Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara menghidupkan malam al qadar

 

Cara menghidupkan malam al qadar

Cara menghidupkan malam al qadar

Menghidupkan malam al qadar, ialah mengerjakan ta'at, bertahajjud, beristighfar, berdzikir, membaca Al Qur-an serta ber-itikaf, menambahkan ihsan dan membanyakkan sadaqah.

Demikianlah makna: "berqiam" di bulan Ramadlan. Amalan-amalan Rasul dan pesan-pesannya merupakan pembangkit ketangkasan para muslimin, untuk beribadat dan berlomba-lomba menyedekahkan harta di bulan Ramadlan, istimewa di malam al qadar.

Hadits-hadits "baghlatul 'Arsyi," walaupun tidak shahih sanadnya, dapat menggambarkan bagaimana kemurahan hati orang-orang hartawan masa dahulu.

Para hartawan dahulu mempergunakan bulan Ramadlan untuk berlomba-lomba memenuhi keperluan orang-orang yang memerlukan bantuan, sebagai suatu usaha memenuhi seruan agama dan meneladani Rasul. Mereka menyembunyikan shadaqah-shadaqah mereka, hingga tidak diketahui tangan kiri apa yang diberikan tangan kanan.

Sebagian hartawan dahulu menanti-nanti lailatul qadar, malam Allah mengganda lipatkan pahalaNya. Mereka menyembunyi- kan dirinya, mencari keluarga-keluarga yang miskin di malam buta. Mereka memberikan segala apa yang dibawa kepada keluarga miskin, tanpa dikenalnya oleh yang menerima pemberian itu. Dia kembali tanpa diketahui siapa dianya.

Inilah suatu adab yang tinggi yang amat baik kita meniru, meneladani sikap para Salaf ini. Menurut Asy Sya'bi, hendaklah kita berlaku pada siang hari lailatul qadar seperti kita berlaku pada malamnya.

Apa yang dilakukan orang yang tidak sanggup lama shalatnya

Seyogianyalah bagi orang-orang yang sukar melamakan qiyamnya, memilih ayat-ayat yang banyak pahala membacanya, seperti:

Pertama: Ayat Kursi. Ayat ini telah diperoleh keterangan bahwa ianya seutama-utama ayat Al Qur-an.

Kedua: Akhir surat al Baqarah. Orang yang membacanya di malam hari, Allah memeliharanya dari gangguan syaithan.

Ketiga: Surat al Zalzalah. Surat ini dipandang separoh Al Qur-an.

Keempat: Surat al Kaafirun. Surat ini dipandang seperempat Al Qur-an.

Kelima: Surat al Ikhlash. Surat ini dipandang sepertiga Al Qur-an.

Keenam: Surat Yaasin. Surat ini dipandang sebagai jantung Al Qur-an.

Hendaklah kita pada malam-malam yang diharapkan adanya malam al qadar membanyakkan istighfar, tahlil, tahmid, tadzkir, tasbih, takbir, shalawat dan taslim. Dan hendaklah kita berdo'a dengan apa yang kita sukai, untuk diri kita, untuk ibu bapak kita, nenek kita, handai taulan dan kepada semua kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang masih hidup, maupun yang sudah mendahului kita. Dan hendaklah kita membanyakkan shadakah, di samping kita menyuruh ma'ruf dan melarang mungkar sesama manusia, serta memberi contoh teladan yang baik dalam hidup dan kehidupan.

Ar Ruyani mengatakan, bahwa Asy Syafi'i dalam mazhab Qadimnya berkata: "Saya amat suka supaya peningkatan iba- dat itu dilakukan pada siang hari seperti pada malam hari."

Hal ini memberi kesan, bahwa peningkatan ibadat haruslah dilakukan pada sepuluh hari akhir dari bulan Ramadlan siang dan malam.

Keutamaan berdo'a di malam al qadar 

'Aisyiah diperintahkan berdo'a di malam al qadar. Sufyan Ats Tsauri berkata :

الدُّعَاءُ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ 

"Berdo'a pada malam al qadar, lebih saya sukai dari pada shalat."

Sufyan dia berkata:

إِذَا كَانَ يَقْرَأُ وَهُوَ يدْعُوْ وَيَرْغَبُ إِلَى اللهِ فِي الدُّعَاءِ وَالْمَسْأَلَةِ لَعَلَّهُ يُوَافِقُهُ

"Apabila seseorang membaca Al Qur-an, berdo'a serta meningkatkan do'anya kepada Allah, mudah-mudahan dia memperoleh waktu mustajab."

Dikehendaki oleh Sufyan dengan lebih baik berdo'a daripada shalat, ialah shalat yang banyak do'a di dalamnya, lebih baik dari pada shalat yang kurang do'a dalamnya. Dan jika seseorang bershalat dan berdo'a, maka itu dipandang lebih baik.

Adalah Rasulullah SAW. bertahajjud di malam-malam bulan Ramadlan, membaca Al Qur-an dengan tertib. Beliau tidak melalui ayat Rahmat, kecuali beliau memohonnya kepada Allah. Beliau tidak melalui ayat azab, terkecuali beliau melindungkan diri dari padaNya. Beliau mengumpulkan antara shalat, qira at, do'a dan tafakkur. Inilah amalan-amalan istimewa dalam sepuluhan yang akhir dari bulan Ramadlan, di samping amalan-amalan yang lain.

Do'a-do'a yang dibacakan di malam al qadar

Telah jelas bahwa sangat disukai kita membanyakkan do'a di malam al qadar. Diriwayatkan oleh At Turmudzi dari 'Aisyah, bahwa Rasul, mengajar kepada 'Aisyiah do'a yang diucapkan pada malam al qadar yaitu:

اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَافُعَنِّى

"Wahai Tuhanku! Sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Pemaaf, Engkau menyukai kemaafan. Maka maafkanlah akan daku"

Ini adalah suatu do'a yang jami' yang amat indah yang harus dipelihara baik-baik, karena do'a ini melengkapi kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Dalam Hasyiyah Al Jalalain, As Sawi berkata: "Do'a yang paling baik dido'akan pada malam itu, ialah memohonkan kema- 'afan dan ke'afiatan, sebagaimana yang telah diterima dari pada Nabi SAW."

Berkata Ibnu Rajab: "Afuwwun" adalah satu nama dari nama-nama Allah.

Allah tidak menyiksa hamba-hambaNya karena kejahatan dan Allah menghapuskan bekasan-bekasannya. Dia menyukai ke- ma'afan. Dia menyukai supaya para hamba berma'afan sesama- nya, supaya Allah mema'afkan mereka. Allah lebih suka mema'af dari menyiksa.

أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سُخْطِكَ وَعَفْوِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ

"Aku berlindung dengan keridlaan Engkau, dari kebencian Engkau (dari kemarahan Engkau) dan dengan kemaafan Engkau dari siksaan Engkau "

Yahya ibn Mu'az berkata: "Andaikata bukan ma'af yang paling disukai Allah, tentulah tidak ditimpakan cobaan atas orang-orang yang mulia di sisiNya. Allah banyak melimpahkan cobaan kepada wali-waliNya untuk kelak dima'afkannya." 

Dalam suatu Hadits dari Ibnu Abbas Nabi berkata:

إِنَّ اللهَ يَنظُرُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِلَى الْمُؤْمِنِينَ مِنْ أُمَّةٍ مُحَمَّدٍ فَيَعْفُو عَنْهُمْ وَيَرْحَمُهُمْ إِلَّا أَرْبَعَةً ، مُدْمِنُ خَمْرٍ وَعَاقََّا وَمُشَاحِنًا وَقَاطِعَ رَحْمٍ .

"Sesungguhnya Allah melihat pada malam al qadar kepada orang-orang mukmin dari ummat Muhammad, lalu dimaafi mereka dan dirahmatinya, terkecuali empat orang, yaitu: Peminum arak, pendurhaka kepada ibu-bapa, orang yang selalu bertengkar dan orang yang memutus silaturrahmi"

Sebahagian dari mutaqaddimin mengucapkan dalam do'anya:

 اللَّهُمَّ إِنَّ ذُنُوبِى قَدْ عَظُمَتْ فَجَلَّتْ عَنِ الصِّفَةِ وَإِنَّهَا صَغِيْرَةٌ فِي جَنْبِ عَفْوِكَ فَاعْفُ عَنِّي 

"Wahai Tuhanku! Sesungguhnya dosaku sungguh sangat besar, tidak dapat disifatkan lagi Dan sesungguhnya dosaku itu kecil di sisi kemaafan-Mu. Maka maafkanlah akan daku."

Yang lain lagi mengatakan dalam do'anya :

جُرْمِي عَظِيمٌ وَ عَفْوُكَ كَثِيرٌ فَاجْمَعْ بَيْنَ جُرْمِي وَعَفْوِكَ يَا كَرِيْمُ 

"Dosaku sangat besar, kemaafanMu sangat banyak. Maka kumpulkan- lah dosaku dengan kemaafan-Mu, wahai Tuhan yang Maha Pemurah!"

Rasulullah SAW. menyuruh kita meminta kema'afan pada malam al qadar, selain dari mengangkatkan amal ibadah kepadaNya. Dan di malam-malam sepuluhan para arif, walaupun meningkatkan amal ibadahnya, namun tidak memandang, bahwa ibadahnya telah banyak, dan selalu memohonkan kema'afan.

Yahya bin Mu'az berkata:

َلَيْسَ بِعَارِفٍ مَنْ لَمْ يَكُنْ غَايَةُ عَمَلِهِ مِنَ الله الْعَفْو

"Bukan orang yang arif, orang yang bukan tujuan amalannya memperoleh kemaafan daripada Allah."

Mutharrif berkata:

اَللَّهُمَّ ارْضَ عَنَّا فَإِنْ لَمْ تَرْضَ عَنَّا فَاعْفُ عَنَّا .

"Wahai Tuhanku, ridlakanlah akan kami, jika Engkau tidak meridlai Kami, maka maafkanlah akan kami" 

Sekurang-kurang qiyam lailatul qadar

Telah diterangkan oleh An Nawawi, pendapat As San'ani tentang apa yang harus kita lakukan sekurang-kurangnya supaya kita dipandang telah mengerjakan qiyam Ramadlan, maka setidak-tidaknya untuk menghasilkan qiyam Ramadlan, pada malam al qadar, ialah mengerjakan shalat subuh dan 'isya dengan berjama'ah.

Ada diriwayatkan dari Nabi SAW., beliau bersabda:

مَنْ صَلَّى المَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَاقِرٍ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ 

"Barangsiapa shalat maghrib dan 'isya dengan berjama'ah, maka ia telah mengambil bahagianya yang sempurna dari lailatul qadar."

Dan ada diriwayatkan pula bahwa Nabi SAW. bersabda: 

مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ شَطْرَ اللَّيْلِ فَإِذَا صَلَّى الصُّبْحَ في جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ شَطْرَ الآخِرَ 

"Barangsiapa shalat 'isya dengan berjama'ah, maka seolah-olah ia berdiri sebahagian malam, Dan apabila dia shalat shubuh dengan jama'ah pula, maka seakan-akan dia telah berdiri separoh malam lagi."

Dan seyogianyalah dibanyakkan membaca dzikir yang dibawah ini, mengingat hadits :

 منْ قَال لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ . سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ ورَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ كَانَ كَمَنْ أَدْرَكَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ 

"Barangsiapa membaca: "Tiada Tuhan, melainkan Allah yang sangat besar kemurahan-Nya lagi sangat pemurah Maha Suci Allah, Tuhan yang memiliki tujuh petala langit dan Tuhan yang memiliki 'Arasy Yang Maha Besar, tiga kali, maka seolah-olah dia telah mendapatkan lailatul qadar."

Karenanya, hendaklah kita membacakan dzikir ini setiap malam yang diharapkan adanya lailatul qadar dengan seikhlash-ikhlash hati yang terbit dari lubuk jiwa suci, penuh dengan rasa ke-Tauhidan, suci dari kecemaran syirk dan dari segala maksiat.

Tanda-tanda lailatul qadar

Para Ulama berselisih pendapat tentang tanda-tanda lailatul qadar itu datang. Dan apakah tanda-tanda itu dapat dilihat oleh mereka yang mendapatkannya, atau tidak?

  1. Orang yang mendapati malam al qadar itu melihat, bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit bersujud kehadirat Allah.
  2. Orang yang mendapati malam itu melihat bahwa alam terang benderang, walaupun di tempat-tempat yang gelap sekalipun.
  3. Orang yang mendapati malam itu, mendengar salam para Malaikat dan tutur katanya. 
  4. Orang yang mendapati malam itu diperkenankan segala do'anya.
Kata Ath Thabari:

"Yang tersebut itu semuanya tiada lazim. Dan tiada disyaratkan untuk tanda hasilnya, atau telah mendapatinya, melihat tanda-tanda yang tersebut itu, atau mendengarnya."

Tanda malam al qadar yang ada diterangkan dalam Al Hadits, ialah terbit matahari pada pagi hari dengan bentuk yang putih bersih, bagai bulan purnama, tidak mempunyai sinar yang keras, hanya lembut. Dan siangnya tiada dirasa kepanasan padahal matahari sangat cerah, terang benderang. Lagi pula sebagai tanda bahwa malam qadar itu telah datang, udaranya sangat nyaman, tiada panas dan tiada dingin.

Apakah hasil pahala ibadat di malam hari itu bagi mereka yang beribadat, yang tiada lahir padanya tanda-tanda apapun, apakah hasil pahalanya, jika ada melihat tanda-tanda itu ?

Kebanyakan Ulama menetapkan, bahwa pahala ibadat hasil baginya walaupun tanda-tanda tidak dapat dilihatnya.

Barangsiapa beribadat malam di seluruh Ramadlan, atau di puluhan yang akhir karena imannya dan ikhlashnya, dia bermaksud memperoleh lailatul qadar, hasillah baginya pahala lailatul qadar, walaupun tidak melihat tanda apa-apa.

Kata pengarang kitab Al Hawi: "Disukai bagi mereka yang ada melihat tanda-tanda malam al qadar, supaya menyembunyi- kannya. Dan di kala dia melihat itu, hendaklah terus berdo'a dengan sungguh-sungguh, ikhlash dan khusyu', dengan do'a apa saja yang digemarinya, keduniaannya atau keakhiratannya dan hen- daklah ia berdo'a untuk akhiratnya lebih banyak dan lebih kuat dari untuk dunianya."

Bertanya Juwaibir kepada Adh Dhahhak: "Betapa pendapat anda tentang perempuan yang sedang bernifas, perempuan yang sedang berhaidh, orang yang sedang dalam perjalanan dan orang yang sedang tidur nyenyak, apakah mereka mendapat bahagiannya di malam al qadar itu?" Adh Dhahhak menjawab: "Semua mereka mendapatkannya. Tiap orang yang diterima Allah amalannya, diberikan bahagiannya dari malam al qadar itu oleh Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim."

Berdasarkan buku Pedoman Puasa Tulisan Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy