang masih aku ingat dan yang lainnya aku telah lupa Yang masih aku ingat, ialah yang disebutkan oleh hadits yang di atas ini dengan tambahan perkataan "wa fi hisani muran dan jadikanlah cahaya pada lidahku", sesudah perkataan "fi qalbi- pada hatiku." Dan di akhirnya ditambah perkataan "waj'al li nafsi nuran wa'azhim li nuran" dan jadikanlah cahaya pada diriku dan besarkanlah cahaya untukku.

Dimaksud dengan anak Al Abbas di sini ialah Ali ibn Abdullah ibn Abbas ra Al Qadhi lyadh berkata: "Dalam sebagian riwayat hadits ini, terdapat perkataan Ibnu Abbas, saya tidur di rumah bibiku pada suatu malam yang kebetulan beliau lagi berhaid. "Lafal ini walaupun tidak shahih jalannya namun maknanya dapat kita terima; karena Ibnu Abbas tidak diizinkan tidur di malam hari di bilik Nabi, andaikata Nabi sedang berhajat kepada isterinya. Dan hal itu tidak akan dibenarkan oleh ayah Ibnu Abbas terkecuali jika diketahui bahwasanya Nabi tidak memerlukan isterinya pada malam itu. Menjelang tengah malam atau sebelumnya sedikit, atau sesudahnya sedikit, Nabi pun bangun dari tidurnya dan duduk menyapu mukanya supaya hilang rasa kantuknya.

Sesudah membacakan awal khawatim surat Ali Imran " inna fi khalqis samawati wal ardhi hingga akhir surat, beliau pun menghampiri sebuah kendi yang dibuat dari kulit dan beliau berwudhu dengan sempurna.

Hal ini tidak berlawanan dengan keterangan yang menerangkan bahwasanya beliau berwudhu dengan wudhu yang ringan, karena kadang-kadang Rasul berwudhu yang ringan dan kadang-kadang berwudhu dengan sempurna dengan segala sunnat-sunnatnya. Kemudian Nabi pun bershalat.

Perkataan Ibnu Abbas, "maka Nabi bershalat dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kesemuanya dua belas rakaat", adalah untuk menakyidkan mutlak yang terdapat dalam perkataan "fa shalla masya Allahu maka beliau bershalat seberapa yang Allah kehendaki. Di akhir perkataan, maka beliau bershalat dua rakaat, kemudian dua akaat kemudian dua rakaat, menyatakan bahwasanya Nabi bershalat tiga Nelas rakaat dengan menceraikan antara tiap-tiap dua rakaat dengan satu alam, sebagai yang ditegaskan oleh riwayat Thalhah ibn Nafi', yaitu: allim baina kulli rak atan beliau bersalam di tiap-tiap dua rakaat. Sesudah berwitir, Nabi kembali berbaring sejenak.

Kemudian datanglah Bilal membangunkan untuk mengerjakan shalat sunnat Shubuh di rumahnya Sesudah itu barulah Nabi keluar dari rumah dan masuk ke dalam masjid untuk mengerjakan shalat Shubuh.

Menurut pendapat Ath Thiby, kata fi, pada fi qabli, fi bashari, fi sam ), adalah untuk memberikan pengertian bahwasanya jiwa itu adalah tempat terletaknya pikiran yang memikirkan kebesaran-kebesaran Allah, sodang mata adalah alat untuk melihat segala tanda-tanda kebesaran Allah. Dan telinga adalah alat untuk mendengar ayat-ayat Allah yang diturunkan.

Dipergunakan kata 'an- dari, untuk kanan dan kiri, adalah untuk memberi pengertian bahwa cahaya-cahaya itu adalah cahaya-cahaya yang tembus dari jiwa, dari telinga dan dari mata, untuk dijadikan suluh penerang bagi pengikut-pengikutnya, baik yang berada di sebelah kanannya, maupun yang berada di sebelah kirinya.

Rasulullah memohonkan cahaya pada anggota tubuhnya, pada segenap cahaya di sini, ialah sinar kebenaran dan hidayah agar segala gerak-genk Nabi senantiasa berada di dalam sinar kebenaran.

Nabi berdoa supaya keadaan itu kekal baginya. Atau Nabi mendoakan yang demikian itu untuk menjadi pelajaran bagi umatnya. Mungkin sekali Nabi memohon dengan perkataan "waj ' al li nuran dan jadikanlah cahaya bagiku" ialah sesuatu cahaya yang besar yang meliputi segala cahaya yang tidak disebutkan di sini, seperti cahaya-cahaya nama Allah dan cahaya-cahaya ruh.

Kesimpulan

Hadits pertama menyatakan salah satu kaifiat shalat Nabi saw, di malam hari, sebagaimana menyatakan pula salah satu doa yang diucapkan Nabi saw, di kala akan mengerjakan shalat malam. Selain itu, menerangkan juga tentang kebolehan seseorang tidur dengan isterinya di hadapan seseorang mahram isterinya itu, walaupun telah mumayyiz, asal tidak dalam keadaan berhubungan intim.

Hadits kedua, menunjukkan bahwa orang yang sedang berhadas bolch membaca Al Qur-an Hal ini telah diijma'i oleh para muslimin. Juga menunjukkan kepada kita disukai membaca akhir surat Ali Imran di waktu bangun dari tidur di malam hari, sebagaimana menunjukkan kepada kebolehan kita mengatakan surat Ali Imran, surat Al Baqarah, surat An Nisa' walaupun yang demikian itu tidak disukai oleh sebagian mutaqaddimin. Mereka itu menyukai supaya kita mengatakan: surat yang di dalamnya disebutkan Ali Imran, atau surat yang di dalamnya disebutkan Al Baqarah.

Hadits ini menunjukkan bahwa yang kita kerjakan pada shalat malam, ialah bersalam setiap selesai dua rakaat dan yang menjadi witir, ialah satu rakaat yang terpisah dari shalat sebelumnya. Hadits ini juga menunjukkan kepada kebolehan muazzin pergi untuk memanggil imam memimpin shalat.

Selain daripada itu, menunjukkan kepada kita disukai meringankan shalat sunnat Shubuh dan bahwa shalat malam sudah dianggap sempurna sebanyak tiga belas rakaat mengingat zhahir hadits ini.

Hadits ketiga menunjukkan bahwasanya Nabi bershalat pada malam hari tiga belas rakaat.

Hadits keempat menunjukkan bahwasanya pada tiap-tiap malam Nabi senantiasa berdzikir dan berdoa dan senantiasa mengagungkan hak-hak Allah, mengingat kebesaran, wa'ad dan wa'id Allah.

Kutipan Dari Buku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy