Manfaat ASI Bagi Ibu dan Anak
Pada umumnya, ASI dihasilkan sehari setelah bayi dilahirkan, ASI merupakan makanan pertama dan juga makanan utama untuk bayi, demi untuk kelangsungan hidupnya, untuk pertumbuhan badannya dan untuk perkembangan mentalnya.
Betapa pentingnya ibu menyusui bayinya, dapat dirujuk dari surat Al- Baqarah (2) ayat yang ke-233 yang berbunyi sebagai berikut:
Dan para ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun penuh bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan itu. Dan kewajiban pihak ayah untuk menanggung segala nafkah (rizki), makanan dan pakaian mereka dengan cara yang patut.
Kepada para ibu dianjurkan untuk menyusui bayi mereka sampai umur dua tahun apabila produksi ASI mencukupi, agar kesehatan dan kemaslahatan bayinya terjamin. Selanjutnya, pada umur dua tahun, diharapkan bahwa anak telah dapat mengkonsumsi makanan biasa. Kepada para bapak dianjurkan untuk memberi nafkah kepada para ibu dan bayi mereka masing-masing, yang berarti menanggung semua keperluannya, baik fisik maupun mental yang berupa makanan, pakaian, kenyamanan mental dan emosionalnya.
Baca juga: ASI Makanan Ideal Bagi Bayi
Pada hakekatnya, ini berarti bahwa ibu dan bapak harus dapat memenuhi tanggung jawabnya masing-masing dalam mengasuh anak. Dari sudut ilmiahpun dapat dibuktikan bahwa ASI merupakan makanan yang terbaik dan yang paling ideal untuk bayi. Disebut makanan yang terbaik untuk bayi, karena ASi mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam jumlah dan perimbangan yang tepat.
Disebut makanan yang paling ideal, karena dengan menyusul bayinya, selain memberi makanan yang terbaik, secara psikologis akan mempererat hubungan batin antara ibu dan anak yang baru dilahirkan, yang penting artinya untuk perkembangan psikis dan emosional anak untuk selanjutnya. ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai dengan hari ke tiga atau ke empat setelah persalinan disebut kolostrum (colostrum); setelan hari ke empat sampai kira-kira minggu ke lima disebut air susu peralihan atau air susu transisi.
Setelah minggu ke lima dan seterusnya, maka ASI yang diproduksi mempunyai komposisi zat gizi yang tetap. Kolostrum diproduksi sekitar 150 - 300 ml sehari, sedangkan produksi air susu peralihan berangsur-angsur naik, sehingga pada saat bayi berumur tiga bulan dapat diproduksi kira-kira 800 ml sehari. Kadar zat-zat gizi dan zat kekebalan dari air susu peralihan tidak banyak berubah, tapi volumenya berkurang mulai bayi berumur 6 -9 bulan (Setio dkk., dikutip oleh Soemilah S., 1977).
Kolostrum berwarna lebih kuning dan lebih kental daripada ASI, dengan berat jenis 1.040 sampai 1.060, sedangkan berat jenis ASI adalah 1.030. Komposisi kolostrum adalah sebagai berikut:
Berdasarkan atas komposisi dan sifat kolostrum sebagaimana yang tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena melindungi bayi dari berbagai penyakit, membersihkan dan menyiapkan saluran cerna bayi untuk menerima ASI. Oleh karena itu kolostrum perlu diberikan kepada bayi.
Namun sangat disayangkan bahwa ada sebagian masyarakat yang mempunyai kebiasaan membuang kolostrum dengan alasan bayi menderita mencret. Padahal mencretnya itu karena justru sedang membersihkan mekoneum dan hanya berlangsung satu dua hari saja. Kebiasaan membuang kolostrum ini suatu kesalahan besar dan harus dibetulkan dengan cara memberi penerangan kepada calon ibu melalui para dukun paraji, perawat, bidan dan para dokter.
Kandungan zat-zat gizi dalam ASI serba lengkap, baik makronutrien seperti protein, lemak dan karbohidrat, maupun mikronutriennya yaitu mineral dan vitamin. Protein ASI terdiri atas semua asam amino esensial yang lengkap, sehingga protein scorenya mendekati 100. Demikan juga mudah dicerna dengan derajat cema 100%. Mineral yang terdapat dalam ASI sama dengan yang terkandung dalam kolostrum hanya kadarnya lebih rendah. Kandungan vitaminnya adalah: vitamin A, B1, B2, B3, C dan D. ASI mengandung pula zat antibodi seperti kolostrum, namun kadarnya lebih rendah. Dari aspek nutrisi, pemberian ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk pertumbuhan badannya, untuk kesehatannya, perkembangan fisik serta mentalnya.
Dari aspek psikologis, pemberian ASI mempererat hubungan mental ibu dan anak, yang bermanfaat bagi perkembangan mental dan emosional anak untuk seterusnya. Sikap dan cara ibu menyusui anaknya mencerminkan curahan kasih-sayang dan perlindungan kepada anak. Untuk anak, menyusu dari ibu itu memberikan efek rasa aman, nyaman dan sejahtera. Untuk pihak ibu, kodrat serta naluri keibuannya tersalurkan dengan cara menyusui bayinya, sehingga memberi kepuasan tersendiri. Dari aspek medis, ibu yang menyusui bayinya, kemungkinan untuk mengalami perdarahan rahim pasca persalinan lebih kecil dari pada yang tidak menyusui bayinya.
Isapan bayi sewaktu menyusu merupakan rangsangan untuk keluarnya hormon oksitosin yang menyebabkan dinding rahim berkontraksi (mengkerut) dan dengan demikian mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan sekaligus mempercepat pemulihan kembali rahim ke ukuran semula. Fenomena aktualnya adalah memper- pendek masa nifas, sehingga pemulihan kesehatan ibu lebih cepat.
Pada hakekatnya, ini berarti bahwa ibu dan bapak harus dapat memenuhi tanggung jawabnya masing-masing dalam mengasuh anak. Dari sudut ilmiahpun dapat dibuktikan bahwa ASI merupakan makanan yang terbaik dan yang paling ideal untuk bayi. Disebut makanan yang terbaik untuk bayi, karena ASi mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam jumlah dan perimbangan yang tepat.
Disebut makanan yang paling ideal, karena dengan menyusul bayinya, selain memberi makanan yang terbaik, secara psikologis akan mempererat hubungan batin antara ibu dan anak yang baru dilahirkan, yang penting artinya untuk perkembangan psikis dan emosional anak untuk selanjutnya. ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai dengan hari ke tiga atau ke empat setelah persalinan disebut kolostrum (colostrum); setelan hari ke empat sampai kira-kira minggu ke lima disebut air susu peralihan atau air susu transisi.
Setelah minggu ke lima dan seterusnya, maka ASI yang diproduksi mempunyai komposisi zat gizi yang tetap. Kolostrum diproduksi sekitar 150 - 300 ml sehari, sedangkan produksi air susu peralihan berangsur-angsur naik, sehingga pada saat bayi berumur tiga bulan dapat diproduksi kira-kira 800 ml sehari. Kadar zat-zat gizi dan zat kekebalan dari air susu peralihan tidak banyak berubah, tapi volumenya berkurang mulai bayi berumur 6 -9 bulan (Setio dkk., dikutip oleh Soemilah S., 1977).
Kolostrum berwarna lebih kuning dan lebih kental daripada ASI, dengan berat jenis 1.040 sampai 1.060, sedangkan berat jenis ASI adalah 1.030. Komposisi kolostrum adalah sebagai berikut:
- Kadar proteinnya lebih tinggi daripada ASI, sedangkan kadar lemak dan karbohidratnya lebih rendah.
- Kadar mineralnya juga tinggi. Selain mengandung kalsium dan fosfor, juga mengandung magnesium, kalium, natrium dan klor. Kalium berguna untuk gerakan peristaltik usus bayi.
- Kadar vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E dan K juga lebih tinggi daripada yang terdapat di ASI.
- Kandungan zat kekebalan atau antibodi dalam kolostrum sangat tinggi yang terdiri atas imunoglobulin ( IgG, IgM, IgE ), laktoferrin, lysozyme dan lain-lain yang bersifat anti diare, anti bakteri, anti virus, anti jamur dan anti racun.
Berdasarkan atas komposisi dan sifat kolostrum sebagaimana yang tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena melindungi bayi dari berbagai penyakit, membersihkan dan menyiapkan saluran cerna bayi untuk menerima ASI. Oleh karena itu kolostrum perlu diberikan kepada bayi.
Namun sangat disayangkan bahwa ada sebagian masyarakat yang mempunyai kebiasaan membuang kolostrum dengan alasan bayi menderita mencret. Padahal mencretnya itu karena justru sedang membersihkan mekoneum dan hanya berlangsung satu dua hari saja. Kebiasaan membuang kolostrum ini suatu kesalahan besar dan harus dibetulkan dengan cara memberi penerangan kepada calon ibu melalui para dukun paraji, perawat, bidan dan para dokter.
Kandungan zat-zat gizi dalam ASI serba lengkap, baik makronutrien seperti protein, lemak dan karbohidrat, maupun mikronutriennya yaitu mineral dan vitamin. Protein ASI terdiri atas semua asam amino esensial yang lengkap, sehingga protein scorenya mendekati 100. Demikan juga mudah dicerna dengan derajat cema 100%. Mineral yang terdapat dalam ASI sama dengan yang terkandung dalam kolostrum hanya kadarnya lebih rendah. Kandungan vitaminnya adalah: vitamin A, B1, B2, B3, C dan D. ASI mengandung pula zat antibodi seperti kolostrum, namun kadarnya lebih rendah. Dari aspek nutrisi, pemberian ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk pertumbuhan badannya, untuk kesehatannya, perkembangan fisik serta mentalnya.
Dari aspek psikologis, pemberian ASI mempererat hubungan mental ibu dan anak, yang bermanfaat bagi perkembangan mental dan emosional anak untuk seterusnya. Sikap dan cara ibu menyusui anaknya mencerminkan curahan kasih-sayang dan perlindungan kepada anak. Untuk anak, menyusu dari ibu itu memberikan efek rasa aman, nyaman dan sejahtera. Untuk pihak ibu, kodrat serta naluri keibuannya tersalurkan dengan cara menyusui bayinya, sehingga memberi kepuasan tersendiri. Dari aspek medis, ibu yang menyusui bayinya, kemungkinan untuk mengalami perdarahan rahim pasca persalinan lebih kecil dari pada yang tidak menyusui bayinya.
Isapan bayi sewaktu menyusu merupakan rangsangan untuk keluarnya hormon oksitosin yang menyebabkan dinding rahim berkontraksi (mengkerut) dan dengan demikian mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan sekaligus mempercepat pemulihan kembali rahim ke ukuran semula. Fenomena aktualnya adalah memper- pendek masa nifas, sehingga pemulihan kesehatan ibu lebih cepat.
Disamping pemberian ASI sampai umur dua tahun sebagaimana yang tersurat dalam QS AI Baqarah (2):233, bayi diperkenalkan juga dengan makanan cair lainnya. Kepada bayi umur 3-4 bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif hendaknya mulai diperkenalkan dengan makanan cair lainnya, misalnya jus jeruk, jus pepaya atau pisang yang dihalus- kan.
Selanjutnya secara bertahap diberikan bubur susu dan pada umur 7-8 bulan mulai dicoba nasi tim saring yang terbuat dari beras, telur atau ati atau tahu dan sayuran, kemudian nasi tim biasa. Menjelang umur dua tahun mulai disapih yaitu pemberian ASI dihentikan secara bertahap agar setelah umur dua tahun sudah dapat mengonsumsi makanan biasa.
Khusus untuk bayi yang memperoleh ASI eksklusif, pemberian jus buah dan buah yang dihaluskan dilakukan setelah bayi berumur 5 bulan, kemudian secara berangsur-angsur disusul dengan pemberian bubur susu, nasi tim saring, lalu nasi tim biasa dan seterusnya seperti tersebut di atas. Pemberian makanan tambahan ini penting dan harus dilatih dan dibiasakan, karena kebutuhan bayi umur 6 bulan ke atas tidak terpenuhi oleh ASI saja.
Sementara itu, pemberian ASI masih harus diteruskan sampai bayi berumur dua tahun, karena ASI merupakan sumber protein yang melengkapi protein dari makanan lainnya. Disamping itu ASI mengandung zat-zat gizi lain yang penting bagi bayi, yang tidak terdapat dalam susu sapi misalnya jumlah dan bentuk karbohidrat serta lemak yang terdapat dalam ASI sangat penting untuk perkembangan otak bayi & anak (Jelliffe and Jelliffe 1976, dikutip oleh Soemilah S., 1977).
Pada umur dua tahun gigi-geligi anak sudah lengkap, sehingga sudah bisa menyantap makanan biasa. Selama ibu menyusui, kecukupan makanan ibu harus terpenuhi, agar produksi ASI berjalan lancar. Kebutuhan wanita menyusui memang bertambah. Sebagai misal, bila seorang wanita biasa membutuhkan 2000 Kalori, maka wanita yang menyusui membutuhkan 2000 tambah 700 Kalori extra, bila bayinya berumur 0- 6 bulan. Bila bayinya berumur 6 - 12 bulan, tambahan energi extranya menjadi 500 Kalori.
Disamping kebutuhan fisik, kenyamanan mental dan emosional ibu yang menyusui harus diperhatikan pula karena akan mempengaruhi kelancaran produksi ASinya. Pada dasarnya hampir semua ibu mempunyai kemampuan untuk menyusukan bayinya. Namun ada sebagian kecil tidak dapat menyusui bayinya karena tidak dapat menghasilkan ASi atau karena sakit; jumlahnya relatif kecil yaitu sekitar 5%. Ada pula para ibu yang dapat menyusui bayinya tapi jumlah ASI- nya kurang sehingga bayinya harus memperoleh ASI tambahan atau susu pengganti ASI.
Dalam keadaan darurat semacam ini, apabila seorang ibu tidak dapat menyusui bayinya, atau produksi ASInya kurang, maka ada beberapa alternatif yang dapat ditempuh, yaitu:
Pertama, berdasarkan anjuran agama, bayi-bayi mereka itu hendak- nya disusukan kepada "ibu susu" lain yang dapat menghasilkan ASI, sesuai surat Al-Baqarah (2) ayat yang ke-233:
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupan- nya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu menghendaki penyusuan anak-anakmu diserahkan kepada orang lain, juga tidak dosa bagimu, asal kamu memberikan pembayaran yang pantas.
Alternatif kedua adalah memberi susu formula yang terbuat dari susu hewan ternak. Susu hewan temak yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia adalah susu sapi. Oleh karena itu, dalam kepustakaan apabila disebut "susu", biasanya yang dimaksud adalah susu sapi segar. Apabila susu akan diberikan kepada bayi, maka komposisi susu itu harus disesuaikan terlebih dahulu seperti komposisi ASI, agar bayi dapat mencernanya. Kadar protein susu 3x lebih tinggi daripada ASI, sedangkan kadar karbohidratnya (laktosa) lebih rendah.
Oleh karena itu susu harus diencerkan agar kadar proteinnya sama dengan ASI, sedangkan kadar karbohidratnya ditingkatkan dengan menambah tepung (zat pati) misalnya tepung beras, terigu, sagu atau maizena. Susu yang telah diolah semacam ini disebut susu formula.
Tabel:
Pada tahun 1950-an sampai 1960-an susu formula ini masih dibuat di rumah oleh para ibu sendiri yang mempunyai bayi atau di dapur susu rumah sakit atau rumah bersalin. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, susu formula masa kini sudah dapat dijadikan susu bubuk yang dikemas dalam kaleng, sehingga lebih praktis dan tahan lama. Dengan demikian maka alternatif ketiga adalah memberi susu formula kaleng.
Dewasa ini banyak sekali jenis susu formula kaleng khusus untuk bayi, yang komposisinya disesuaikan dengan ASI. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah persyaratan kebersihan dan takarannya harus sesuai dengan petunjuk yang tercantum pada kaleng itu. Namun demikian, masih ada kekurangannya, yaitu zat-zat keke- balan (IgG, IgM, IgE, laktoferin, lisozim dan antibodi lainnya) dan kasih- sayang ibu tidak dapat dikemas dalam susu kaleng atau susu formula.
Sumber:
Di kutip dari Buku Makanan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Ilmu Gizi yang dikarang oleh Dr. Hj. Tien Ch. Tirtawinata Sp.GK