Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keagungan Abu Hanifah

Keagungan Abu Hanifah

AGAMANYA hanifiyah ( agama yang lurus ), fikihnya Hanafi, kesabarannya ahnafi ( sebuah kelapangan ). Kakinya menancap di surga Na'im, karena dia adalah An-Nu'man bin Tsabit. Dia telah membuktikan bahwa mantan budak bisa lebih paham dari tuannya. Dia memberitahukan pada orang-orang Arab bahwa orang 'ajam ( non-Arab ) mampu memahami kata-kata Arab.

la nukilkan kepada orang orang non-Arab bahwa orang-orang Arab itu adalah orang-orang yang baik. Dan diantara mereka ada yang mengikutinya kemudian. Dia lepas dari perbudakan karena kecemerlangan otaknya. Dia diborgol karena menolak jabatan untuk menjadi qadhi. Ayahnya adalah seorang pelayan. Dia mereguk ilmu langsung dari mata aimya, lalu dia meledakkannya dengan ledakan yang demikian kencang.

Baca juga: Kisah Bilal bin Rabah

Dia adalah penjual kain yang tidak mengambil harta dengan cara merampas dan cara tidak halal. Manusia bergantung padanya dan berhutang budi karena fikihnya. Para fukaha, jika mengalami kesulitan, mereka akan merujuk pada pemahamannya. Dia terjun dan menerjuni samudera syariah dan dia tidak kembali kecuali dengan membawa mutiara. Taufik menimpa timbanya kemudian - dia berseru,”Kabar gembira ini aku dapatkan anak.”( merujuk pada ditemukannya Nabi Yusuf di dalam sumur, pen ).

Dia akan berbicara dengan mendasarkan pada pendapat pribadinya mana kala dia tidak mendapatkan hadits Rasulullah. Dan dia akan berfatwa sesuai hadits walaupun dia memiliki pendapat sendiri. Pendapatnya banyak yang benar, sehingga kemudian para sahabatnya menganggap bahwa semua kebenaran ada padanya. Dia salah sedikit, namun musuh-musuhnya menimpakan bahwa kesalahan adalah bersumber darinya.

Baca juga: Ulama dan Ilmu Pengetahuan

Dia adalah seorang lelaki yang benar, bukan lelaki yang makshum ( yang sama sekali terjaga dari dosa ). Memang bisa saja dia bersalah, namun itu tidak menjadikannya tercela. Para pengikutnya menyebutnya dengan Imam A'zham ( Imam Terbesar ) dan Faqih Mulham ( Ahli fikih yang mendapatkan ilham ), Sementara orang-orang non Arab menyebutnya dengan Syaikh Akbar Aalim Faqihani ( Syaikh Besar Ahli Fikih ). Sementara itu musuh-musuhnya menyebutkan bahwa dia memiliki dalil yang minim dan sedikit burhan ( alasan kuat ).

Jika dia berfatwa, dia akan mengatakan kepada sahabat sahabatnya,”Jangan disentuh !!”Datang padanya qiyas, maka orang-orang berkata,”Ini tidak memiliki asas ( dasar ). Dia, semoga Allah memberinya rahmat, lebih kecil dari apa yang di katakan oleh orang yang melebih-lebihkannya dan lebih besar dari yang dikatakan oleh orang-orang yang menentangnya. Kami katakan kepada orang-orang yang mencintainya, syaikh kalian itu adalah salah seorang dari para imam. Mereka berkata,”Itu saja tidak cukup, dia adalah lentera umat !
Rambut kepalanya memutih, namun otaknya menjadi muda. Nafsu nya layu, namun pikirannya menyala. Jika dia kehilangan dalil, maka pikiran cerdasnya menyelematkan. Jika tidak ada lagi dalil penguat, dia mengambil dari pandangan yang brilian. Dia adalah seorang lelaki yang agung, meski kebenaran lebih agung darinya. Dia mengantongi fikih dalam dirinya, maka tampaklah pada lisannya kesimpulan-kesimpulan. Dia menyandang fikih, maka bergetarlah hati. Dia demikian dicintai oleh orang-orang India dan dikagumi oleh orang-orang Afghan. Orang-orang Turki merasa nyaman dengan pendapatnya, orang-orang Turkmenistan demikian juga adanya.

Orang orang Kurdi rela menganut madzhabnya, orang-orang Arab banyak bersyukur padanya. Jika yang demikian tidak bisa disebut orang yang luar biasa jenius, maka kami tidak tahu sebutan apa yang pantas baginya. 

Abu Hanifah bagi para pengikutnya laksana ayat-ayat muhkamat ( ayat yang jelas makna dan artinya ). Dalam pandangan ahli hadits, ia adalah ulama yang dapat diterima. Dalam pandangan para ahli madzhab, harus hati-hati menyikapi pendapatnya. Namun, sang penjual kain telah diterangkan pendapatnya di dua tanah haram; Makkah dan Madinah.


Pendapatnya diajarkan di Al-Azhar dan di az-Zaytunah serta didoakan di Andalusia. Kami mengambil pelajaran dari perjalanan hidupnya bahwa para pemuka kaum tanpa adanya pemahaman dan ilmu adalah domba. Sementara mantan budak dengan ilmu akan menduduki tempat mulia. Jika mereka menelisik dalam buku-buku atsar, maka akan didapat kan bahwa Allah membuka otaknya sehingga dia mampu mengeluarkan hujjah yang putih tanpa ada cacat, sebagai tanda kebenaran lainnya. Dia meriwayatkan hadits-hadits, maka dia disanjung oleh Ath-Thahawi dan Az-Zayla'i.

Dia berbicara dengan menggunakan rasio, maka Az Zamkhsyari dan Qadhi Abdul Jabbar demikian mengaguminya. Dia menenggelamkan diri dalam fikih, maka Muhammad bin Al-Hasan dan Abu Yusuf menangkap spiritnya.

Dia dilahirkan di Kufah. Muridnya-muridnya menjadi Qadhi di di Kordoba. Baghdad. Manuskrip-manuskripnya ada di Kairo, surat-surat karyanya ada Al-Khatib mengkritiknya namun dia kembali meralatnya. Imam Malik demikian mengagumi hujah-hujahnya. Asy-Syafi'i memuji pemahamannya yang tajam. Maka datangkanlah dua saksi lelaki dari antara kalian !

Jika seseorang telah terkenal dan keutamaannya telah menebar, maka jadilah dia laksana lautan dimana orang yang berenang akan tenggelam di dalamnya. Dia akan menelan siapa yang memasukinya dan akan membawa orang yang naik di atasnya. Demikian pulalah Abu Hanifah.

Kutipan Dari Buku Hadaa'iq Dzatu Bahjah yang ditulis oleh Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni