Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membedakan Antara Hakekat Dan Majas Dalam Memahami Hadits

Membedakan Antara Hakekat Dan Majas Dalam Memahami Hadits

Bahasa Arab adalah bahasa yang kaya dengan majas. Dan gaya bahasa yang satu ini memang lebih mengenai sasaran hakekat sebagaimana diakui dalam Ilmu Balaghah. Dan Rasulullah adalah bangsa Arab yang paling mahir dan paling fasih dalam masalah Balaghah dalam mengungkapkan sabdanya. Ucapan beliau bekerja sebagai penjelasan wahyu Ilahi, Maka tidak heran hadits-hadits yang diriwayatkan daripada beliau berbicara banyak majas, yang mengungkapkan maksud dengan gaya bahasa yang sangat memukau.

Dan yang dimaksud dengan majas di sini adalah yang mencakup majas lughawi, 'aqli, isti'aarah, kinaayah, isti'aarah tamtsiiliyyah dan setiap ungkapan yang menggunakan kiasan lainnya. Dalam pembicaraan majas diketahui dengan adanya qariinah sebagai indikatornya, baik yang terucapkan atau yang dilihat dari situasi dan kondisi. Di antaranya, kutipan yang ditujukan kepada binatang, burung, benda mati dan benda-benda abstrak. Seperti ucapan mereka : "Dikatakan kepada lemak (maksudnya orang gemuk) : "Hendak kemana kamu ?". Jawabnya : "Akan meluruskan yang bengkok (maksudnya menemukan cacat tubuh yang telihat karena saking kurusnya). Kayu berkata kepada paku : "Kenapa kamu menjatuhkanku?" Jawab paku : "Tanyakan hal itu kepada orang mengetokku".

Baca juga: Hadits Menjaga Kehormatan Muslim

Semuanya termasuk dalam representasi dan perumpamaan, dan ungkapan seperti ini tidak termasuk debu dalam menyampaikan berita. Al-Imam ar-Rahib al-Ashfahani dalam bukunya yang bermutu Adz-Dzarii'ah llaa Makaarimi-sy-Syarii'ah mengatakan : "Ketahuilah bahwa pembicaraan, bila diucapkan dengan perumpamaan untuk diambil pelajarannya, maka sebenarnya tidak termasuk dusta Oleh karena itu orang-orang yang sangat berhati-hati tidak merasa rikuh menggunakannya.

Umpamanya, kisah yang terkenal yang menceritakan singa, serigala dan rubah yang sama -sama berburu. Mereka berhasil menangkap keledai liar, rusa dan kelinci. Singa berkata kepada serigala: "Bagikanlah". "Sudah dibagi, keledai liar untukmu, rusa untukku dan kelinci untuk rubah", jawab serigala. Mendengar itu, singa menjadi marah dan ia menerkam serigala dan membunuhnya, Lalu ia berkata kepada : yegni "Bagikanlah". "Sudah dibagi. Keledai liar untuk makan siang, rusa untuk santapan tidur setelah siang dan kelinci untuk makan malammu". jawab rubah. Dengan terheran-heran singa kembali bertanya : "Siapa yang mengajarimu pembagian ini ?". "Baju yang berwarna ungu yang dikenakan serigala". rubah dengan santai. la berkata : "Seperti perumpamaan di atas firman Allah 'Azza wa jalla :

إِنَّ هَذَا أَخِي 
"Sesungguhnya saudaraku ini
لَهُ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ نَعْجَةً 
memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina
وَلِيَ نَعْجَةٌ وَاحِدَةٌ 
dan aku memiliki seoekor saja".  (Shad 38:23).

Demikian pula banyak ahli tafsir tentang firman Allah ta'ala:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ 
"Sesungguhnya Kami telah mengajukan amanat
عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ 
kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا 
maka segala sesuatu enggan untuk amanat itu
وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ 
dan mereka khawatir akan amanat itu, dan dipikullah oleh manusia".   (al-Ahzaab 33:72).

Mengartikan perkataan sebagai majas terkadang menjadi suatu keharusan, karena kalau tidak, kita akan terperosok kepada salah pengertian. Ketika Rasulullah saw bersabda kepada para isterinya:

أَسَرَعَكُنَّ لَحُقًا بِى أَطْوَلَكُنَّ يَدًا
“orang yang paling cepat menyusulku adalah yang paling panjang tangannya di antara kalian”.

Mereka mengartikannya sebagai tangan yang sesungguhnya. 'Aisyah berkata, mereka saling memanjangkan tangan untuk mengetahui siapa di antara mereka yang paling panjang. Bahkan disebutkan dalam beberapa hadits bahwa mereka mengambil sepotong kayu untuk mengukur tangan siapa yang paling panjang.

Padahal Rasulullah saw tidak bermaksud demikian. Yang dimaksud dengan panjang tangan adalah yang banyak berbuat kebaikan. Dan hal ini yang tidak dibenarkan oleh realita. Isteri yang paling pertama menyusulnya adalah Zainab binti Jahsy. Ia adalah seorang wanita yang kreatif yang banyak berkarya dan banyak mengeluarkan sedekah. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Keutamaan Sahabat, nomor hadits 2453. Al-Bukhari juga menduga bahwa yang paling panjang menghadap dan paling cepat menyusul Rasulullah saw adalah Saudah. Dan kesalah-pahaman seperti ini, selain yang terjadi dalam memahami as-Sunnah, juga terjadi dalam memahami al-Qur'an, sebagaimana yang dilakukan oleh Adi bin Hatim ketika memahami firman Allah ta'ala tentang puasa dalam surat Al-Baqarah ayat yang ke-187: "Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam....”.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Adi bin Hatim, ia berkata : “Ketika ayat WA KULUU WA-SYRABUU (dan makan minumlah) turun saya mengambil dua utas tali, yang satu berwarna hitam dan yang satunya lagi berwarna putih. Hanya saya ikatkan dan saya di bawah bantal. Saya selalu melihatnya. Bila yang berwarna putih terlihat jelas dari yang berwarna hitam, sayapun menaham diri untuk tidak makan minum. Keesokan harinya, saya pergi ke Rasulullah saw dan saya ceritakan apa yang telah saya lakukan. Beliau mengatakan : "Kalau begitu, lebarnya bantalmu itu ! sesungguhnya yang dimaksud adalah putihnya siang hari dan hitamnya malam hari".

Dan pengertian "kalau begitu, berapa lebarnya bantalmu itu" adalah cukup memuat dua utas tali, yang berwarna hitam dan berwarna putih, yang dimaksud oleh ayat di bawahnya, yaitu putihnya siang hari dan hitamnya malam hari, maka yang dimaksud adalah lebarnya bagian timur bumi dan bagian baratnya".

Umpamanya lagi Allah ta'ala dalam hadits qudsi yang terkenal:

وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ 
“Bila hamba-Ku mendekatkan diri kepadaku sejengkal,
تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ،
maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta.
 وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا 
Dan bila ia mendekati diri-Ku sehasta, 
تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ،
Aku mendekatkan diri padanya sedepa,
 وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى 
dan bila ia datang kepadaku dengan berjalan
أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً »
maka Aku datang kepadanya dengan berlari",

Kaum Mu'tazilah mengecam ahli hadits yang meriwayatkan seperti hadits di atas dan mereka mengatakannya sebagai firman Allah 'Azza wa Jalla.

Baca juga: Hadits Tentang Ru'Yah dan Hisab

Hadits seperti itu memberi kesan penyerupaan Allah ta'ala dengan makhluk-Nya dalam masalah mendekati diri secara fisik, berjalan dan berlari. Dan ini tidak sesuai dengan sifat Allah yang sempurna.

Tuduhan mereka dibantah oleh al-Imam Ibnu Qutaibah dalam bukunya Ta'wiilu Mukhtalafi-l-Hadiits dengan mengatakan : "Penyerupaan ini mengandung arti bahwa barangsiapa datang kepada Allah dengan segera, dengan taat, maka Allah akan mendapatkan pahalanya lebih cepat jika ia taat Maka hal ini dengan bahasa kiasan "berjalan dan berlari".

Contoh lainnya adalah firman Allah dalam surat al-Hajj ayat ke 51:

وَالَّذِينَ سَعَوْا فِي آيَاتِنَا
“Dan orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat kami
 مُعَاجِزِينَ 
dengan melemahkan (kemauan untuk beriman);
أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ 
mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka)".

Perkataan as-sa'yu artinya berjalan dengan cepat, dan pengertian dari ayat tersebut bahwa mereka akan selamanya berjalan dengan cepat, mereka akan segera berniat dan beramal.

Dan kita dapatkan dalam sebagian ungkapan yang sangat sulit dipahami, terutama bagi golongan terpelajar pada masa sekarang ini. Hal itu bila diartikan dengan pengertian yang sebenarnya sebagaimana yang terkandung dalam kutipannya sesuai dengan petunjuk yang asli. Dan bila diartikan menurut pengertian majas, kesulitanpun dapat dihilangkan sehingga pengertian yang dimaksud menjadi jelas. Sebagai contoh, hadits yang diriwayatkan oleh al- Bukhari dan Muslim, dari Nabi Muhammad saw, beliau mengatakan:

"اشْتَكَتِ النَّارُ
Neraka mengadu 
 إِلَى رَبِّهَا فَقَالَتْ:
kepada Tuhannya, untuk itu ia berkata:
 يَا رَبِّ، أَكَلَ بَعْضِي بَعْضًا،
 "Ya Tuhanku, sebagian dariku memakan sebagian yang lainnya, "
 فَأَذِنَ لَهَا بنَفَسين:
maka diberi izin baginya untuk mengeluarkan dua kali hembusan napasnya;
 نَفَسٌ فِي الشِّتَاءِ،
sekali di musim dingin
 وَنَفَسٌ فِي الصَّيْفِ.
dan yang sekali lagi di musim panas.
 فَأَشُدُّ مَا تَجِدُونَ فِي الشِّتَاءِ مِنْ بَرْدِهَا،
Maka yang sangat dingin yang kamu jumpai di musim dingin bersumber darinya. 
 وَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ فِي الصَّيْفِ مِنْ حَرِّهَا"
Dan panas yang amat terik yang kamu jumpai di musim panas, bersumber dari panasnya.

Anak-anak sekolah pada masa sekarang dalam mata pelajaran geografi mereka belajar sebab-sebab perubahan musim, timbulnya panas dan musim dingin, perubahan musim menjadi panas dan dingin, yaitu berdasarkan hukum alam dan sebab-sebab yang diketahui oleh orang-orang yang mempelajarinya . Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa sebagian bola bumi mengalami dingin yang amat sangat dan musim-musim lainnya yang terjadi musim panas yang juga amat sangat. Pada tahun 1988 saya berkunjung ke Australia dimana sedang mengalami musim dingin yang sangat menyengat. Dan pada tahun 1989 saya berkunjung ke Amerika Selatan dan saya mendapatkan musim panas yang juga yang sangat menyengat.

Maka hadits di atas harus diartikan dengan pengertian majas dan ilustrasi seni yang menggambarkan panas yang amat sangat sebagai salah satu bagian dari tubuh neraka Jahannam, sebagaimana digambarkan yang amat sangat sebagai bagian tubuh lainnya. Dan neraka Jahannam menyediakan berbagai siksaan; di antaranya cuaca panas yang sangat menyenangkan dan cuaca dingin yang juga menyengat !

                                                             Bersambung >>>>>>>>