Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Amir Husin Al Mujahid Tokoh Pejuang kemerdekaan dari Tanah Aceh

Amir Husin Al Mujahid Tokoh Pejuang kemerdekaan dari Tanah Aceh

Amir Husin Al Mujahid adalah salah seorang tokoh sejarah dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan di Tanah Aceh. Dalam tahun 1939, di Kuta Asan Sigli telah berlangsung Kongres PUSA, dalam kongres mana ribuan utusan dan peninjau dari cabang-cabang dan ranting ranting PUSA seluruh Tanah Aceh hadir, bahkan juga hadir sejumlah peninjau dari luar Tanah Aceh, seumpama Prof. Dr. Mahmud Yunus dari Padang, Sumatra Barat, sementara Teungku Syekh Ibrahim Lamnga yang terkenal dengan panggilan "Ayahanda" turut memberi sambutan bernilai lewat Radio Singapura, karena beliau waktu itu telah melarikan diri ke "Pulau Singa" itu sebelum sempat kekuasaan Hindia Belanda menangkap dan menjebloskannya dalam penjara kolonial, Salah seorang yang hadir dalam Kongres I PUSA itu, yaitu Teungku Amir Husin Al Mujahid dari Idi, yang waktu itu sudah berusia 40 tahun.


Baca juga: Ulama dan Penulis Dari Aceh Keturunan Abu Bakar

Salah satu keputusan terpenting dari Kongres PUSA tersebut, yaitu membentuk sebuah organisasi pemuda yang diberi nama Pemuda PUSA. Waktu kongres akan memilih Pengurus Pemuda PUSA, Teungku Amir Husin Al Mujahid menawarkan, bahkan mencalonkan dirinya menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Pemuda PUSA.

Terhadap pencalonan diri Al Mujahid yang demikian pasti dan berani, timbul pro dan kontra dari para peserta kongres. Sekalipun banyak yang menyetujuinya. Namun ada juga yang tidak dapat menerima, dengan alasan bahwa Amir Husin berwatak suka membikin gaduh atau berkelahi.

Apa yang disinyalir oleh mereka yang tidak menyetujuinya, memang ada. Dalam buku catatannya sendiri antara lain didapati catatan-catatan mengenai watak suka berkelahinya itu:
  1. Waktu Amir masih sekolah dasar, sudah pernah melempar seorang hariya pasar di Idi, sehingga perkaranya sampai kepada Teuku Cik Idi yang juga hadir shalat jum'at
  2. Di Idi juga, pernah meminta turun seorang khatih Jumat selagi sedang berkhotbah, karena isi khotbahnya bersifat memaki-maki dan memfitnah, sehingga hal tersebut menjadi urusan Teuku Cik ldi, yang juga hadir salat Jumat.
  3. Waktu belajar di Madrasah Maslurah Tanjungpura, Langkat, pernah memimpin satu perkelahian antara pemuda-pemuda Acch dengan Polisi Kerajaan, sehingga urusannya sampai kepada Sultan Langkat sendiri.
  4. Dalam perjalanan mencari derma, beberapa kali berkelahi di perjalanan, terutama di Betawi sendiri waktu menonton bioskop.
  5. Di Singapura pernah berkelahi dengan orang Arab yang baru datang dari Hadramaut.

Mengenai pencalonan dirinya menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Pemuda PUSA, Amir Husin mencatat dalam buku catatannya, yang ikhtisarnya sehagai berikut:

Di saat pemilihan siapa yang akan menjadi Ketua Pengurus Besar Pemuda PUSA itu, ada setengah jam lamanya tidak ada seorang pun yang mau berbicara. Maka Amir Husin bangun dari tempat duduk, menunjukkan tangan dengan mengatakan: "Saya sanggup! Semua hadirin setuju Amir Husin menjadi Ketua Pengurus Besar Pemuda PUSA".

Tetapi, ada juga yang tidak setuju dengan alasan bahwa Amir Husin sejak kecilnya suka berkelahi. Kalau nanti jadi Ketua Umum Pemuda PUSA, parahlah kita semua, karena Amir Husin suka membuat kericuhan di mana- mana, bahaya kita nanti dibuatnya, kata mereka yang tidak setuju. Akhirnya terjadi debat sengit antara mereka yang tidak setuju dengan mereka yang menyetujuinya, yang dipelopori oleh Teungku Haji Abubakar Bireuen, yang dalam mempertahankan pendirian kelompoknya antara lain mengatakan "Justru karena suka berkelahilah kita angkat Amir Husin menjadi Ketua Pengurus Besar Pemuda PUSA, karena kita memerlukan seorang tokoh pemuda yang berani, jujur, cekatan dan cepat bertindak seperti Amir Husin.

Organisasi Pemuda PUSA ini adalah alat perjuangan yang paling ampuh, yang dapat kita pergunakan dalam perjuangan mencapai kemerdekaan Tanah Air khususnya mengusir Belanda dari Tanah Air, baik perjuangan melalui politik maupun perjuangan dalam bentuk lainnya. Kalau orang penakut yang banyak pikir, tidak bisa menjadi Ketua Pemuda perjuangan. Amir Husinlah yang tepat sekali untuk menjadi Ketua, tidak ada pilihan lain.

Setelah pidato Haji Abubakar Bireuen, semua hadirin bertepuk tangan dan mengatakan setuju, sehingga dengan demikian terpilihlah Teungku Amir Husin Al Mujahid menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Pemuda PUSA dengan susunan lengkapnya:

Ketua Umum : Teungku Amir Husin Al Mujahid

Ketua I: Teungku Yakub Hasan

Sekretaris Umum : Teungku Abubakar Adamy

Sekretaris I: Muhammad Basyah (EMBA)

Sekretaris II : Nurdin Sufi

Sekretaris III: Teungku Husin Itam

Bendahara : Teungku Muhammad Arsyad Ali

Komisaris-Komisaris: Teungku Ahmad Ubit, Teungku Abubakar Amin, Teungku Muhammad Yusuf Simpangulim, Teungku Usman Azis.

Di bawah pimpinan Teungku Amir Husin Al Mujahid dan kawan-kawannya, kemudian organisasi Pemuda PUSA berkembang pesat sekali, dengan sebuah organisasi kepanduan yang bernama Kasysyafatul Islam atau Kepanduan Islam. Adalah satu kenyataan bahwa dalam perjuangan kemerdekaan di Aceh. PUSA dengan Pemudanya telah memegang peranan yang penting sekali, di samping organisasi-organisasi yang lain.

Waktu terjadi Revolusi 1945, di samping organisasi tentara resmi, yatu Divisi X, berdiri pula tiga buah divisi lasykar rakyat, yaitu:
  1. Divisi Teungku Cik Tiro di bawah pimpinan Teungku Muhammad Daud Beureueh dan Cikmat Rahmay
  2. Divisi Rencong yang dipimpinan Nyak Neh dan Muhammad Saleh Rahmany dengan A. Hasjmy sehagai Pemimpin Umumnya.
  3. Divisi Teungku Cik Payabakong di bawah pimpinan Teungku Amir Husin Al Mujahid dan kawan kawannya.

Selain sebagai Panglima Divisi Teungku Cik Payabakong, selama masa Revolusi 45 Teungku Amir Husin Al Mujahid juga pernah menjabat antara lain:
  1. Staf Umum TRI Komandemen Sumatra dengan pangkat Jenderal Mayor Kehormatan TRI, dengan SK Presiden No. 20/SD bertanggal 28 September 1946.
  2. Staf Wakil Menteri Pertahanan, yang waktu itu dijabat oleh Dr. A.K. Gani.
  3. Ketua Biro Perjuangan.
  4. Anggota Panitia Pembentukan TNI mewakili Biro Perjuangan dan Divisi Teungku Payabakong.
  5. Pemimpin Umum Tambang Minyak Sumatra Utara dan Aceh (TMSUA). yang waktu beliau menjabat pimpinan TMSUA, dengan kelihaiannya yang luar biasa dapat menggagalkan usaha pengembalian Tambang Minyak Sumatra Utara dan Aceh kepada BPM (perusahaan minyak Belanda).
Mengenai usaha pengembalian Tambang Minyak Sumatra Utara dan Aceh kepada BPM, dalam buku catatan Teungku Amir Husin Al Mujahid didapati oleh A. Hasjmy yang ikhtisarnya sebagai berikut: Pada masa Indonesia Merdeka, rakyat Aceh menyerahkan pimpinan Tambang Minyak Aceh/Sumatra Utara kepada Teungku Amir Husin Al Mujahid, supaya jangan dikuasai oleh PKI maupun oleh Belanda.

Waktu ada usaha-usaha sementara pihak untuk mengembalikan tambang minyak itu kepada Belanda, yang dinamakan "pengembalian harta benda orang asing", Amir Husin Al Mujahid mengetuai sebuah rombongan untuk melakukan perundingan di Medan, Palembang/Plaju, Jakarta dan Yogyakarta.

Perundingan di Jakarta dan Yogyakarta menghasilkan keputusan dari Pemerintah RI, menyerahkan kekuasaan kepada Amir Husin Al Mujahid mengenai pengembalian tambang minyak Aceh/Sumatra Utara kepada Belanda.

Kemudian terjadilah perundingan di Aceh sendiri antara delegasi BPM dengan delegasi Indonesia di bawah pimpinan Al Mujahid, yang berakhir dengan kegagalan, karena Amir Husin Al Mujahid tidak menyetujui pengembalian tambang minyak Aceh/Sumatra Utara kepada perusahaan minyak Belanda BPM. sekalipun mereka menawarkan kepada AI Mujahid hadiah yang besar atau kedudukan yang baik dengan gaji yang besar sebagai pegawai tinggi BPM Dengan kegesitan Teungku Amir Husin Al Mujahid, BPM tidak berhasil mendapatkan kembali tambang minyak bumi di Aceh dan Sumatra Utara, seperti yang telah mereka lakukan sebelum Perang Dunia II, sehingga karenanya "Tambang Minyak Aceh/Sumatra Utara" menjadi modal pertama bagi PERTAMINA dalam mengembangkan dirinya sehingga sekarang telah menjadi Perusahaan Negara (PT Pertamina) yang besar dan amat vital.

                                        Bersambung >>>>>>>




Sumber:

Buku Ulama Aceh (Mujahid Pejuang Kemerdekaan Dan Tamadun Bangsa) oleh A.Hasjmy