Ulama Yang Lahir Dalam Perang di Aceh
Ulama yang lahir dalam perang itulah gelar yang di sandang oleh Amir Husein Al-Mujahid. Karena kelahiran beliau adalah tahun yang sedang berlangsungnya perang kolonial di Aceh. Beliau lahir pada tahun 1311 H bulan Muharram/1900 M di desa Blang Siguci Idi Rayeuk Aceh Timur. Amir Husein Al-Mujahid merupakan putra dari pasangan Amir Suleiman dan Cut Manyak binti Muhammad Yusuf bin Syekh Yakub bin Syekh Abdussalam.
Tahun kelahiran beliau merupakan perang yang sudah hampir memasuki tahap baru dalam perang melawan kolonial. Karena pada tahun 1903 Sultan Aceh dan sgumlah pemimpin yang lain terpaksa menyerah, karena terjadi penyanderaan terhadap keluarganya seperti yang dituturkan oleh salah seorang putrinya, atau ditawan dengan satu cara yang sangat keji seperti yang dijelaskan sumber yang lain. setelah peristiwa tersebut, situasi menjadi berubah. Pucuk pimpinan perang gerilya yang bermarkas di pedalaman Aceh, memutuskan bahwa perangan terhadap Belanda harus dilakukan dengan dua jalan, yaitu yang pertama melanjutkan perang gerilya total, perang gerilya kelompok dan perang gerila perorangan, dan yang kedua melakukan perjuangan dalam bidang pendidikan dan politik.
Baca juga: Amir Husin Al-Mujahid Tokoh Pejuang Kemerdekaan Dari Aceh
Dalam rangka politik perang yang baru ini, dalam tahun 1916 terjadilah dua peristiwa yang amat penting, yaitu:
Dalam tahun 1916, untuk pertama kali berdirilah cabang Syarikat Islam di Banda Aceh, kemudian dalam waktu yang relatif cepat berdirilah cabang cabang dan ranting-ranting di seluruh Tanah Aceh, sampai ke pelosok-pelosok yang terpencil, yang didirikan oleh para ulama yang telah mendirikan dayah-dayah kembali dan beberapa uleebalang, sekalipun telah dipercayakan oleh Belanda untuk memerintah kembali.
Menurut sebuah sumber, dalam tahun 1917, beberapa cabang Syarikat Islam di Aceh telah mengirim utusan-utusannya ke Kongres (Majelis Tahkim) Syarikat Islam di Pulau Jawa. Dalam tahun-tahun Aceh sedang melanjutkan perang gerilya dan mulai membangun pusat-pusat pendidikan Islam dan pergerakan politik.
Amir Husin dan puluhan ribu putra-putri Aceh lainnya lahir ke dunia, seakan-akan untuk menyongsong zaman yang sedang resah gelisah itu, zaman bangkit kembali usaha perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Apabila demikian halnya, tidaklah heran apabila Amir Husin dari tetesan darah dua pahlawan kemudian menjadi sasaran empuk dari semangat kemerdekaan itu.
Menurut catatannya sendiri yang ditemukan oleh A. Hasjmy yang menjadi sumber utama dari karangan ini, bahwa semenjak Amir Husin belajar di Dayah Cot Meurak. Bireuen, dia telah mendapat pendidikan politik dari ayahneknya sebelah ibu, Teuku Cik Berahmad. Waktu dia datang ke rumah ayahneknya itu di Blang Pulo, juga sering berjumpa dengan Teuku Cik Muhammad Said, seorang tokoh Syarikat Islam di bawah Teuku Raja Bujang, yang selalu mengunjungi Teuku Cik Berahmad, yang juga anggota Syarikat Islam.
Dari kedua tokoh Syarikat Islam inilah Amir Husin mula-mula mendapat pendidikan politik, kemudian ditambalh lagi oleh para ulama yang menjadi pemimpin dayah, di mana Amir Husin belajar. Semenjak itu, Amir Husin telah menjadi kader Syarikat Islam dan tetap menjadi tokoh/anggota Syarikat Islam sampai akhir hayatnya. Berkat pendidikan politik dari muda remaja itulah, maka kemudian Amir Husin aktif dalam pergerakan, seperti dalam Muhammadiyah dan kemudian dalam PUSA, bahkan menjadi pemimpin tertinggi (Ketua Umum Pengurus Besar) Pemuda PUSA.
Dalam rangka politik perang yang baru ini, dalam tahun 1916 terjadilah dua peristiwa yang amat penting, yaitu:
- Tuanku Raja Keumala mendirikan Jam'iyah Khairiyah yang menjadi bagian dari Masjid Raya Baiturrahman, yaitu permulaan usaha membangun pusat-pusat pendidikan Islam kembali, bahkan Jam'iyah Khairiyah sebagai awal dari pembaharuan sistem pendidikan Islam di Tanah Aceh Setelah berdiri Jam'iyah Khairiyah sebagai jelmaan baru dari Jami Baiturrahman pada zaman jayanya Aceh, maka para ulama yang telah "melapor" mendirikan dayah-dayah (pusat pendidikan Islam) di berbagai tempat di seluruh Tanah Aceh, seperti Dayah Tanoh Abey, Dayah Lambirah, Dayah Krungkale, Dayah Indrapuri, Dayah Reubey, Dayah Tiro, Dayah Samalanga dan sebagainya.
- Beberapa orang tokoh yang datang dari luar Tanah Aceh dan beberapa orang ulama dan uleebalang Aceh sendiri mendirikan sebuah partai politik Islam yang telah berdiri dan berpusat di Jawa, yaitu Syarikat Islam.
Dalam tahun 1916, untuk pertama kali berdirilah cabang Syarikat Islam di Banda Aceh, kemudian dalam waktu yang relatif cepat berdirilah cabang cabang dan ranting-ranting di seluruh Tanah Aceh, sampai ke pelosok-pelosok yang terpencil, yang didirikan oleh para ulama yang telah mendirikan dayah-dayah kembali dan beberapa uleebalang, sekalipun telah dipercayakan oleh Belanda untuk memerintah kembali.
Menurut sebuah sumber, dalam tahun 1917, beberapa cabang Syarikat Islam di Aceh telah mengirim utusan-utusannya ke Kongres (Majelis Tahkim) Syarikat Islam di Pulau Jawa. Dalam tahun-tahun Aceh sedang melanjutkan perang gerilya dan mulai membangun pusat-pusat pendidikan Islam dan pergerakan politik.
Amir Husin dan puluhan ribu putra-putri Aceh lainnya lahir ke dunia, seakan-akan untuk menyongsong zaman yang sedang resah gelisah itu, zaman bangkit kembali usaha perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Apabila demikian halnya, tidaklah heran apabila Amir Husin dari tetesan darah dua pahlawan kemudian menjadi sasaran empuk dari semangat kemerdekaan itu.
Menurut catatannya sendiri yang ditemukan oleh A. Hasjmy yang menjadi sumber utama dari karangan ini, bahwa semenjak Amir Husin belajar di Dayah Cot Meurak. Bireuen, dia telah mendapat pendidikan politik dari ayahneknya sebelah ibu, Teuku Cik Berahmad. Waktu dia datang ke rumah ayahneknya itu di Blang Pulo, juga sering berjumpa dengan Teuku Cik Muhammad Said, seorang tokoh Syarikat Islam di bawah Teuku Raja Bujang, yang selalu mengunjungi Teuku Cik Berahmad, yang juga anggota Syarikat Islam.
Dari kedua tokoh Syarikat Islam inilah Amir Husin mula-mula mendapat pendidikan politik, kemudian ditambalh lagi oleh para ulama yang menjadi pemimpin dayah, di mana Amir Husin belajar. Semenjak itu, Amir Husin telah menjadi kader Syarikat Islam dan tetap menjadi tokoh/anggota Syarikat Islam sampai akhir hayatnya. Berkat pendidikan politik dari muda remaja itulah, maka kemudian Amir Husin aktif dalam pergerakan, seperti dalam Muhammadiyah dan kemudian dalam PUSA, bahkan menjadi pemimpin tertinggi (Ketua Umum Pengurus Besar) Pemuda PUSA.
Bersambung >>>>>>
Sumber:
Buku Ulama Aceh (Mujahid Pejuang Kemerdekaan Dan Tamadun Bangsa) oleh A.Hasjmy