Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kenapa ASI Makanan Paling Ideal Bagi Bayi..???

Kenapa ASI Makanan  Paling Ideal Bagi Bayi..???

Allah Swt. menganugerahkan ASI sebagai makanan pertama dan juga makanan utama untuk bayi. Betapa pentingnya ibu menyusui bayinya, hal itu dapat dirujuk pada firman-Nya yang tertulis dalam surat Al- Baqarah (2) ayat yang ke-233 yang bunyinya sebagai berikut:

Dan para ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempumakan penyusuan itu. Dan kewajiban fihak ayah menanggung segala nafkah pakaian dan makanan mereka dengan cara yang patut.

Kepada para ibu dianjurkan untuk menyusui bayi mereka sampai umur dua tahun agar pertumbuhan badan, perkembangan mental dan kesehatan bayi mereka itu terjamin. Kepada para bapak dianjurkan untuk memberi nafkah kepada para ibu dan bayi mereka masing-masing secara pantas, yang berarti menanggung semua keperluannya, baik fisik maupun mental berupa makanan, pakaian, kenyamanan mental dan emosionalnya.

Pada hakekatnya, ini berarti bahwa ibu dan bapak harus dapat memenuhi tanggung jawab mereka masing-masing dalam mengasuh anak mereka, Dari sudut ilmiahpun dapat dibuktikan bahwa ASI merupakan makanan yang terbaik dan yang paling ideal untuk bayi. Disebut makanan yang terbaik untuk bayi, karena ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam jumlah dan perimbangan yang tepat. Disamping itu ASI mengandung zat kekebalan atau antibodi yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai kuman penyakit.

Baca juga: Keajaiban Rahim Dalam Perspektif Al-Qur'an

ASI disebut makanan yang paling ideal, karena dengan menyusui bayinya, selain memberikan makanan yang terbaik, secara psikologis akan mempererat hubungan batin antara ibu dan anak yang baru dilahirkan, yang sangat penting artinya untuk perkembangan psikis dan emosi anak untuk selanjutnya. Sehari setelah bayi dilahirkan, payudara ibu mulai menghasilkan ASI, ASI yang dihasilkan pada hari-hari pertama setelah persalinan itu disebut kolostrum (colostrum).

Kolostrum berwarna lebih kuning dan leba kental daripada ASI, dengan berat jenis 1.040 sampai 1.060, sedangka berat jenis ASI adalah 1.030. Hal ini disebabkan karena kandungan zat gizi dan zat kekebalan dalam kolostrum lebih tinggi daripada ASI. Disamping mengandung zat gizi dan zat kekebalan, kolostnum berfungsi juga sebagai "obat urus-urus" yang membersihkan saluran pencemaan bayi dari mekonium (mekonium = kotoran yang terdapat dalam saluran cema janin selama masih dalam kandungan).

Baca juga: Pentingnya Makanan Bagi Tubuh

Setelah bersih, kemudian kolostrum itu mempersiapkan saluran cerna bayi it Berdasarkan atas fungsi dan sifat kolostrum sebagaimana yang tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kolostrum itu sangat bermanfaat untuk bayi karena memberi makanan, melindungi bayi terhadap berbagai penyakit, membersihkan dan menyiapkan saluran cerna bayi untuk menerima ASI. Oleh karena itu kolostrum perlu diberikan kepada bayi.

Namun sangat disayangkan bahwa ada sebagian masyarakat yang mempunyai kebiasaan membuang kolostrum dengan alasan bayi menjadi mencret. Padahal mencretnya itu hanya untuk sementara karena justru sedang membersihkan mekonium. Kebiasaan membuang kolostrum ini merupakan suatu kesalahan besar yang harus dibetulkan dengan cara memberi penerangan dan penyuluhan kepada para calon ibu.

Perubahan kolostrum menjadi ASI berlangsung secara bertahap dan terjadi dalam satu atau dua minggu setelah persalinan. Sebagai- mana disebutkan di atas, ASI mengandung semua zat gizi yang diperlu- kan dalam jumlah dan perbandingan yang tepat, disertai zat kekebalan yang lengkap untuk bayi.

Dari aspek nutrisi, pemberian ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk pertumbuhan badannya, untuk perkembangan mental dan intelektualnya serta untuk kesehatannya. Dari aspek imunologis, bayi memperoleh zat kekebalan atau antibodi yang lengkap, sehingga terhindar dari gangguan saluran cerna dan penyakit-penyakit lain. Dari aspek psikologis, pemberian ASI mempererat hubungan mental antara ibu dan anak, yang bermanfaat bagi perkembangan mental dan emosional anak untuk selanjutnya.

Sikap dan cara 1bu menyusui anaknya mencerminkan curahan kasih-sayang dan per- lindungan kepada anak. Untuk fihak anak, sikap serta pelukan Ibu sewaktu menyusui itu memberikan rasa aman, nyaman dan sejahtera Untuk fihak ibu, kodrat serta naluri keibuannya akan tersalurkan dengan cara menyusui bayinya, sehingga hal ini memberi kepuasan termondiri untuk menerima ASI.

Dari aspek medis, ibu yang menyusui bayinya, mempunyai kemungkinan untuk mengalami perdarahan pasca persalinan yang lebih kecil daripada yang tidak menyusui bayinya. Hasil dari beberapa penelitian membuktikan bahwa isapan bayi sewaktu menyusu merupakan rangsangan untuk keluarnya hormon oksitosin yang menyebabkan dinding rahim berkontraksi (mengkerut) dan dengan demikian mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan sekaligus mempercepat pemu- lihan kembali dari rahim ke ukuran semula. Fenomena aktualnya adalah mempercepat penyembuhan masa nifas, sehingga pemulihan kesehatan ibu lebih cepat. Keuntungan lain dari pemberian ASI adalah: mudah dan praktis, karena dapat diberikan kapan saja, dimana saja dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai dengan suhu bayi, higienis, bebas dari kuman dan ekono- mis.

Demikianlah keutamaan ASI sebagai makanan pertama untuk bayi. Setelah umur dua tahun, bayi telah tumbuh menjadi anak dan dapat disapih, pemberian ASI dihentikan, karena anak umur dua tahun dianggap telah dapat mengkonsumsi makanan biasa. Penyapihan atau menyapih bayi adalah menghentikan pemberian ASI kepada bayi, yang dilakukan secara bertahap, sehingga akhirnya ibu berhenti menyusui bayinya. Sebagai pengganti ASI diberikan susu formulal susu botol kepada bayi. Penyapihan biasanya dilakukan apabila bayi sudah dapat mengon- sumsi makanan lunak lain, yaitu jus buah, bubur susu, biskuit, nasi tim saring atau nasi tim lengkap.

Di samping makanan lunak tersebut di atas, bayi masih mendapat ASI 2 - 3 kali sehari. Proses penyapihan dilakukan secara bertahap, misalnya ibu masih menyusui bayinya dua kali sehari pada pagi dan malam hari. Mula-mula penyusuan pagi hari dihentikan dan diganti dengan susu botol. Setelah beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung keadaan, penyusuan malampun diganti pula dengan susu botol.

Penyapihan secara bertahap sangat bermanfaat, baik untuk bayi maupun untuk ibunya. Bermanfaat untuk bayi, karena dia diberi waktu cukup untuk membiasakan diri mengisap susu formula dari botol; sedang- kan untuk ibu, penyapihan secara bertahap akan mengurangi produksi ASI berangsur-angsur secara alami, sehingga waktu penyapihan total ibu tidak mengalami pembengkakan payudara. Sebagai ilustrasi, mengenai masalah penyapihan ini, ada sebuah pengalaman yang akan dipaparkan di bawah ini. Sekitar tahun 60-an, bayi disapih pada umur 6 sampai 9 bulan, ber- dasarkan buku acuan Nelson's Textbook of Paediatrics. Teori atau ketentuan inilah yang dianut di dunia kedokteran pada tahun 60-an dan jauh sebelumnya.

Banyak soal yang menyangkut bagian limu Kesehatan Anak. ditanyakan antara lain adalah soal penyapihan bayi, alasannya, kendalanya dan cara penanggulangannya. Maka banya dari Mahasiswa yang menjawab: "Penyapihan dianjurkan apabila bayi mencapai umur dua tahun", dinyatakan harus mengulang kembali ujiannya alias tidak lulus. Sungguh, kegagalan itu merupakan pengalaman pahit yang tidak dapat dilupakan! Padahal jawaban itu sesuai dengan apa yang tertulis dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat yang ke-233.

Dengan berjalannya waktu, ternyata sekitar 2 dekade kemudian yaitu tahun 80-an, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) justru meng- anjurkan agar penyapihan dilakukan pada saat bayi berumur dua tahun. Perubahan yang sangat drastis mengenal masalah penyapihan ini-dari bayi berumur 9 bulan menjadi berumur 2 tahun-didasarkan atas hasil-hasil penelitian di berbagai negara anggota WHO, bahwa penyapihan pada bayi berumur 2 tahun membuktikan berbagai ke- untungan antara lain:
  1. Angka morbiditas bayi menurun secara bermakna, yang berarti bayi jarang sakit.
  2. Angka mortalitas bayi menurun secara bermakna, yaitu jumlah bayi yang meninggal dalam kurun waktu satu tahun berkurang.
  3. Tumbuh kembang bayi lebih baik, yaitu penambahan berat badan dan tingginya pada umur tertentu, sesuai dengan baku yang telah ditentukan. Demikian juga perkembangan fisik dan mentalnya, misal- nya merangkak, berjalan, berbicara dsb. sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
  4. Pada umur dua tahun, gigi geligi anak sudah lengkap, sehingga dapat mengunyah makanan biasa dengan sempurna.
  5. Jarak kehamilan ibu makin lama-yaitu selama masa penyusuan - walaupun tanpa menggunakan kontraseptif. Hal ini terjadi karena selama ibu menyusui bayinya, tidak terjadi pematangan sel telur (ovulasi), sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Hal ini membukti- kan bahwa menyusukan bayi merupakan salah satu cara "Keluarga Berencana" yang alami, walaupun tentu saja ada kekecualian atau kegagalan sekitar 20% - 40%.
Di samping masalah penyapihan itu, mulai tahun 90-an WHO menganjurkan pula ditingkatkannya pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 4 - 5 bulan. Pemberian ASI eksklusif berarti bayi semata-mata hanya mendapat ASI saja. Hal ini disebabkan karena produksi ASI dianggap memenuhi kebutuhan gizi bayi, selama keadaan ibu sehat wal afiat dan produksi ASI-nya cukup.

Sampai saat ini, dalam hal makanan- nya, bayi masih bergantung pada ibunya, namun berbeda dengan fase dalam rahim dimana janin hanya menerima secara pasif zat-zat makanan dari ibunya, sedangkan bayi sudah aktif mengisap ASI. Untuk bayi yang mendapat ASI eksklusif makanan cair selain ASI baru diberikan setelah umur 4 -5 bulan. Untuk bayi yang tidak memperoleh ASI eksklusif, makanan cair lainnya diperkenalkan pada umur 3 - 4 bulan, misalnya jus buah, bubur susu dan sejenisnya. Pada umur 8 - 9 bulan mulai diberikan nasi tim saring, nasi tim lengkap dan secara berangsur-angsur setelah umur satu tahun diberi makanan lunak.

Pada umur dua tahun, makanan bayi sama dengan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Penyapihan sampai bayi berumur dua tahun, selain bermanfaat untuk kesehatan dan tumbuh kembang si bayi, juga berfaedah untuk kesehatan ibu dan pada akhirnya menghasilkan kenyamanan dan kesejahteraan seluruh keluarga.

Dapat disimpulkan di sini bahwa penelitian-penelitian ilmiah itu dapat merupakan pembenaran terhadap ayat-ayat Al-Quran, namun kadang-kadang baru terbukti setelah bertahun-tahun bahkan setelah berabad-abad. Anjuran mengenai penyapihan yang tertulis dalam surat Al-Baqarah (2) ayat yang ke-233 merupakan ayat Madaniah permulaan yang di- wahyukan pada abad ke-7, sedangkan hasil penelitian-penelian ilmiah oleh WHO sebagai pembenaran ayat itu baru terbukti pada akhir abad ke 20.

Jadi setelah 13 abad manusia baru dapat membuktikan kebenarannya. Untuk saya pribadi, dibalik kegagalan dalam ujian di tingkat 5 FKUI itu terdapat hikmah yang tersembunyi, suatu blessing in disguise. Sejak saat itu saya menjadi penasaran yang kemudian menimbulkan motivasi untuk lebih memahami makna dan kandungan ayat-ayat Al-Quran.





Sumber:

Buku Makanan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Ilmu Gizi oleh Dr. Hj. Tien Ch. Tirtawinata Sp.GK