Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HADITS PERINTAH BERISTIGHFAR DAN KEUTAMAANNYA

HADITS PERINTAH BERISTIGHFAR DAN KEUTAMAANNYA
371- PERINTAH BERISTIGHFAR DAN KEUTAMAANNYA

Allah swt berfirman:

وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ ] سورة محمد الآية : 19[

“Dan mohonlah ampun untuk dosamu.” (Qs. Al Mu’min (40): 55)

Allah SWT berfirman:

وَأسْتَغْفِرِ اللهَ إنَّ اللهَ كَانَ غَفُوْرًا رَحِيْمًا[ ] سورة النساء الآية : 106[

“Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nisaa : 106)

Allah SWT berfirman:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاْسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا[ ] سورة النصر الآية : 3[

“Maka bertasbilah memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia, Maha Penerima taubat.” (Qs. An Nasr : 3)

Allah SWT berfirman:

لِلَّذِيْنَ اتَّقَوا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ[ إلى قوله عز وجل :]وَالْمُسْتَغْفِرِينَ باِلأَسْحَاِر[ ] سورة آل عمران الآية : 15-17[

“Untuk orang-orang yang bertakwa (pada Allah) pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai ...sampai firman Allah: “Dan Orang-orang yang memohon ampunan Allah di waktu sahur.” (Qs. Ali Imron (3): 15 - 17)

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْيَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهُ غَفُوْرًا رَحِيمًا [ ] سورة النساء الآية : 110[

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah, Maha Pengampun lagi Maha Penyayng.” (Qs. An Nisaa (4): 110)

Allah SWT berfirman:

وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيْهِمْ، وَمَا كَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ[ ] سورة ألأنفال الآية : 33[

“Dan sekali-kali Allah tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidak (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Qs. Al Anfaal (8): 33)

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ إذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفَسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَأسْتَغْفِرُوا لِذُنُوبِهِم وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبِ إلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُونَ[ ] سورة آل عمران الآية : 135[ والآيات في الباب كثيرة معلومة.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mereka mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Qs. Ali Imron : 135)

1878- وَعَنِ الأَغَرِّ الْمُزْنِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ . قَالَ: ((إنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي، وَإِنِّي لأَسْتَغْفِرُ اللهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1878. Dari Aghar Al Muzanni RA, bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda, “Bahwasanya kadang-kadang diliputi suatu perasaan dalam hatiku[1], dan padahal aku membaca istighfar (mohon ampunan) kepada Allah seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim)

1879- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ: ((وَاللهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً)) رَوَاهُ الْبُخَارِي

1879. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku mohon ampun dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR. Bukhari)

1880- وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((والَّذي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوْا، لَذَهَبَ اللهُ تَعَالَى بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُوْنَ فَيَسْتَغْفِرُوْنَ اللهَ تَعالَى فَيَغْفِرُ لَهُمْ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1880. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Demi Dzat yang menguasai diriku, seandainya kalian tidak berbuat dosa (dan tidak beristighfar dan bertaubat), niscaya Allah SWT pergi membawa kalian dan datang dengan kaum lain yang berbuat dosa, lalu meminta ampun kepada Allah SWT, dan Allah pun mengampuni mereka.” (HR. Muslim)

1881- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كُنَّا نَعُدُّ لِرَسُوْل اللهِ  ، فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مائَةَ مَرَّةٍ: ((رَبِّ اغْفِرْلِي وَتُبْ عَلَيَّ إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ)) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ

1881. Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, “Kami menghitung Rasulullah SAW. membaca: RABBIGH FIRLI WATUB ‘ALAYYA INNAKA ANTA ATTAWWAAB AR RAHIIM (Ta Tuhan, ampunilah aku dan terimala taubatku. Sesungguhnya Engkau, Dzat penerima taubat, lagi Maha Penyayang) seratus kali dalam satu majlis (satu kali duduk).” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata: “Hadis ini hasan-shahih) (Gharib)[2]

1882- وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r : ((مَنْ لَزِمَ الإِسْتِغْفَاَر جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلَّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ)) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ

1882. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Barangsiapa yang membiasakan beristighfar, maka Allah akan melapangkan segala kesempitannya, memudahkan segala kesulitannya dan memberi rizki yang tanpa diduga-duga.” (HR. Abu Dawud)

1883- وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((مَنْ قَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، غُفِرَتْ ذُنُوْبُهُ، وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ)) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالتُّرْمِذِي.

1883. Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Barangsiapa yang membaca: ASTAGHFIRULLAH ALLADZI LAA ILAAHA ILLA HUWA, HAYYUL QAYYUUM WA ATUUBU ILAIH (Aku mohon ampunan kepada Allah, Dzat Yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, Dia Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya. Dan aku bertaubt kepada-Nya), maka diampunilah dosa-dosanya, walaupun ia telah meninggalkan perang.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim. Tirmidzi berkata: “Hadis ini hasan-shahih, sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim)[3]

1884- وَعَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ  ، قَالَ: ((سَيِّدُ الإِسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُوْلَ الْعَبْدُ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَ أَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْلِي، فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يَمِْسَي، فَهُوَ مِنْ أَهْلِهِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ، وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي.

1884. Dari Syaddad bin Aus RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Pokok istighfar ialah bila seorang hamba mengucapkan: ALLAHUMMA ANTA RABBI, LAA ILAAHA ILLA ANTA, KHALAQTANII WA ANA ABDUKA WA ANA ‘ALAA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU, A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TA, ABUU-U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA, WA ABUU-U LAKA BIDZANBII, FAGHFIRLII, FAINNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA (Ya Allah, Engkau Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau. Engkau menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjianku pada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang aku perbuat. Aku mengakui-Mu dengan nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan aku mengakui dosaku. Karena itu ampunilah aku, sebab tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau).” Barangsiapa mengucap kalimat-kalimat itu di waktu siang dengan penuh keyakinan (ikhlas dan membenarkan), lalu ia mati pada hari itu sebelum datang waktu sore, maka ia termasuk ahli surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari, sedangkan ia yakin dengan ucapan itu, lalu ia mati sebelum datang subuh, maka ia termasuk ahli surga.” (HR. Bukhari)

1885- وَعَنْ ثَوْبَانِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ، إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ، أَسْتَغْفَرَ اللهَ ثَلاَثًا وقَالَ: ((اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَاذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ)) قِيْلَ الِلأَوْزَاعِيِّ – وَهُوَ أَحَدُ رُوَاتِهِ - : كَيْفَ الإِسْتِغْفَارُ؟ قَالَ: يَقُوْلُ : أَسْتَغْفِرُ اللهَ، أَسْتَغْفِرُ اللهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1885. Dari Tsauban RA, ia berkata, “Bahwa Rasulullah SAW, apabila telah selesai dari shalatnya, beliau beristighfar tiga kali, dan mengucapkan: ALLAHUMMA ANTAS SALAAM, WA MINKAS SALAM, TABAARAKTA DZAL JALAALI WAL IKRAAM (Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang Maha Sejahtera dan dari Engkaulah segala kesejahteraan. Engkaulah yang senantiasa memberi berkah, wahai Dzat Yang Maha Agung lagi Maha Mulia).” Ditanyakan kepada Al Auza’I—Ia adalah salah seorang perawi hadits—, “Bagaimanakah lafazh istighfar ini?” Jawabnya, “ASTAGHFIRULLAH, ASTAGHFIRULLAH (Saya mohon ampun kepada Allah, Saya mohon ampun kepada Allah).” (HR. Muslim)

1886- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ r ، يُكْثِرُ أَنْ يَقُوْلَ قَبْلَ مَوْتِهِ: ((سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1886. Dari Aisyah RA, “Bahwasanya sebelum Rasulullah SAW. meninggal dunia, beliau selalu membaca: SUBHAANALLAHI WABIHAMDIHI ASTAGHFIRULLAH WA ATUUBU ILAIHI (Maha suci Allah, dan dengan memuji kepada-Nya, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Nya).” (HR. Bukhari dan Muslim)

1887- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ: ((قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماءِ، ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي، غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً)) رَوَاهُ التُّرْمِذِي

1887. Dari Anas RA, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, selama kamu berdoa dan mengharap kepadaku, niscaya Aku ampuni dosa yang telah kamu lakukan dan Aku tidak memperdulikan berapa banyaknya. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu bagaikan awan di langit, kemudian kamu minta ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak memperdulikan berapa banyak dosamu. Wahai anak Adam, seandainya kamu datang ke hadapan-Ku dengan membawa dosa seisi bumi, kemudian bertemu dengan Aku tanpa menyekutukan sesuatu apapun dengan-Ku, niscaya Allah akan mengampuni dosa yang seisi bumi itu.” (HR. Tirmidzi. Dia berkata: “Hadis ini hasan)

1888- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ  ، قَالَ: ((يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ، وَأكْثِرْنَ مِنَ الإِسْتِغْفَارِ؛ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ)) قَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ: مَالَنَا أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ؟ قَالَ : ((تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ مَا رَأَيْتُ مِنْ نَافِصَاتِ عَقْلٍ وَدِيْنٍ أَغْلَبَ لِذِي لُبٍّ مِنْكُنَّ)) قَالَتْ: مانُقْصَانُ الْعَقْلِ وَالدِّينِ؟ قَالَ: ((شَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ بِشَهَادَةِ رَجُلٍ، وَتَمْكُثُ الأَيَّامَ لاَتُصَلِّي)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1888. Dari Umar RA, “Nabi SAW. bersabda, “Hai kaum wanita! Bersedekahlah dan perbanyaklah istighfar, karena sesungguhnya aku melihat kalian lebih banyak menjadi ahli neraka.” Seorang wanita di antar mereka bertanya, “Mengapa kebanyakan dari kami menjadi ahli neraka?” Rasulullah SAW. menjawab, “Kalian banyak mengutuk dan mengingkari suami. Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan agamanya lebih daripada kalian.” Wanita itu bertanya lagi, “Apa itu kurangnya akal dan amal?” Rasulullah SAW. bersabda, “Persaksian dua orang perempuan sama dengan persaksian seorang lelaki dan perempuan yang tinggal diam beberapa hari dalam keadaan tidak shalat.”[4] (HR. Muslim)

[1] . Al-Qadhi ‘Ayyadh berkata: yang dimaksud dengan ‘al-Ghain’ adalah masa-masa dzikir, yang mana jika masa tersebut muncul maka aku menghitung-hitung dosa, lalu memohon ampunan kepada Allah SWT.
[2] . Ini tambahan dalam kitab imam Tirmidzi, lihatlah kitab ‘Shahih Sunan Turmidzi’ nomer 2731.
[3] . Saya katakan: Diduga, bahwa Abu Daud dan Turmidzi menghimpun hadits ini dari hadits Ibnu Mas’ud, padahal bukan demikian. Akan tetapi dihimpun oleh Hakim saja dari Ibnu Mas’ud dan sanadnya pun kuat. Adapun Abu Daud dan Turmudzi menghimpun hadits ini berasal dari hadits Zaid anak angkat Rasulullah SAW, dan pada sanadnya terdapat cacat, akan ia menjadi saksi dan ini tidak apa-apa. Dan pada hadits ini terdapat banyak lagi pandangan-pandangan lain, saya merujuk pada kitab ‘At-Ta’liiq ar-Raghiib’ jilid ke-2 hal. 269.
[4] . Dan pada riwayat Bukhari dari Abu Sa’id al-Khudri dituturkan, “Bukankah jika wanita datang bulan (haidh) ia tidak shalat dan puasa? Mereka menjawab, “Ya, benar.” Beliau berkata, “Demikianlah sebab kekurangan agamanya.”