Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Khalid bin Al-Walid Sang Ksatria

Kisah Khalid bin Al-Walid Sang Ksatria

ISLAM telah menghunuskan pedangnya. Allah hunuskan pedang itu atas orang-orang musyrikin melalui perantaraan Khalid bin Walin. 

Khalid bin Al-Walid: Pedang yang terhunus dan wajah yang diterima. Dia menyerang orang-orang Romawi, sehingga mereka mengalami kekalahan. Dia menyerbu Persia dan dia jadikan mereka terhina. Khalid memiliki perut yang luas, yang dengan pedangnya dia mampu menghilangkan gangguan setan.

Khalid bin Al-Walid: Maju kala yang lain sedang lari lintang pukang, kokoh saat sakaratul maut, berani kala para pemberani pada ketakutan, dia berjibaku kala dua pasukan tempur sedang berhadapan. 

Khalid bin Al-Walid: Kemenangan atas kepalsuan berhala dengan ajaran tauhid, peghancuran benteng-benteng kebatilan dengan kapak- kapak kebenaran, pemberangusan atas keingkaran orang-orang murtad dengan kuda-kuda para pahlawan.

Baca juga: Kisah Said bin Musayyib

Khalid bin Al-Walid: Keelokan yang dijual dari Allah, yang terbang ke segala tapal batas, pergi ke segala medan perang agar Tuhan menangkap- nya. Sebuah keelokan yang dijual di sebuah pasar besar. Yaitu antara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan sang Pedang Allah. 

Kemudian keduanya berpisah. Dua jualan dilakukan dengan pilihan sepanjang belum berpisah. Jika keduanya berpisah maka terjadilah jual beli. Dia rentangkan dirinya di pasar pembekalan untuk mencari sebaik-baik bekal.

Khalid bin Al-Walid: Cerminan tekad keimanan. Tekadnya adalah membekuk hidung para pengecut, menghancurkan batang hidung para musuh. Dia mencari kematian, namun ternyata hidupnya demikian panjang. Dia rindukan syahid di medan perang, namun maut datang saat dia sedang di pembaringan. Dia serahkan ruhnya pada kematian, namun kematian lari ke pojok karena takut padanya.

"Kuusir kematian dengan berani maka dia berpaling

Kematian kubinasakan pada saat dia terkantuk-kantuk."

Baca juga: Bahaya Orang Yang Hasud

Khalid bin Al-Walid: Bershadaqah dengan raganya di ujung-ujung pedang. Dia berinfak dengan badannya di ujung-ujung tombak. Yang ada adalah tusukan, terkaman, luka, lumpuh dan darah. Dia kendalikan jiwanya, dia siapkan perisainya dan semua bekalnya di jalan Allah. Khalid bin Al-Walid: Tidak wajib atasnya zakat. Dia wakafkan semua hartanya untuk Allah. Dia tuangkan saat sakitnya semua keindahan. Dia telah lelah karenanya, dan dia sobek-sobek kain lusuhnya.

"Mereka berkata tidak ada kewajian zakat atas hartanya

Bagaimana akan wajib sedangkan dia yang mengeluarkannya."

Khalid bin Al-Walid: Kalian telah berlaku zhalim padanya. Sebab dia telah meninggalkan kasur nan empuk menuju debu-debu yang beterbangan, dia menjauhi tidur lelap ke sebuah perjalanan yang penuh duka. Dia tinggalkan istirahat yang nikmat menuju kematian yang siap menyergap. Kematian telah merentangkan kuku-kukunya padanya, namun kemenanganlah yang dia pakai sebagai bajunya.

Khalid bin Al-Walid: Pedang Allah yang tak pernah rekah gigi tajamnya. Setiap pedang Khalid diayunkan maka tidak pernah selamat sasarannya. Pedang Allah selalu dimenangkan Allah, dan musuhnya selalu terjungkal kalah. Pedang Allah membelah kepala. Sudah berapa banyak para pembangkang mati karena hunusannya.

"Kau berdiri, maka kematian tidak diragukan bagi yang berdiri

Sepertinya kau berada di kelopak mayit dan dia sedang tidur

Para pahlauan lewat diantaramu menuturkan kekalahan

Sedang wajahmu cemerlang dan mulutmu senyum mengembang."

Khalid bin Al-Walid: Jalannya adalah jalan Ahmad yang terpuji (Ahmad adalah nama lain Rasulullah). Seruan di tempatnya adalah langkah terpuji. Syiamya ada tatkala diseru. Dia dihunus dari sarung agama, maka jatuhlah pedang itu pada pundak orang-orang murtad. Pedang bergerak di tangan orang-orang bertakwa, maka jatuhlah kepala para pembangkang.

Orang-orang Arab dan non-Arab ketakutan darinya karena dia tidak memukul kecuali pada tengkorak. Saat paling indah bagi Khalid adalah tatkala kepala beterbangan, jiwa melayang, dan kematian bergilir di gelas-gelas.

"Kami tak lagi kenal kala perang warna-warna kuda kami

Karena sengit perang kami mengira warna merah adalah jingga.”

Baca juga: Bersama Bilal bin Rabah

Waktu paling berkesan bagi Khalid adalah tatkala dada kuda dipukul keras, kala dia berjalan berkeliling dan memeriksa pasukan. Waktu teragung baginya, adalah tatkala musuh-musuh terbunuh, jiwa mereka dicabut dan badan para durjana disembelih. Kala perang telah menjelang, anak panah memerah dan subuh perang merekah, anda dapatkan Khalid membusungkan dadanya pada para pemberani, dan menyiapkan punggungnya untuk para pemanah sejati.

Khalid bin Al-Walid: Ada bekas luka di setiap bagian tubuhnya. Jika anda mengingkarinya, maka anda akan dapatkan pada tandanya. Pedang-pedang meninggalkan tanda-tanda yang terang, tombak- tombak mengabadikan alamat-alamat. 

Kematian Khalid di atas ranjang bukti kebenaran qadha' dan kegembiraan bagi para pengecut. Kematiannya adalah pesta bagi kebatilan, resepsi bagi kekafiran, pameran bagi orang-orang yang terkalahkan.

Khalid bin Al-Walid: Tak tak sulit debu baginya, tak banyak yang senupa dengannya. Sebab tak pernah terpikir lari dalam otaknya. Dia menginjak ular-ular dengan kakinya, dia pelintir leher dengan kedua tangannya. Sinar cemerlang keberanian berkelebatan dari kedua matanya.


Dari buku Hadaa'iq Dzatu Bahjah yang dikarang oleh Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni