Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENGARUH AKAD, NAFADZ DAN ILZAM

PENGARUH AKAD, NAFADZ DAN ILZAM

PENGARUH AKAD, NAFADZ DAN ILZAM

1. Ilzam

Kita masih dalam rangka membahas pengaruh akad. Telah diterangkan, bahwa pengaruh akad, adalah nafadz dan ilzam. Nafadz telah kita bicarakan pokok-pokok masalahnya. Sekarang kita bicarakan tentang ilzam. 

Apakah ilzam itu?

Ilzam dalam istilah ahli fiqh (istilah nadhzariyatul aqdi) dipakai untuk dua arti. 

Pertama, akad yang menimbulkan iltizam bagi aqid (aqad mulzin).

Kedua, tidak mungkin lagi si aqid mencabut akadnya dengan kehendak sendiri.

Dikatakan akad mulzim, adalah karena salah satu pihak membatalkan akad yang telah dilakukan itu, kecuali dengan persetujuan pihak yang lain. 

Sebagaimana tidak terjadi suatu akad (perikatan) melainkan dengan persetujuan kedua belah pihak, begitu juga tidak boleh dipaksakan sesuatu, melainkan dengan persetujuan kedua belah pihak pula.

Makna ini, dinamakan juga dalam istilah fuqaha dengan luzum. Bisa dikatakan dalam kitab-kitab fiqh aqdın lazima luzuman sebagaimana dikatakan pula agdun mulzimun lizaman dengan arti: "tidak dapat dipaksakan akad itu secara sepihak". 

Dan persetujuan kedua belah pihak untuk mengadakan akad dinamakan: aqalah atau taqayul.

Dalam bab ini kita menggunakan ilzam untuk makna: mengadakan akad, dan menggunakan luzum untuk makna: membatalkan akad.

Ilzam: adalah pengaruh yang umum bagi segala akad, tanpa kecuali. Setiap akad yang shahih, menimbulkan iltizam (kewajiban) tertentu atas salah seorang aqid atau salah satu pihak, ataupun obyeknya masing-masing dan syarat-syarat yang disepakati untuk berakad dalam batas-batas bekasan (atsar) dari akad yang bersifat ilzam (tak dapat dibatalkan oleh pihak-pihak) haruslah kita bahas pokok-pokok yang tersebut di bawah ini, yaitu:

  1. Difinisi iltizam dan batas-batas dari setiap macamnya.
  2. Perbedaan antara iltizam yang ditimbulkan oleh akad dengan hukum yang asli akad itu sendiri.
  3. Cara-cara akad menimbulkan iltizam dan nadhariyah muqtadlal 'aqdli, yang akan kita bahas satu persatu.
Iltizam, ialah: keharusan mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu untuk kemaslahatan orang lain. Maka membayar ganti barang yang dirusakkan untuk seseorang, dinamakan iltizam, yang harus dilaksanakan oleh yang meneruskannya. 

Demikian pula ta'widl, atau tadlmin terhadap suatu kerugian yang tertimpa atas orang lain, baik langsung ataupun tidak langung, adalah iltizam atas yang menjadi sebab untuk kemaslahatan orang yang dirugikan. 

Maka nafkah kerabat untuk yang fakir atas kerabat yang kaya dalam batas-batas tertentu, merupakan iltizam atas kerabat yang kaya itu.

Demikian pula tidak mengganggu orang lain baik jiwanya maupun anggota tubuhnya ataupun harta dan kehormatannya, dinamakan juga iltizam yang diwajibkan oleh syara' atas setiap mukallaf.

Referensi Berdasarkan Buku Pengantar Fiqh Muamalah Karangan Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy