Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

USAHA MENYAMBUT BULAN RAMADAN

USAHA MENYAMBUT BULAN RAMADAN
USAHA MENYAMBUT BULAN RAMADLAN

Apabila bulan Ramadlan hampir menjelma, hendaklah kita, umat Islam menjelang bulan Ramadlan yang mulia itu, berkemas-kemas dan bersiap-siap menanti kedatangannya; hendaklah kita umat Islam yang sadar, menyambut bulan suci itu dengan penuh kesukaan, penuh harapan, penuh keriangan dan kegembiraan.

Melangkah memasuki gerbang puasa, berarti memasuki ger- bang pertapaan dan latihan. Karena itu sudah selayaknya sebelum kita melangkahkan kaki, kita menyiapkan dan menyelenggara- kan perbekalan perbekalan yang perlu, yaitu:

Pertama, mengulang-ulangi kembali pelajaran-pelajaran ber- kenaan dengan puasa, agar kita memasuki dan menjalani bulan puasa itu dengan pengetahuan yang telah dibaharui, dengan mem- punyai pedoman-pedoman yang baik dan petunjuk-petunjuk yang sempurna.

Pelajaran-pelajaran itu haruslah yang memberi pengetahuan mandub makruh adab faedah tentang rukun syarat- mandub manfaat rahasia dan hikmah-hikmah yang dikandung puasa bulan Istimewa ini.

Kedua, memperlihatkan kepada sesama kita kesenangan perasaan hati dan ketenangan jiwa dalam menghadapi bulan puasa, sebagaimana Rasulullah SAW. dan Shahabat-shahabatnya telah memperlihatkan yang demikian itu.

Ketiga, membanyak do'a, moga-moga ALLAH memberikan tenaga, kelapangan dan kesempatan mengerjakan puasa; dan mudahan ALLAH mentaufiqkan kita supaya dapatlah kita menunaikan puasa itu dengan hati yang jujur dan tulus ikhlash, terjauh dari ria, ujub, sum'ah dan dari segala rupa penyakit yang menghilangkan pahala puasa.

Kata Al Mu'alla ibn Fadhil: "Para Shahabat membagi tahunnya kepada dua bahagian. 

Bagian pertama, beliau-beliau itu pergunakan untuk memohon kepada Allah, agar menerima puasa yang telah dilaksanakan. 

Bagian kedua, beliau-beliau pergunakan untuk berdo'a, memohon dan mengharap kepada Allah, agar memberikan tenaga kekuatan melaksanakan puasa yang akan datang itu.

Keempat, menguatkan semangat dan himmah kita untuk menjalankan latihan dengan sempurna, agar kita memperoleh kesan-kesan yang dimaksud dan yang diharapkan dari latihan-latihan yang suci itu.

Bulan puasa itu adalah bulan latihan jihad, memerangi hawa nafsu, loba dan tama'. Bulan puasa itu adalah bulan bercocok tanam untuk akhirat, bulan menghasilkan perbekalan untuk hari kemudian, bulan membersihkan dan menyucikan diri dari berbagai dosa serta menghias diri dengan budi yang tinggi dan pekerti yang luhur.

Maka hendaklah kita menyiapkan diri buat menunaikan se- gala hak puasa dengan tutur dan perbuatan. Mari kita mengusa- hakan bekalan-bekalan akhirat di bulan Ramadlan ini dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga.

Kelima ,menyediakan diri untuk menjaga dan merawat hibit-bibit amalan-amalan yang kita tanam di bulan Ramadhan, karena seseorang yang menanam bibit, tidak menyiraminya dan tidak merawatnya sebagaimana mestinya, akan mengeluh dan mengigit jari di kala datang masa menuainya kelak. Tegasnya di masa berhadapan dengan Allah Rabbul Jalil.

Keadaan yang menyulitkan, tiada boleh sekali-kali menjadi selab kurangnya kegembiraan dalam menyambut kedatangan bulan puasa, "Saiyidusy Syuhur" yang mulia itu.

Kemunykilan uang, kesukaran penghidupan dan kemahalan harga barang yang dibutuhi, tiada dapat sekali-kali menjadi sebab kurangnya minat dan perhatian kita kepada ibadah puasa" yang tidak tandingan pahalanya itu.

Keenam, melenyapkan adat-adat (tradisi-tradisi) yang memberatkan

Kita dapati sebahagian besar umat Islam menanti kedatangan bulan puasa dengan memberatkan diri dalam urusan perbelanjuan. Bila bulan Sya'ban datang, berusahalah mereka masing-masing menurut kadarnya dan menurut urusannya, mengumpulkan berbagai macam makanan yang sedap-sedap untuk bulan puasa. Dan segala rupa keperluan yang disediakan untuk puasa, dinamai "keperluan puasa."

Tepung puasa, sagu puasa, minyak possa, kayu puasa dan seterusnya. Segala-galanya serba puasa. Karena demikian mereka yang lazim berpuasa dengan korma masak, strop manis, juadah yang sedap dan halwa-halwa yang lezat, tentulah sangat mengecewakan bagi dirinya menyambut bulan puasa, bila mereka tak dapat mengumpulkan makanan-makanan puasa itu, istimewa di ketika ketiadaan atau keku rangan bahan-bahan yang mereka hajati dan rindukan itu.

Sekali peristiwa, seorang ulama Salaf menjual jariyahnya kepada seorang saudagar hartawan, maka manakala jariyah itu melihat betapa besar himmah tuannya yang kaya raya itu dalam menyediakan makanan puasa, dia bertanya kepada tuannya itu. "Untuk apakah tuan menyediakan makanan ini, selama yang sudah-sudah tuan tidak sesungguh ini mencari dan mengumpulkannya? 

Saudagar hartawan itu menjawab "Untuk bulan puasa yang sedikit hari lagi akan tiba." 

Mendengar jawaban tuannya. jariyahh berkata: "Kiranya tuan tak pernah berpuasa selain dari bulan Ramadian dan kiranya tuan mengerjakan puasa Ramadlan itu untuk bencdap-sedap dan membanyakkan rupa-rupa makanan saja. Saya tak dapat bersama tuan, sudilah kiranya tuan menjual saya kembali kepada tuan saya yang dahulu."

Memberatkan diri dan memboroskan belanja karena puasa, adalah keadaan yang tidak sekali-kali disukai Syara'. Syara' menyuruh kita agar membanyakkan memberi makanan kepada fakir miskin dan memenuhi dengan sempurna hak keluarga, bukan menyuruh kita membanyakkan aneka rupa makanan yang lezat-lezat dengan memberatkan diri.

Maka hendaklah umat Islam menghilangkan segala rupa pekerjaan yang semata-mata memberatkan diri saja, bahkan sebahagiannya menjadi "tabdzir" dan "israf," yang menjadi "mubadzir kita yang mengerjakannya.

Hendaklah kita menanti bulan puasa, dengan cita-cita hendak "membanyakkan ibadat" dan dengan kemauan hendak "melatih diri serta mensucikan jiwa."

Ketujuh, mengucapkan tahniah atas kedatangan Ramadlan.

Kutipan dari Buku Pedoman Puasa Karangan Prof. Dr. Tgk. Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy