Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Tentang Dajjal Dan Tanda Hari Kiamat

Hadits Tentang Dajjal Dan Tanda Hari Kiamat
370- HADITS TENTANG DAJJAL DAN TANDA-TANDA HARI KIAMAT
1817- عَنِ النَّوَاسِ بْنِ سَمْعَانِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : ذَكَرَ رَسُوْلُ اللهِ  , الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ , فَخَفَضَ فِيْهِ وَرَفَّعَ حَتىَّ ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ . فَلَمَّا رُحْنَا إِلَيْهِ , عَرَفَ ذلِكَ فِيْناَ , فَقَالَ : (( مَا شَأْنُكُمْ ؟ )) قُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ , ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ الْغَدَاةِ , فَخَفَّضْتَ فِيْهِ وَرَفَعْتَ , حَتىَّ ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ , فَقَالَ : (( غَيْرُ الدَّجَّالَ أَخْوَفَنِي عَلَيْكُمْ , إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيْكُمْ , فَأَنَا حَجِيْجُهُ دُوْنَكُمْ , وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيْكُمْ , فَامْرُؤٌحَجِيْجُ نَفْسِهِ , واللهِ خَلِيفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ . إِنَّهُ شَابٌّ قَطَطٌ عَيْتُهُ طَافِيَةٌ , كَأَنِّي أَشَبِّهُهُ بِعَبْدِ الْعُزَّى بنِ قَطَنٍ ,فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ ,فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُوْرَةِ الْكَهْفِ , إِنَّهُ خَارِجٌ خَلَّةً بَيْنَ الشَّامِ وَالْعِرَاقِ , فَعَاثَ يَمِيْنًاوَعَاثَ شِمالاً , يَاعِبَادَ الله فَاثْبُتُوا )) قُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ , وَمَا لُبْثُهُ فِي الأَرْضِ ؟ قَالَ : (( أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا : يَوْمٌ كَسَنَةٍ, وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ , وَيَوْمٌ كَجُمْعَةٍ , وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَياَّمِكُمْ )) قُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ , فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أَتَكْفِيْنَا فِيْهِ صَلاَةُ يَوْمٍ ؟ قَالَ : (( لاَ ، اقْدُرُوْا لَهُ قَدْرَةُ )) .
قُلْنَا : يَارَسُوْل اللهِ وَمَا إسْرَاعُهُ فِي الأَرْض
قَالَ : (( كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيحُ , فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ , فَيَدْعُوْهُمْ فَيُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَيَسْتَجِيبُوْنَ لَهُ , فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ , وَالأَرْضَ فَتُنْبِتُ, فَتَرُوْحُ عَلَيْهِمْ سَارِحَتُهُمْ أَطْوَلَ مَاكَانَتْ ذُرِّىً وَأَسْبَغَهُ ضُرُوعًا, وَأمَدَّهُ خَوَاصِرَ, ثُمَّ يَأْتِي الْقَوْمَ فَيَدْعُوُهُمْ, فَيَرُدُّونَ عَلَيْهِ قَوْلَهُ, فَيَنْصَرِفُ عَنْهُمْ, فَيُصْبِحُوْنَ مُمْلِحِيْنَ لَيْسَ بِأَيْدِيْهُمْ شَيْءٌ مِنْ أَمْوَالِهِمْ, وَيَمُرُّ بِالْخَرِِبَةِ فَيَقُوْلُ لَهَا : أَخْرِجِي كَنُوْزَكِ , فَتَتْبَعُهُ كَُنُوْزُهَا كَيَعَاسِيْبِ النَّحْلِ , ثُمَّ يَدْعُوْرَجُلاً مُمْتَلِئًا شَبَابًا فَيَضْرِبُهُ بِالْسَيْفِ فَيَقْطَعَهُ جِزْلَتَيْنِ رَمْيَةَ الْغَرْضِ ,ثُمَّ يَدْعُوْهُ , فَيُقْبِلْ , وَيَتَهَلَّلُ وَجْهَهُ يَضْحَكُ , فَبَيْنَمُا هُوَ كَذَلِكَ إِذَ بَعَثَ اللهُ تَعَالَى الْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ  , فََيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبِيْضَاءِ شَرْقِيَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُ ودَتَيْنِ , وَاضِعًا كَفَيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ , إِذَا طَأْطَأَ رَأْسَهُ قَطَرَ , وَإِذَا رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤْ , فَلاَ يَحِلُّ لِكَافِرٍٍٍٍٍٍٍ يَجِدُ رِيْحَ نَفْسِهِ إِلاَّ مَاتَ , وَنَفِْسِهِ يَنْتَهِي إِلَى حَيْثُ يَنْتَهِيْ طَرْفُهُ , فَيَطْلُبُهُ حَتَّى يَدْرِكُهُ بِبَابِ لُدٍّا فَيَقْتُلُهُ ,ثُمَّ يَأْتِيْ عِيْسَى  , قَوْمًا قَدْعَصَمَهُمُ الله مِنْهَ , فَيَمْسَحُ عَنْ وُ جُوْ هِهِمْ وَيُحَدِّثِهِمْ بِدَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ , فَبَيْنَمَاهُوَ كَذلِكَ إِذْأوْحَى الله تَعَالَى إِلَى عِيْسَى  : إِنِّي قَدْأَ خْرَجْتُ عِبَادًا لي لاَ يَدَانِ لأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ , فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلىالطُّوْرِ . وَيَبْعَثُ الله يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُوْنَ ,فَيَمُرُّ أو ائِلُهُمْ عَلَى بُخَيْرَةِ طَبَرَيَّةَ فَيَشْرَبُوْنَ مَافِيْهَا , وَيَمُرّ ُاخِرُهُمْ فَيَقُوْلُوْنَ : لَقَدْكَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً ماءٌ , وَيُحْصَرُ نَبِيُّ الله عِيْسَى  , وَأَصْحَابُهُ حَتَّى يَكُوْنَ رَأْسُ الثَّوْرِ لأَحَدِهِمْ خَيْرًامِنْ مِائَةٍ دِيْنَارٍ لأ حَدِكُمُ الْيَوْمَ , فَيَرْغَبُ نَبِيُّ الله عِيْسَى  ,وَأصْحَابُهُ رَضِيَ الله عَنْهُمْ ,إلَى الله تَعَالَى ,فَيُرْسِلُ الله تَعَالَى عَلَيْهِمْ النّغَفَ فِي رِ قَا بِهِمْ , فَيُصْبِحُوْنَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ,ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ الله عِيْسَى ,وَأَصْحَابُهُ رَضِيَ الله عَنْهُمْ , إلَى الأَرْضِ , فَلا يَجِدُوْنَ فِي الأَرْضِ مَوْضَعَ شِبْرٍ إِ لاَّ مَلأَ هُ زَهَمُهُمْ وَنَتَنُهُمْ , فَيَرْغَبُ نَبِيُّ الله عِيْسَى  ,وَأَصْحَابُهُ رَضِيَ الله عَنْهُمْ , إِ لَى لله تَعَالَى , فَيُرْسِلُ الله تَعَالَى طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ , فَتَحْمِلُهُمْ , فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ الله , ثُمَّ يُرْسِلُ الله عَزَّ وَجَلَّ , مَطَرًالاَ يُكِنُّ مِتْهُ بَيْتٌ مَدَرٍ وَلاَوَبَرٍ , فَيَغْسِلُ الأَرْضَ حَتَّى يَتْرَكَهَا كَالْزَلَقَةِ ,ثُمَّ يُقَالَ الأَرْضِ : أنْبِتِي ثَمَرَكِ , وَرُدِّي بَرَكَتَكِ , فَيَوْمَئِذٍ تَأْكُلُ الْعِصَابَةُ مِنَ الرُّمَّانَةِ ,وَ يَسْتَظِلُّوْنَ بِقَحْفِهَا , وَيُبَارَكُ فِي الرِّسْلِ حَتَّى أَنَّ اللِّقْحَةَ مِنَ الإِبِلِ لَتَكْفِيْ الفِئَامَ مِنَ النَّاسِ , واللِّقْحَةِ مِنَ الْبَقَرِ لَتَكْفِيْ القَبِيْلَةِ مِنَ النَّاسِ , وَاللِّقْحَةَ مِنَ الَغَنِم لَتَكْفِيْ الْفَخِذَمِنَ النَّاسِ , فَبَيْنَمَا هُمْ كَذ لِكَ إذْ بَعَثَ الله تَعَالَى ريحًا طَيِّبَةً فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ ابَا طِهِم فَتَقْبِضُ روحاً كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ , وَيَبْقَىشِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُوْنَ فِيْهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ , فَعَلَيْهِمْ تَقُوْمُ السَّاعَةُ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

1817. Dari Nawwas bin Sam’an, ia berkata, “Suatu pagi Rasulullah SAW bercerita tentang Dajjal, terkadang beliau memelankan suaranya dan terkadang mengeraskannya, sehingga kami menyangka bahwa Dajjal itu berada di kebun kurma. Ketika kami mendatanginya, beliau mengetahui keadaan kami, maka beliau bertanya, “Ada apa dengan kalian?” Kami menjawab, “Wahai Rasulullah, engkau bercerita tentang Dajjal, terkadang engkau memelankan suara dan terkadang mengeraskannya, sehingga kami menyangka Dajjal berada di kebun kurma.” Beliau bersabda, “Ketakutan kepada selain Dajjal adalah yang paling aku khawatirkan terhadap dirimu. Kalau dia keluar dan aku berada di antara kalian, akulah yang berdebat dengannya untuk melindungimu, tetapi jika ia keluar dan aku tidak berada di antara kalian, maka setiap orang berdebat untuk menolong dirinya sendiri, dan Allah SWT adalah penggantiku untuk setiap orang muslim. Dia (Dajjal)adalah seorang pemuda yang berambut keriting, matanya menyembul keluar, menurutku seperti Abul Uzza bin Qathan. Oleh karena itu, siapapun di antara kalian yang bertemu dengannya, hendaklah membacakan permulaan surat al-Kahfi.[1] Sesungguhnya ia keluar dari jalan antara Syam dan Irak, kemudian merusak kanan kirinya. Hai hamba-hamba Allah, tabahlah! Kami berkata, “Wahai Rasulullah, berapa lama ia bertahan di bumi?” Beliau bersabda, “Empat puluh hari, sehari bagaikan setahun, sehari lagi seperti sebulan, sehari lagi seperti seminggu, dan sisa-sisa harinya seperti hari-harimu.” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, hari yang seperti setahun itu, cukuplah bagi kami satu shalat saja pada hari itu?” Beliau menjawab, “Tidak, jadi buatlah perkiraan untuk waktu shalat.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana kecepatannya di bumi?” Beliau menjawab, “Seperti hujan yang ditiup angin. Maka ia mendatangi suatu kaum lalu mengajak mereka, maka mereka beriman kepadanya dan mau menerima ajakannya. Setelah itu ia memerintahkan langit (agar menurunkan hujan), maka langitpun menurunkan hujan, memerintahkan bumi (agar menumbuhkan tumbuh-tumbuhan) maka bumi pun menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Pada waktu sore gembalaan mereka pulang dengan punuk yang panjang dan lambung yang berisi susu yang mengelayut. [2] Kemudian pergi ke kaum lain mengajak mereka, lalu kaum itu menolaknya, maka Dajjal meninggalkan mereka. Pada keesokan harinya mereka mengalami paceklik tiada suatu harta pun yang ada pada mereka. Kemudian Dajjal melewati suatu reruntuhan tersebut, “Keluarkan harta simpananmu.” Maka simpanan tadi mengikutinya bagaikan gerombolan lebah. Setelah itu ia memanggil seorang pemuda, lalu dipotongnya dengan pedang menjadi dua bagian dan dilemparkan sejauh sasaran, lantas dipanggilnya kembali, maka pemuda menghadap sambil tertawa, dan wajahnya bersinar. Ketika ia dalam keadaan demikian, mendadak Allah SWT mengutus Al-Masih putra Maryam. Beliau turun di Menara putih, sebelah timur Damaskus dengan mengenakan pakaian yang dicelup Ja’faran, dan meletakan telapak tangannya pada sayap dua malaikat. Apabila beliau menundukan kepala, airpun menetes dan jika mengangkat kepala berluncuran air tadi dari bagaikan mutiara. Orang kafir mencium bau nafas beliau pasti mati, sedangkan nafas beliau dapat mencapai sejauh pandangan mata beliau. Kemudian beliau mencari Dajjal dan menemukan di Babu Ludd,[3] lalu membunuhnya. Setelah itu beliau didatangi kaum yang dijaga oleh Allah SWT dari kejahatan Dajjal, beliau mengusap wajah mereka dan mengucapkan derajat mereka di Surga. Ketika beliau dalam keadaan demikian, tiba-tiba Allah SWT memberikan wahyu: “Sesungguhnya aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku, tiada seorang pun yang mampu membunuhnya, maka jaga dan kumpulkanlah hamba-hamba-Ku di gunung Thur.” Kemudian Allah SWT membangkitkan Ya’juj dan Ma’juj yang dengan cepat turun dari tempat-tempat yang tinggi. Ketika yang terdengar dari mereka melewati danau Thabarayyah,[4] mereka meminum apa yang ada di situ. Dan tatkala barisan yang terakhir lewat, mereka berkata, “Sesungguhnya di tempat ini, pernah ada air,” dan Nabiyullah Isa dan sahabat-sahabatnya dikepung, sehingga kepala seekor lembu bagi mereka lebih baik dari pada seratus dinar. Kemudian nabiyullah Isa dan sahabat-sahabatnya berdoa kepada Allah, maka Allah SWT mengirim ulat ketengkuk mereka (Ya’juj dan Ma’juj), sehingga mereka semua mati seperti matinya satu jiwa. Setelah itu Nabiyullah Isa dan sahabat-sahabatnya turun ke bumi. Mereka tidak menemukan sejengkal pun tempat di bumi kecuali telah dipenuhi bangkai Ya’juj dan Ma’juj yang berbau busuk. Maka nabiyullah Isa dan sahabat-sahabatnya berdoa kepada Allah, maka Allah SWT mengirim burung sebesar leher unta yang kemudian membawa mereka(Ya’juj dan Ma’juj)dan melemparkannya ditempat yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah SWT mengirim hujan yang membanjiri rumah dari tanah maupun dari bulu, maka hujan tadi mencuci bumi sampai bersih seperti kaca, lalu dikatakan kepada bumi: “Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalikanlah berkahmu.” Maka pada hari itu serombongan orang memakan buah delima dan berteduh dengan kelopaknya juga diberkahi air susu seekor unta yang cukup untuk serombongan orang, air susu seekor sapi cukup untuk satu keluarga, ketika mereka dalam keadaan demikian, Allah SWT mengirim angin yang harum yang tertiup dibawah ketiak mereka, lalu mencabut nyawa setiap orang mukmin dan muslim, dan yang tersisa adalah orang-orang yang jahat yang melakukan persetubuhan seperti keledai,[5] maka pada masa mereka itulah kiamat terjadi.”(HR.Muslim)

1818- وَعَنْ رِبعِيِّ بنِ حِرَاشِ قَالَ : انطلقت مع أبي مسعود الأنصاري إلى حُذَيْفَةَ بن اليمان رَضِيَ اللهُ عَنْهُم ، فقَالَ له أبو مسعود : حُدِّثْنِي مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُوْل اللهِ  ، في الدَّجَّالِ ، قَالَ : (( إنَّ الدَّجَّالَ يَخْرُجُ ، وإنَّ مَعَهُ مَاءً وَنَارًا ، فَأَمَّا الَّذِي يَرَاهُ النَّاسُ مَاءً فَنَارٌا تُحْرِقُ ، وَأَمَّا الَّذِي يَرَاهُ النَّاسُ نَارًا ، فَمَاءُ بَارِدٌ عَذْبٌ . فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ ، فَلْيَقَعْ فِي الَّذِي يَرَاهُ نَارًا ، فَإنَّهُ مَاءٌ عَذْبٌ طَيِّبٌ )) فقَالَ أبو مسعود : وَأنَا قَدْ سَمِعْتُهُ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

1818. Dari Rab’iy bin Hirasy berkata, “Saya pergi bersama Abu Mas’ud al-Anshariy ke tempat Hudzaifah bin Yaman RA, kemudian Abu Mas’ud berkata, ‘Ceritakanlah kepadaku berita tentang Dajjal yang kamu dengar dari Rasulullah SAW.” Hudzaifah berkata, “Sesungguhnya Dajjal itu akan keluar dengan membawa air dan api. Adapun yang terlihat air oleh manusia, itu sebenarnya adalah api yang membakar, adapun yang terlihat api oleh manusia, itu sebenarnya adalah air yang dingin dan segar. Barang siapa di antara kalian bertemu dengan Dajjal, hendaklah ia menjatuhkan pilihannya pada api, karena sesungguhnya itu adalah air yang segar dan baik.” Kemudian Abu Mas’ud berkata, “Saya pun telah mendengar berita yang seperti itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1819- وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرُو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي أُمَّتِي فَيَمْكُثُ أَرْبَعِيْنَ ، لاَ أَدْرِي أرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا ، أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا ، فَيَبْعَثُ اللهُ تَعَالَى عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ  ، فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ ، ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاُس سَبْعَ سِنِيْنَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ ، رِيْحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّامِ ، فَلاَ يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيْمَانٍ إِلاَّ قَبَضَتْهُ ، حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ دَخَلَ فِي كَبِدِ جَبَلٍ ، لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ ، فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ الطَّيْرِ، وَأَحْلاَمِ السِّبَاعِ ، لاَ يَعْرِفُوْنَ مَعْرُوْفًا، وَلاَ يُنْكِرُوْنَ مُنْكَرًا ، فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ ، فَيَقُوْلُ : أَلاَ تَسْتَجِيبُوْنَ ؟ فَيَقُولُوْنَ : فَمَا تَأْمُرُنَا ؟ فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الأَوْثَانِ ، وَهُمْ فِي ذلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ ، حَسَنٌ عَيْشُهُمْ ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ ، فَلاَ يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلاَّ أَصْغَى لِيْتًا وَرَفَعَ لِيْتًا ، وَ أَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوْطُ حَوْضَ إِبِلِهِ فَيُصْعَقُ وَيُصْعَقُ النَّاسُ ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ – أَوْ قَالَ : يُنْزِلُ اللهُ – مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ أَوِ الظِّلُّ، فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسُ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُوْنَ، ثُمَّ يُقَالَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَلُمَّ إلَى رَبِّكُمْ، وَقِفُوْهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُوْنَ، ثُمَّ يُقَالُ : أَخْرِجُوا بَعْثَ النَّارُ فَيُقَالَ : مِنْ كَمْ ؟ فَيُقَالَ : مِنْ كُلِّ ألْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ، فَذَلِكَ يَوْمٌ يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيْبًا، وَذَلِكَ يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

1819. Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Dajjal akan keluar kepada umatku dan akan berdiam selama empat puluh. Saya tidak tahu apakah empat puluh hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun. Kemudian Allah SWT mengutus Isa bin Maryam, maka ia mencari Dajjal lalu membinasakannya. Setelah itu manusia tinggal di bumi selama tujuh tahun tanpa ada rasa pemusuhan di antara dua orang. Kemudian Allah SWT mengirim angin yang dingin dari arah Syam. Maka tidak ada seorang pun yang dihatinya terdapat sebiji sawi kebaikan atau iman yang tinggal di bumi melainkan pasti mati, sehingga andai salah seorang di antara kamu masuk kedalam perut gunung, angin tadi akan tetap masuk dan mencabut nyawanya.” Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Maka tinggallah manusia-manusia jahat(yang hidup)dalam kesigapan burung dan berakal dan binatang buas,[6] mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran. Maka syetan menjelma (sebagai manusia) dihadapan mereka lalu bertanya, “Tidakkah kalian mau memerintahkan mereka agar menyembah berhala, sedang pada waktu itu rezeki mereka berlimpah dan kehidupan mereka terjamin. Kemudian ditiuplah sangsakakala maka tak ada seorang pun yang mendengarnya melainkan mendengarkannya dengan sungguh-sungguh. Orang yang mendengarnya pertama kali adalah orang yang sedang memperbaiki sawahnya, lalu mati dan manusia pun mati semuanya. Setelah itu Allah SWT menurunkan hujan yang seperti air susu, lalu tumbuhlah jasad-jasad manusia. kemudian sangkakala ditiup lagi, maka mereka berdiri dan menunggu. Setelah itu diserukan, “Hai manusia, kemarilah, menghadap tuhanmu! Suruh mereka berdiri, karena mereka akan ditanya.” Lalu diserukan pula, “Keluarkan rombongan yang ke neraka.” Maka ditanyakan, “Berapa?” Dijawab, “Dari setiap seribu, dikeluarkan sembilan ratus sembilan puluh sembilan ke neraka dan satu untuk ke Surga.” Hari itulah yang menjadikan anak-anak berubah dan hari betis disingkapkan.”[7](HR. Bukhari)

1520- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إلاَّ سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلاَّ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةَ، وَلَيْسَ نَقْبٌ مِنْ أَنْقَابِهِمَا إِلاَّ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ صَافِّينَ تَحْرُسُهُمَا، فَيَنْزِلُ بالسَّبَخَةِ، فَتَرْجُفُ الْمَدِيْنَةُ ثَلاَثَ رَجَفَاتٍ، يُخْرِجُ اللهُ مِنْهَا كُلَّ كَافِرٍ وَمُنَافِقٍ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ

1820. Dari Anas RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak ada satu daerah pun yang tidak dilalui oleh Dajjal, kecuali Makkah dan Madinah, juga Dajjal tidak bisa melewati jalan pegungungan Mekkah dan Madinah melainkan di sana malaikat berbaris menjaganya, maka Dajjal berhenti di tanah yang lembab kemudian Madinah, lalu ia mengoncang Madinah tiga kali, lalu Allah mengeluarkan orang-orang kafir dan munafik dari Madinah.” (HR. Muslim)

1821- وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  قَالَ : ((يَتْبَعُ الدَّجَّالُ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .


1821. Dari Anas RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Orang Yahudi Isbahan sebanyak tujuh puluh ribu lengkap dengan pakaian sergamnya akan selalu mengikuti Dajjal.” (HR. Muslim)

1822- عَنْ أُمِّ شَرِيْكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، أَنَّهَا سَمِعَتِ النَّبيِّ  ،يَقُوْلُ : لَيَنْفِرَنَّ النَّاسُ مِنَ الدَّجَّالِ فِي الْجِبَالِ )) رَوَاهُ الْمُسْلِمُ

1822. Dari Ummu Syarik RA, bahwasannya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, manusia akan berlari ke gunung-gunung menghindari Dajjal.”(HR. Muslim)

1823- وَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ: ((مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ أَمْرٌ أَكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ )) رَوَاهُ مُسْلِمُ

1823. Dari Imran bin Husain RA, ia berkata, “Bahwasannya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Tiada satu makhluk pun sejak diciptakannya Adam sampai hari kiamat yang besarnya melebihi Dajjal.” (HR. Muslim)

1824- وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ  قَالَ : (( يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فَيَتَوَجَّهُ قِبَالَهُ رَجُلٌ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فَيَتَلَقَّاهُ الْمَسَالِحُ :مَسَالِحُ الدَّجَّالِ .فَيَقُوْلُوْنَ لَهُ : إِلَى أَيْنَ تَعْمِدُ ؟ فَيَقُوْلُ: أَعْمِدُ إِلَى هَذَا الَّذِي خَرَجَ. فَيَقُوْلُوْنَ لَهُ: أَوَ مَا تُؤْمِنُ بِرَبِّنَا ؟ فَيَقُوْلُ : مَا بِرَبِّنَا خَفَاءٌ ، فَيَقُوْلُوْنَ :اقْتُلُوْهُ . فَيَقُوْلُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : أَلَيْسَ قَدْ نَهَاكُمْ رَبُّكُمْ أَنْ تَقْتُلُوْا أَحَدًا دُوْنَهُ، فَيَنْطَلِِقُوْنَ بِهِ إِلَى الدَّجَّالِ ،فَإِذَا رَآهُ الْمُؤْمِنُ قَالَ : ياَ أيُّهَا النَّاسُ ،إنَّ هذَا الدَّجَّالُ الَّذِي ذَكَرَ رَسُولُ لله ، فَيَأْمُرُ الدَّجَّالُ بِهِ فَيُشَبَّحُ، فَيَقُوْلُ :خُذُوهُ وَشُجُّوهُ. فَيُوسَعُ ظَهْرُهُ وَبَطْنُهُ ضَرْبًا، فَيَقُوْلُ : أَوَمَا تُؤْمِنُ بِي ؟ فَيَقُوْلُ : أَنْتَ الْمَسِيْحُ الْكَذَّابُ ! فَيُؤْمَرُ بِهِ، فَيُؤْشِرُ بِالْمِنْشَارِ مِنْ مَفْرِقِهِ حَتَّى يُفَرِّقُ بَيْنَ رِجْلَيْهِ. ثُمَّ يَمْشِي الدَّجَّالُ بَيْنَ الْقِطْعَتَيْنِ ثُمَّ يَقُولُ لَهُ : قُمْ، فَيَسْتَوِي قَائِماً. ثُمَّ يَقُوْلُ لَهُ : أَتُؤْمِنُ بِي ؟ فَيَقُوْلُ : مَا ازْدَدْتُ فِيكَ إِلاَّ بَصِيْرَةً، ثُمَّ يَقُوْلُ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ إنَّهُ لاَ يَفْعَلْ بَعْدِي بِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ، فَيَأْخُذُهُ الدَّجَّالُ لِيَذْبَحَهُ، فَيَجْعَلُ اللهُ مَا بَيْنَ رَقَبَتِهِ إِلَى تَرْقُوَتِهِ نُحَاسًا، فَلاَ يَسْتَطِيْعُ إلَيْهِ سَبِيْلاً، فَيَأْخُذُهُ بِيَدَيْهِ وَرِجْلَيْهِ فَيَقْذِفُ بِهِ، فَيَحْسَبُ النَّاسُ أَنَّهُ قَذَفَهُ إلَى النَّارِ، وَإِنَّمَا أُلْقِيَ فِي الْجَنَّةِ)) فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((هذَا أَعْظَمُ النَّاسِ شَهَادَةً عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ . وَرَوَى الْبُخَارِي بَعْضَهُ بِمَعْنَاه.ُ

1824. Dari Abu Sa’id al-Khudriy RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sewaktu Dajjal keluar, ada seorang mukmin yang menghampirinya. Ia disambut oleh pengawal-pengawal Dajjal yang bersenjatakan pedang. Mereka bertanya, “Kamu mau ke mana?” Ia menjawab, “Saya akan menemui orang yang keluar ini.” Mereka bertanya lagi: “Apa kamu beriman kepada Tuhan kami?” Ia menjawab, “Tiada kesamaan sedikit pun pada Tuhan kami.” Mereka berkata, “Bunuh saja dia!” Sebagian lagi berkata, “Bukahkah Tuhan telah melarang kalian membunuh seorng pun selain dari perintahnya?” Maka mereka membawanya ke Dajjal. Ketika orang mukmin itu melihatnya, ia berkata, “Hai manusia, ini adalah Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah.” Maka Dajjal memerintahkan agar lelaki itu dibelenggu, katanya, “Tangkap dan pecahkan kepalanya!” Akhirnya punggung dan kepalanya dipkuli. Setelah itu Dajjal bertanya, “Apakah kamu beriman kepadaku?” Ia berkata, “Kamu adalah al-Masih yang pendusta.” Maka diperintahkan agar ia digergaji dari tengah kepalanya(dibelah)sehingga kedua belah kakinya terpisahkan, lalu Dajjal berjalan di antara kedua belah tubuh itu, lantas berkata, “Berdirilah!” Orang itu berdiri tegak terus Dajjal bertanya, “Apakah kamu beriman kepadaku?” Ia menjawab, “Aku hanya bertambah yakin mengenal dirimu.” Kemudian orang mukmin itu berkata lagi, “Hai manusia, sesungguhnya ia tidak akan dapat berbuat lagi terhadap seorang pun sesudah aku.” Maka Dajjal menangkapku untuk disembelih, ia meletakkan tembaga dibatang tenggorokan orang tadi, tetapi tidak mau menyembelihnya, maka Dajjal memegang kedua tangan dan kakinya lantas melemparnya ke neraka, padahal ia dilemperkan ke surga.” Setelah Rasulullah SAW bersabda lagi, “Ini adalah manusia yang paling hebat kesaksiannya di sisi Tuhan semesta alam.” (HR. Muslim)

1825- وَعَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : مَا سَأَلَ أَحَدٌ رَسُوْلَ اللهِ  عَنِ الدَّجَّالِ أَكْثَرَ مِمَّا سَأَلْتَهُ، وَإِنَّهُ قَالَ لِي : ((مَا يَضُرُّكَ)) قُلْتُ إِنَّهُمْ يَقُوْلُوْنَ : إِنَّ مَعَهُ جَبَلَ خُبْزٍ وَنَهْرَ مَاءٍ. قَالَ : ((هُوَ أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ ذلِكَ)). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1825. Dari Mughirah bin Syu’bah RA, ia bersabda, “Tiada seorang pun yang menanyakan kepada Nabi tentang Dajjal lebih banyak dari apa yang aku tanyakan. Beliau bersabda, “Apa persoalanmu?” Saya katakan, “Mereka berkata bahwa ia mempunyai gunung roti dan sungai air.” Beliau bersabda, “Dia lebih rendah bagi Allah SWT dari pada hal itu.”[8] (HR. Bukhari dan Muslim)

1826- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((مَا مِنْ نَبِيِّ إِلاَّ وَقَدْ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الأَعْوَرَ الْكَذَّابَ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَ إِنَّ رَبَّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، مَكْتُْوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ك ف ر)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1826. Dari Anas bin Malik RA, bahwasannya Nabi SAW bersabda, “Tiada satu nabi pun melainkan sudah memperingatkan kaumnya terhadap pendusta yang buta sebelah. Ingat, sesungguhnya ia (Dajjal itu) buta sebelah, sedang Tuhanmu Yang Maha Mulia lagi Maha Agung tidak buta sebelah, dan di antara kedua matanya (Dajjal) tertulis kaf fa ra (artinya kafir).” (HR. Bukhari dan Muslim)

1827- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْل اللهِ  : ((أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا عَنِ الدَّجَّالِ مَا حَدَّثَ بِهِ نَبِيٌّ قَوْمَهُ : إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّهُ يَجِيءُ مَعَهُ بِمِثَالِ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، فَالَّتِي يَقُولُ إِنَّهَا الْجَنَّةُ هِيَ النَّارُ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1827. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Maukah aku jelaskan kepada kalian suatu berita tentang Dajjal yang belum pernah dijelaskan oleh nabi kepada umatnya. Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah, dan sesungguhya ia akan muncul dengan membawa semacam surga dan neraka. Sesuatu yang dikakatan surga oleh Dajjal itu sebenarnya adalah neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1828- وَعَنْ أَبِي عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  ، ذَكَرَ الدَّجَّالَ بَيْنَ ظَهْرَانِي النَّاسِ فَقَالَ ، (( إِنَّ اللهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ ، أَلاَ إنَّ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُمْنَى ، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

1828. Dari Ibnu Umar RA, bahwa dihadapan orang banyak Rasulullah SAW pernah bercerita tentang Dajjal, sabdanya: “Sesungguhnya Allah SWT tidak buta sebelah. Ingat, Dajjal itu mata kanannya buta, dan matanya seperti buah anggur yang menyembul.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1829- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  قَالَ : (( لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلُ الْمُسْلِمُوْنَ الْيَهُوْدَ ، حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُوْدِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُوْلُ الْحَجَرُ وَالشَّجَرُ : يَا مُسْلِمُ هذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِيٌّ تَعَالَ فَاقْتُلْهُ، إِلاَّّّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1829. Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat tidak akan tiba sebelum kaum muslimin memerangi kaum Yahudi, hingga orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu atau pohon tadi berkata, “Hai muslim, hai hamba Allah, ini ada orang Yahudi di belakangku. Kemarilah dan bunuhlah dia!” Kecuali pohon Gharqad[9], karena ia pohon orang Yahudi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1830- وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ عَلَى القَبْرِ ، فَيَتَمَرَّغُ عَلَيْهِ وَيَقُوْلُ : يَا لَيْتَنِي كُنْتُ مَكَانَ صَاحِبِ هذَا الْقَبْرِ ، وَلَيْسِ بِهِ الدِّينُ ، إِلاَّ الْبَلاَءُ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1830. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, dunia tidak akan hancur sehingga ada orang yang melewati kubur orang lain, lalu ia berhenti dan berkata, “Alangkah senangnya jika aku yang menjadi penghuni kubur ini,” dan demikian itu bukanlah ajaran agama, melainkan malapetakan yang sangat berat.” (HR. Bukhari dan Muslim)[10]

1831- وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ يُقْتَتَلُ عَلَيْهِ ، فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ ، فَيَقُوْلُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ : لَعَلَّي أَنْ أَكُوْنَ أَنَا أنْجُو )) 

وَفِي رِوَايَةٍ : (( يُوْشِكُ أَنْ يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ كُنْزِ مِنْ ذَهَبٍ ، فَمَنْ حَضَرَهُ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئًا )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

1831. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Hari kiamat tidak akan datang sebelum sungai Efrat memperlihatkan[11] bukit emas yang menimbulkan perang, dimana setiap seratus orang akan mati sembilan puluh sembilan, dan masing-masing orang di antara mereka itu berkata, “Semoga saya yang selamat.”

Dalam sebuah Riwayat dikatakan: “Sungai Efrat nyaris memunculkan emas yang disimpannya, barang siapa yang mendapatkannya maka janganlah ia mengambil sesuatu dari padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1832- وَعَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ : (( يَتْرُكُوْنَ الْمَدِيْنَةَ عَلَى خَيْرٍ مَا كَانَتْ، لاَ يَغْشَاهَا إِلاَّ الْعَوَافِي يُرِيْدَ- عَوَافِي السِّبَاعِ وَالطَّيْرِ- وَآخِرُ مَنْ يُحْشَرُ رَاعِيَانِ مِنْ مُزَيْنَةَ يُرِيْدَانِ الْمَدِيْنَةِ يَنْعِقَانِ بِغَنِمِهِمَا فَيَجِدَانِهَا وُحُوْشًا ، حَتَّى إِذَا بَلَغَا ثَنِيَّةَ الْوَدَاعِ خَرَّا عَلَى وُجُوْهِهِمَا )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

1832. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang-orang akan meninggalkan Madinah dalam keadaan yang sangat baik, tiada yang ketinggalan kecuali binatang dan burung yang mampu mencari makanan kesana kemari. Orang terakhir yang meninggalkan Madinah adalah dua pengembala dari Muzainah yang masuk ke Madinah memanggil-manggil kambingnya, tiba-tiba mereka bertemu dengan binatang buas, sehingga ketika mereka sampai di Tsaniyatul Wada’ mereka jatuh tersungkur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1833- وَعَنْ أَبِي سَعِيْدِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، أَنَّ النَّبِيَّ  قَالَ : (( يَكُوْنُ خَلِيفَةٌ مِنْ خُلَفَائِكُمْ فِي آخِرِ الزَّمَانِ يَحْثُو الْمَالَ وَلاَ يَعُدُّهُ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

1833. Dari Abu Sa’id al-Khudhriy RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Nanti pada akhir zaman ada di antara pemimpin-pemimpin kalian yang menabur-naburkan uang dan tidak bisa dihitung.” (HR. Muslim)

1834- وَعَنْ أبي مُوْسَى الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، أَنَّ النَّبِيَّ  قَالَ : (( لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَطُوْفُ الرَّجُلُ فِيْهِ بِالصَّدَقَةِ مِنَ الذَّهَبِ فَلاَ يَجِدُ أَحَدًا يَأْخُذُهَا مِنْهُ ، وَيُرَى الرَّجُلُ الْوَاحِدُ يَتْبَعُهُ أَرْبَعُوْنَ امْرَأةً يَلُذْنَ بِهِ مِنْ قِلَّةِ الرِّجَالِ وَكَثْرَةِ النِّسَاءِ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1834. Dari Abu Musa al-Asy’ari, bahwasannya Nabi SAW bersabda, “Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang berkeliling mengedarkan sedekah yang berupa emas, tetapi tidak ada seorangpun yang bersedia menerimanya. Dan akan kelihatan seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh perempuan yang ingin berlindung kepadanya, karena sedikitnya orang laki-laki dan banyaknya orang perempuan.” (HR. Muslim)

1835- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ  ، قَالَ : (( اشْتَرَى رَجُلٌ مِنْ رَجُلٍ عَقَارًا ، فَوَجَدَ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارِ فِي عَقَارِهِ جِرَّةً فِيْهَا ذَهَبٌ ، فَقَالَ لَهُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ : خُذْ ذَهَبَكَ ، إِنَّمَا اشْتَرَيْتُ مِنْكَ الأَرْضَ وَلَمْ أَشْتَرِ الذَّهَبَ ، وَقَالَ الَّذِي لَهُ الأَرْضُ : إنَّمَا بِعْتُكَ الأَرْضَ وَمَا فِيْهَا ، فَتَحَاكَمَا إِلَى رَجُلٍ ، فَقَالَ الَّذِي تَحَاكَمَا إلَيْهِ : أَلَكُمَا وَلَدٌ ؟ قَالَ أَحَدُهُمَا : لِي غُلاَمٌ ، وَقَالَ الآخَرُ : لِي جَارِيَةٌ قَالَ : أَنْكِحَا الْغُلاَمَ الْجَارِيَةَ ، وَأَنْفِقَا عَلَى أَنْفُسِكُمَا مِنْهُ وَتَصَدَّقَا )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

1835. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Ada seseorang membeli sebidang tanah kepada orang lain, kemudian orang yang membeli sebidang tanah itu menemukan sebuah bejana yang berisi emas di kawasan tanah yang dibelinya itu, maka orang yang membeli tanah itu berkata kepada orang yang menjualnya, “Ambillah emasmu, karena sesungguhnya aku hanya membeli tanah kepadamu dan tidak membeli emas.” Orang yang menjual tanah menjawab, “Saya menjual tanah dan semua yang terkandung di dalamnya kepadamu.” Kemudian mereka membawa permasalahan itu kepada seorang hakim, maka orang yang mengadili itu bertanya: “Apakah masing-masing dari kalian memiliki anak?” Salah seorang dari keduanya berkata, “Saya mempunyai anak laki-laki,” dan yang seorang lagi berkata, “Saya mempunyai anak perempuan.” Kemudian sihakim berkata, “Nikahkan saja anak laki-laki itu dengan anak perempuan, serta berikan saja emas itu agar dapat dimanfaatkan oleh mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1836- وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ : (( كَانَتِ امْرَأَتَانِ مَعَهُمَا ابْنَاهُمَا ، جَاءَ الذِّئْبُ فَذَهَبَ بِابْنِ إِحْدَاهُمَا . فَقَالَتْ لِصَاحِبَتِهَا : إِنَّمَا ذَهَبَ باِبْنِكِ ، وَقَالَتْ الأُخْرَى : إِنَّمَا ذَهَبَ بِابْنِكِ ، فَتَحَاكَمَا إِلَى دَاوُدَ  فَقَضَى بِهِ لِلْكُبْرِى ، فَخَرَجَتَا عَلَى سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ  فَأَخْبَرَتَاهُ . فَقَالَ : ائْتُونِي بِالسِّكِّيْنِ أَشُقُّهُ بَيْنَهُمَا . فَقَالَتْ الصُّغْرَى : لاَ تَفْعَلْ ، رَحِمَكَ اللهُ ، هُوَ ابْنُهَا . فَقَضَى بِهِ للصُّغْرَى )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

1836. Dari Abu Hurairah RA, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Ada dua orang perempuan yang masing-masing mempunyai anak, kemudian datanglah seekor serigala dan membawa salah satu dari anak itu, lantas salah seorang di antara perempuan itu berkata kepada yang lain, “Serigala itu membawa anakmu.” Kemudian mereka menghadap kepada nabi Daud AS, untuk meminta keadilan, dan Nabi Daud memenangkan wanita yang lebih tua itu. Maka keduanya mengajukan permasalahannya kepada nabi Sulaiman, kemudian nabi Sulaiman bersabda, “Ambilah pisau, maka aku akan membelah anak itu menjadi dua.” Perempuan yang lebih muda berkata, “Janganlah engkau membelah anak itu, semoga Allah SWT memberikan rahmat kepadamu. Anak itu adalah anaknya.” Kemudian nabi Sulaiman memutuskan bahwa anak itu adalah anak perempuan yang lebih muda.”(HR. Bukhari dan Muslim)

1837- وَعَنْ مِرْدَاسِ الأَسْلَمِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ النَّبِيّ  : (( يَذْهَبُ الصَّالِحُوْنَ الأوَّلُ فَالأَوَّلُ ، وَيَبْقَى حُثَالَةٌ كَحُثَالَةِ الشَّعِيْرِ أَوْ التَّمْرِ لاَ يُبَالِيهُمُ اللهُ بَالَةً )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

1837. Dari Mirdas al-Anshariy RA, ia berkata, “Nabi SAW bersabda, ‘Orang-orang yang shalih akan pergi (meninggal dunia) satu persatu, sehingga yang tersisa hanyalah orang-orang yang seperti ampas gandum atau kurma, di mana Allah SWT tidak akan menghiraukan mereka sedikit pun.”(HR. Bukhari)

1838- وَعَنْ رِفَاعَةِ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : جَاءَ جِبْرِيْلُ إِلَى النَّبِيّ r قَالَ : مَا تَعُدُّوْنَ أَهْلَ بَدْرٍِ فِيْكُمْ ؟ قَالَ : (( مِنْ أَفْضَلِ الْمُسْلِمِيْنَ )) أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا . قَالَ : وَكَذلِكَ مَنْ شَهِدَ بَدْرًا مِنْ الْمَلاَئِكَةِ . رَوَاهُ الْبُخَارِي 

1838. Dari Rifa’ah bin Rafi’ az-Zuraqiy RA, ia berkata, “Jibril datang kepada Nabi SAW dan bertanya, ‘Bagaimana pandanganmu tentang orang-orang yang mengikuti perang Badar di antara kamu sekalian?” Beliau menjawab, “Mereka termasuk umat Islam yang paling utama.” Kemudian Jibril berkata, “Demikian juga para malaikat yang mengikuti perang Badar.” (HR. Bukhari)

1839- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( إِذَا أنْزَلَ اللهُ تَعَالَى بِقَوْمٍ عَذَابًا ، أَصَابَ الْعَذَابُ مَنْ كَانَ فِيْهِمْ ، ثُمَّ بُعِثُوْا عَلَى أَعْمَالِهِمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

1839. Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila Allah SWT mendatangkan siksaan kepada suatu umat, maka siksaan itu menimpa seluruh orang yang ada di situ, kemudian mereka nanti dibangkitkan sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.” HR. Bukhari Muslim

1840- وَعَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ جِذْعٌ يَقُوْمُ إلَيْهِ النَّبِيُّ  _ يَعْنِي فِي الْخُطْبَةِ_ فَلَمَّا وُضِعَ الْمِنْبَرُ سَمِعْنَا لِلْجَذْعِ مِثْلَ صَوْتِ الْعِشَارِ ، حَتَّى نَزَلَ النَّبِيُّ r، فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ فَسَكَنَ 

وَفِي رِوَايَةٍ : فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ قَعَدَ النَّبِيُّ  ، عَلَى الْمِنْبَرِ فَصَاحَتِ النَّخْلَةُ الَّتِي كَانَ يَخْطُبُ عِنْدَهَا حَتَّى كَادَتْ أَنْ تَنْشَقَّ 

وَفِي رِوَايَةٍ : فَصَاحَتْ صِيَاحَ الصَّبِيِّ ، فَنَزَلَ النَّبِيُّ  ، حَتَّى أَخَذَهَا فَضَمَّهَا إلَيْهِ ، فَجَعَلَتْ تَئِنُّ أَنِينَ الصَّبِيَّ الَّذِي يُسَكَّتُ حَتَّى اسْتَقَرَّتْ، قَالَ : (( بَكَتْ عَلَى مَا كَانَتْ تَسْمَعُ مِنَ الذِّكْرِ )) رَوَاهُ الْبُخَارِي 

1840. Dari Jabir RA, ia berkata, “Ada sebuah tonggak batang kurma yang biasa dijadikan tempat berdiri oleh Nabi SAW (selagi beliau berkhutbah), ketika dibuatkan mimbar, kami mendengar suara dari tonggak itu seperti suara rintihan anak unta, sehingga nabi SAW, turun dan meletakkan tangannya pada tonggak itu, lalu diamlah tonggak itu.”
Dalam riwayat yang lain, dikatakan, “Pada hari jum’at, Nabi SAW duduk di atas mimbar, kemudian menjeritlah batang kurma yang dijadikan mimbar beliau, sehingga batang kurma itu hampir terbelah.”
Dalam riwayat yang lain, dikatakan: “Tonggak batang kurma itu menjerit seperti jeritan anak kecil. Kemudian Nabi SAW turun dan mengambil serta mendekapnya, lalu terdengarlah rintihan seperti rintihan anak kecil yang didiamkan dari tangisnya, sehingga tonggak itu diam.” Beliau bersabda, “Tonggak batang korma itu menangis karena ia tidak akan mendengarkan khutbah lagi.(HR. Bukhari)

‍‍‍‍‍‍- وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَوْفَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: غَزَوْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ، سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأْكُلُ الْجَرَادَ.
وَ فِي رِوَايَةٍ : نَأْكُلُ مَعَهُ الْجَرَادَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1842. Dari Abdullah bin Abu Aufa RA, ia berkata, “Kami mengikuti tujuh kali peperangan di bawah pimpinan Rasulullah SAW, kami semua makan belalang.”
Dalam riwayat lain dikatakan: “Kami makan belalang bersama-sama Rasulullah. “(HR. Bukhari dan Muslim)

1843- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَِّبيَّ  قَالَ: ((لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1843. Dari Abu Hurairah RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin tidak akan tersesat (terjerumus) dua kali dari lobang yang sama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1844- وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ ألِيْمٌ: رَجُلٌ عَلَى فَضْلِ مَاءٍ بِالْفَلاَةِ يَمْنَعُهُ مِن ابْنِ السَّبِيلِ، وَرَجُلٌ بَايَعَ رَجُلاً سِلْعَةً بَعْدَ الْعَصْرِ فَحَلَفَ بِاللهِ لأَخَذَهَا بِكَذَا وَكَذَا فَصَدَّقَهُ وَهُوَ عَلَى غَيْرِ ذلِكَ، وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًا لاَ يُبَايِعُهُ إِلاَّ لِدُنْيَا فَإِنْ أَعْطَاهُ مِنْهَا وَفى وَإِنْ لَمْ يُعْطِهِ مِنْهَا لَمْ يَفِ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1844. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Ada tiga macam orang yang tidak ditanya oleh Allah SWT kelak pada hari kiamat. Allah SWT tidak melihat, tidak mensucikan mereka dan mereka akan memperoleh siksa yang pedih, yaitu: “Orang yang memiliki kelebihan air di tanah, tetapi ia tidak memberi perantau (musafir) yang membutuhkan. Orang yang menjual barang dagangannya kepada orang lain sesudah Ashar, ia bersumpah atas nama Allah SWT bahwa ia mengambil barang dagangan itu dengan harga sekian, lalu ia menyedekahkan (kepada pembeli) padahal kenyataannya bukan demikian. Orang yang berjanji setia kepada seorang pemimpin hanya karena kepentingan duniawi. Jika pimpinan itu memberinya harta dunia, maka ia penuhi janjinya, tetapi kalau pimpinan tidak memberikan apa-apa, ia pun tidak memenuhi janji.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1845- وَعَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ  قَالَ: ((بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُوْنَ)) قَالُوْا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوْا: أَرْبَعُوْنَ سَنَةً؟ قَالَ: أَبَيْتُ. قَالُوا: أرْبَعُوْنَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ. ((وَيَبْلَى كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الإِنْسَانِ إِلاَّ عَجْبَ الذَّنْبِ، فِيْهِ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ، ثُمَّ يُنَزِّلُ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا يَنْبُتُ الْقَبْلُ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1845. Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah, beliau bersabda, “Selisih antara dua tiupan sangkakala adalah empat puluh.” Orang-orang bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apakah empat puluh hari?” Abu Hurairah menjawab, “Saya tidak akan menjelaskannya.” Mereka bertanya, “Empat puluh tahun?” Abu Hurairah menjawab, “Saya tidak akan menjelaskannya.” Mereka bertanya, “Empat puluh bulan?” Abu Hurairah menjawab, “Saya tidak akan menjelaskannya. Semua anggota tubuh manusia itu akan binasa kecuali tulang ekornya di mana tulang ekor itulah anggota tubuh yang akan disusun kembali. Kemudian Allah SWT menurunkan hujan dari langit, lantas bangkitlah semua manusia dengan serentak sebagaimana tumbuhnya biji tanaman yang disebar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1846- وَعَنْهُ قَالَ: بَيْنَمَا النَّبِيُّ ، فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَ أَعْرَابِيٌ فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى رَسُوْلُ اللهِ  يحُدِّثُ، قَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ لَمْ يَسْمَعْ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَديْثَهُ قَالَ: أَيْنَ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ؟ )) قَالَ: هَا أَنَا يا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: ((إِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَأنْتَظِرِ السَّاعَةَ)) قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: ((إذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي

1846. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Ketika Rasulullah SAW sedang dalam suatu majlis berbincang dengan sekelompok orang (para sahabat), tiba-tiba seorang arab badui datang, seraya bertanya, “Kapankah hari kiamat itu?” Rasulullah SAW meneruskan pembicaraannya. Sebagian orang berbisik, “Beliau mendengar apa yang ditanyakan orang itu, tetapi beliau tidak suka apa yang ditanyakan itu.” Yang lain berkata, “Tidak, beliau tidak mendengar.” Setelah pembicaraan beliau selesai, beliau bertanya, “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?” Orang yang bertanya menyahut, “Ini aku wahai Rasulullah.” Rasulullah SAW bersabda, “Apabila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat.” Orang itu bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakan amanat itu?” Rasulullah SAW bersabda, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat.”(HR. Bukahri)

1847- وَعَنْهُ، أنَّ رَسُوْلَ اللهِ  ، قَالَ: يُصَلُّوْنَ لَكُمْ، فَإِنْ أَصَابُوْا فَلَكُمْ وَلَهُمْ، وَإنْ أُخْطَئُْوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي

1847. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Mereka (para imam) itu di dalam memimpin shalat sangat menguntungkan kamu, di mana bila mereka benar maka kamu beruntung, jika mereka salah maka kamu beruntung, dan mereka sendirilah yang menanggung kesalahan.”(HR. Bukahri)[12]

1848- وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ] كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ [ [سورة البقرة الآية : 110] قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ لِلنَّاسِ يَأْتُوْنَ بِهِمْ فِي السَّلاَسِلِ فِي أَعْنَاقِهِمْ حَتَّى يَدْخُلُوا فِي الإِسْلاَمِ.

1848. Dari Abu Hurairah RA, dengan menyitir firman Allah SWT yang berbunyi: “KUNTUM KHAIRA UMMATIN UKHRIJAT LINNAAS(kamu sekalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan untuk manusia).” Ia berkata, “Sebaik-baik manusia bagi manusia adalah mereka yang datang dengan leher terbelenggu, sehingga mereka masuk Islam.” (HR. Bukahri)

1849- وَعَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ  قَالَ: ((عَجِبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ قَوْمٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فِي السَّلاَسِلِ)) رَوَاهُمَا الْبُخَارِي

1849. Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Allah SWT Yang Maha Mulia lagi Maha Agung merasa kagum terhadap orang yang dipaksa masuk surga dengan rantai.”(HR. Bukahri)
Maksudnya, mereka ditawan dan diikat dengan rantai kemudian mereka masuk Islam dan masuk surga.”

1850- وَعَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ  قَالَ: ((أَحَبُّ البِلاَدِ إلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا، وَأَبْغَضُ الْبِلاَدِ إلَى اللهِ أَسْوَاقُهَا)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1850. Dari Abu Hurairah RA, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Tempat yang paling disukai Allah SWT adalah masjid, dan tempat yang paling dibenci Allah SWT adalah pasar.”(HR. Muslim)

1851- وَعَنْ سَلْمَانِ الْفَارِسِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مِنْ قَوْلِهِ قَالَ: لاَ تَكُوْنَنَّ إِنِ اسْتَطَعْتَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ السُّوْقَ، وَلاَ آخِرَ مَنْ يَخْرُجُ مِنْهَا، فَإِنَّهَا مَعْرَكَةُ الشَّيْطَانِ، وَبِهَا يَنْصِبُ رَايَتَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ هَكَذَا.
وَرَوَاهُ الْبَرْقَانِي فِي صَحِيْحِهِ عَنْ سَلْمَانِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : لاَ تَكُنْ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ السُّوْقَ , وَ لاَ أَخِرَ مَنْ بَخْرُجَ مِنْهَا . فِيْهَا بَاضَ الشَّيْطَانُ وَ فَرَّخَ

1851. Dari Salaman al-Farisi RA, di antara perkataannya, “Jika kamu mampu, janganlah sekali-kali kamu menjadi orang pertama yang memasuki pasar dan orang yang terakhir keluar darinya. Sebab, pasar adalah medan pertemuan syetan dan disana ditegakan bendera setan.” HR. Muslim
Sementara itu al-Burqaniy meriwayatkan dalam kitab shahih-nya, dari Salman yang berkata, “Rasulullah SAW, pernah bersabda, ‘Janganlah kamu menjadi orang yang pertama memasuki pasar dan orang yang terakhir keluar dari sana, di sanalah syetan bertelur dan beranak.”

1852- وَعَنْ عَاصِمٍ الأَحْوَلِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَرْجِسَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ لِرَسُوْلِ اللهِ  : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، غَفَرَ اللهُ لَكَ، قَالَ: ((وَلَكَ)). قَالَ عَاصِمٌ: فَقُلْتُ لَهُ: اسْتَغْفَرَلَكَ رَسُوْلُ اللهِ  ؟ قَالَ: نَعَمْ وَلَكَ، ثُمَّ تَلاَ هذِهِ الآية: ] وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ، وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ [ [سورة محمد الآية : 19] رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1852. Dari Ashim al-Ahwal dari Abdullah bin Sarjis RA, ia berkata, “Saya berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, semoga Allah SWT mengampuni engkau.” Beliau bersabda, “Dan semoga Allah SWT juga mengampuni kamu.” Ashim berkata kepada Abdullah, “Apakah Rasulullah SAW memohonkan ampun untuk kamu?” Abdullah menjawab, “Ya, dan bagimu pula.” Kemudian ia membaca ayat: “WASTAGHFIR LIDZANBIKA WALILMU’MININ WAL MU’MINAAT (dan mohonlah ampun untuk dosamu serta dosa segenap orang mukmin laki-laki dan perempuan) (Qs. Muhammad: 19).”(HR. Muslim)

1853- وَعَنْ أَ‌بِي مَسْعُوْدٍ الأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ  : ((إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُولَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَاشِئْتَ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي

1853. Dari Ibnu Mas’ud al-Anshariy RA, ia berkata, “Nabi SAW bersabda, ‘Di antara ucapan yang diketahui manusia dari perkataan kenabian yang pertama adalah, apabila kamu tidak merasa malu, maka berbuatlah sesuka hatimu.”(HR. Bukhari)

1854- وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r : ((أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي الدِّمَاء)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1854. Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata, “Nabi SAW bersabda, ‘Pertama kali yang diadili di antara kalian banyak urusan manusia pada hari kiamat nanti adalah masalah pertumpahan darah.”[13](HR. Bukhari dan Muslim)

1855- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1855. Dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW, bersabda, ‘Malaikat itu diciptakan dari cahaya, Jin diciptakan dari nyala api[14], dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepadamu.”(HR. Muslim)

1856- وَعَنْهَا رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ خُلُقُ نَبِيِّ اللهِ r الْقُرْآنُ رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1856. Dari Aisyah RA, ia berkata, “Budi pekerti Nabiyullah SAW adalah al-Qur’an.”(HR. Muslim)

1857- وَعَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ)) فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَكَراهِيَةُ الْمَوْتِ، فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ؟ قَالَ: ((لَيْسَ كَذَلِكَ، وَلكِنَّ الْمُؤْمِنَ إذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَة، وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1857. Dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Barangsiapa merasa senang berjumpa dengan Allah, maka Allah juga merasa senang berjumpa dengannya. Dan barangsiapa tidak suka berjumpa dengan Allah, maka Allah pun tidak suka berjumpa dengannya.”
Saya (Aisyah) bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan tidak suka berjumpa Allah itu adalah membenci kematian? Bukankah kita semua tidak suka kematian?” Rasulullah bersabda, “Bukan demikian! Tetapi orang mukmin yang apabila diberi kabar gembira dengan rahmat Allah dan keridhaan-Nya serta surga-Nya, lalu ia senang bertemu Allah, maka Allah pun senang bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir, manakala diberitahu tentang siksa Allah dan murka-Nya, ia tidak suka berjumpa dengan Allah, maka Allah pun tidak suka berjumpa dengannya.” (HR. Muslim)

1858- وَعَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ صَفِيَّةِ بِنْتِ حُبَيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ  ، مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُوْرُهُ لَيْلاً، فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ ِلأَنْقَلِبَ فَقَامَ مَعِي لِيَقْلِبَنِي، فَمَرَّ رَجُلاَنِ مِنَ الأَنْصَارِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ  أَسْرَعَا. فَقَالَ  : ((عَلَى رِسْلِكُمَا، إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتِ حُبَيِّ)) فَقَالاَ: سُبْحَانَ اللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَقَالَ: ((إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْزِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ، وَإِنِّي خَشِيْتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا – أوْ قَالَ شَيْئًا – )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1858. Dari Ummul Mukminin, Shafiyyah binti Huyaiy RA, ia berkata, “Ketika Nabi SAW. sedang i’tikaf pada suatu malam, saya datang untuk menemuinya. Ketika selesai berbicara dengan beliau, saya bangkit untuk kembali, beliau lantas bangkit mengantarkan saya, di situ ada dua sahabat Anshar yang lewat. Ketika kedua sahabat itu melihat Rasulullah SAW, mereka mempercepat jalannya. Maka Nabi SAW. bersabda, “Waspadalah, sesungguhnya ini adalah Shafiyyah bin Huyaiy.” Kemudian mereka berkata, “Maha Suci Allah, wahai Rasulullah.” Beliau lantas bersabda, “Sesungguhnya setan itu berjalan di tubuh anak Adam (manusia) bersamaan dengan peredaran darah. Oleh karena itu, aku khawatir kalau setan itu menanamkan kejahatan ke dalam hatimu, atau mengatakan sesuatu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1859- وَعَنْ أَبِي الْفَضْلِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ r يَوْمَ حُنَيْنِ، فَلَزِمْتُ أَنَا وَ أَبْو سُفْيَانَ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ رَسُوْلَ اللهِ  ، فَلَمْ نُفَارِقْهُ، وَرَسُوْلُ اللهِ ، عَلَى بَغْلَةٍ لَهُ بَيْضَاءَ، فَلَمَّا الْتَقَى الْمُسْلِمُوْنَ وَالْمُشْرِكُوْنَ، وَلَّى الْمُسْلِمُوْنَ مُدْبِرِيْنَ، فَطَفِقَ رَسُوْلُ اللهِ ، يَرْكُضُ بَغْلَتَهُ قِبَلَ الْكُفَّارِ، وَأَنَا آخِذُ بِلِجَامِ بَغْلَةِ رَسُوْلِ اللهِ ، أُكُفُّهَا إِرَادَةَ أَنْ لاَ تُسْرِعَ، نَادِ أصْحابَ السَّمُرَةِ)). قَالَ الْعَبَّاسِ – وَكَانَ رَجُلاً صَيِّتًا – فَقُلْتُ بِأَعْلَى صَوْتِي: أَيْنَ أَصْحَابُ السَّمُرَةِ، فَوَاللهِ لَكَأَنَّ عَطْفَتَهُمْ حِيْنَ سَمِعُوْا صَوْتِي عَطْفَةَ الْبَقَرِ عَلَى أَولاَدِهَا، فَقَالُوْا : يَا لَبَّيْكَ يَا لَبَّيْكَ، فَأفْتَتَلُوا هُمْ وَالْكُفَّارُ، وَالدَّعْوَةُ فِى الأَنْصَارِ يَقُوْلُوْنَ: يَا مَعْشَرَ الأَنْصَارِ، يَا مَعْشَرَ الأَنْصَارِ، ثُمَّ قَصُرَتِ الدَّعْوَةُ عَلَى بَنِي الْحَارِثِ بْنِ الْخَزَرْجِ، فَنَظَرَ رَسُوْلُ اللهِ ، وَهُوَ عَلَى بَغْلَتِهِ كَالُمُتَطَاوِلِ عَلَيْهاَ إِلَى قِتَالِهِمْ، فَقَالَ: ((هذَا حِيْنَ حِيْنَ الْوَطِيْسُ))، ثُمَّ اَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ ، حَصَيَاتٍ فَرَمَى بِهِنَّ وُجُوهَ الْكُفَّارِ، ثُمَّ قَالَ: ((إِنْهَزَمُْوا وَرَبِّ مُحَمَّدٍ)) فَذَهَبْتُ أَنْظُرُ فَإِذَا الْقِتَالُ عَلَى هَيْئَتِهِ فِيْمَا أَرَى، فَوَاللهِ مَا هُوَ إِلاَّ أَنْ رَمَاهُمْ بِحَصَيَاتِهِ، فَمَا زِلْتُ أَرَى حَدَّهُمْ كَلِيْلاً وَأَمْرَهُمْ مُدْبِرًا. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

1859. Dari Abu Fahd, Abbas bin Abdul Muthallib RA, ia berkata, “Saya ikut bersama Rasulullah SAW. pada hari perang Hunain. Saya dan Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthallib selalu menyertai Rasulullah SAW, tak pernah berpisah dengannya. Rasulullah SAW. berada di atas keledai putihnya. Ketika kaum muslimin dan orang-orang musyrik saling berhadapan dalam pertempuran, ternyata kaum muslimin berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Melihat itu, Rasulullah mengepak keledainya[15] ke arah orang-orang kafir. Sementara itu saya memegang tali keledai mencoba mengekangnya agar tidak terlalu cepat. Sedangkan Abu Sufyan memegang bekal bawaan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Wahai Abbas! Panggillah sahabat yang berbaiat di bawah pohoh Samurah![16]” Abbas yang memiliki suara keras, segera saja berteriak dengan suara lantang: “Mana ashhaabu Samurah (orang-orang yang telah berbaiat di bawah pohon Samurah).” Demi Allah, ketika mereka mendengar suaraku, perasaan mereka seperti perasaan sapi terhadap anaknya, mereka menjawab: YAA LABBAIK, YAA LABBAIK. Maka mereka berkemelut dengan orang-orang kafir. Panggilan pun merembet ke kalangan orang-orang Anshar, “Hai orang-orang Anshar! Kemudian panggilan dikhususkan kepada Bani Harits bin Khazraj. Saya (Abbas) melihat Rasulullah SAW. yang berada di atas keledainya, seperti orang yang memanjang-manjangkan tubuh (supaya dapat melihat jauh) ke arah pertempuran. Lalu beliau bersabda, “Ini adalah waktu panasnya dapur (pertempuran sengit).” Kemudian Rasulullah SAW. mengambil batu-batu kerikil, lalu melemparkannya ke arah orang-orang kafir, seraya mengucapkan, “Tumbanglah kalian, demi Tuhan Muhammad.” Saya pergi melihat, ternyata peperangan tetap pada keadaan menurut apa yang saya lihat. Demi Allah, pertempuran mereka menjadi tumpul, setelah Rasulullah melemparkan batu-batu ke arah orang-orang kafir. Terus-menerus saya melihat kekuatan mereka semakin susut dan akhirnya mereka pun lari kucar-kacir.” (HR. Muslim)

1860-وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((أيُّهَا النَّاسُ إنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ. فَقَالَ تَعَالَى: ] يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ واعْمَلُوْا صَالِحًا[ [سورة المؤمنون الآية : 51] وَقَالَ تعالى: ]يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ[ [سورة البقرة الآية : 19]. ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمْشَرَبُهُ حَرَامٌ، وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟. رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1860. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak menerima kecuali yang baik-baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang telah diperintahkan kepada para Rasul. Allah SWT berfirman, “Wahai para Rasul! Makanlah dari makanan yang baik-baik (yang baik dan halal) dan beramal baiklah kalian.” Dan Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian.” Kemudian Rasulullah SAW. menuturkan tentang seorang lekaki menempuh perjalanan jauh (dalam ibadah), kusut rambutnya lagi berdebu, ia mengadahkan kedua tangannya ke langit seraya bermunajat, “Ya Rabbi, Ya Rabbi, sementara makanan dan minumannya haram, serta pakaiannya pun haram dan ia disuapi dengan makanan haram (pada waktu kecilnya), lalu bagaimana do’anya bisa dikabulkan.[17]” (HR. Muslim)

1861- وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r : ((ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلاَ يُزَكِّيهِمْ، وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ، وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1861. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Ada tiga macam orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah kelak pada hari kiamat, juga Dia tidak mensucikan mereka dan tidak pula memandang mereka, mereka mendapat siksa yang pedih, yaitu orang tua yang berzina, penguasa yang suka bohong dan orang kafir yang sombong.” (HR. Muslim)

1862- وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((سَيْحَانُ وَجَيْحَانِ وَالْفُرَاتُ وَالنِّيلُ كُلٌّ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1862. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Saihan, Jaihan, Efrat dan Nil, semuanya adalah sungai-sungai surga.” (HR. Muslim)

1863- وَعَنْهُ قَالَ: أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ  بِيَدِي فَقَالَ: ((خَلَقَ اللهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الأَحَدِ، وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الإِثْنَيْنِ، وَخَلَقَ الْمَكْرُوهُ يَوْمَ الثُّلاَثَاءِ، وَخَلَقَ النُّوْرَ يَوْمَ الأَرْبِعَاءِ، وَبَثَّ فِيْهَا الدَّرَابَّ يَوْمَ الْخَمِيْسِ، وَخَلَقَ آدَمَ ، بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِي آخِرِ الْخَلْقِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنَ النَّهَارِ فِيْمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1863. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. memegang tanganku lantas bersabda, “Allah menciptakan tanah[18] pada hari sabtu, menciptakan gunung di tanah itu pada hari Ahad, menciptakan pohon pada hari Senin, menciptakan apa yang tidak disukai pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarkan binatang-binatang pada hara Kamis, dan menciptakan Adam AS. pada hari Jumat setelah Ashat menjelang penghujung waktu siang, yakni saat antara waktu Ashar sampai masuknya waktu malam.” (HR. Muslim)

1864- وَعَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ خَالِدُ بْنِ الْوَلِيْدِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: لَقَدِ انْقَطَعَتْ فِي يَدِي يَوْمَ مُؤْتَهُ تِسْعَةُ أَسْيَافٍ، فَمَا بَقِيَ فِي يَدِي إِلاَّ صَفِيْحَةٌ يَمَانِيَّةٌ. رَوَاهُ الْبُخَارِي

1864. Dari Abu Sulaiman, Khalid bin Walid RA, ia berkata, “Sembilan pedang telah terlepas di tanganku pada waktu perang Muktah, dan yang tertahan di tanganku hanyalah pedang dari Yaman.” (HR. Bukhari)

1865- وَعَنْ عَمْرُو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ ، يَقُوْلُ: ((إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ، فَاجْتَهَدَ، ثُمَّ أَصَابَ، فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ وَاجْتَهَدَ، فَأَخْطَأَ، فَلَهُ أَجْرٌ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1865. Dari ‘Amru bin Ash RA, “Bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW. bersabda, ‘Apabila seorang hakim memutuskan suatu hukum, lalu berijtihad, kemudian keputusannya benar, maka ia mendapatkan dua pahala. Namun apabila ia memutuskan suatu hukum dan ia berijtihad kemudian ia salah, maka ia mendapatkan satu pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1866- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، أَنَّ النَّبِيَّ  ، قَالَ: ((الْحُمَّى مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ فَأَبْرِدُوْهَا بِالْمَاءِ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1866. Dari Aisyah RA, bahwasanya Nabi SAW. bersabda, “Sakit panas itu adalah termasuk uapnya neraka Jahannam, maka dinginkanlah dengan air.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1867- وَعَنْهُا رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، عَنِ النَّبِيِّ ، قَالَ: ((مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَوْمٌ، صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1867. Dari Aisyah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dunia dan ia mempunyai hutang puasa, maka hendaklah walinya berpuasa untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan pendapat yang terpilih, dibolehkan berpuasa untuk membayar puasa orang yang telah meninggal berdasarkan hadits ini.[19] Dan yang dimaksud dengan wali adalah kerabatnya, baik yang termasuk ahli warits ataupun tidak.

1868- وَعَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكِ بْنِ الطُّفَيْلِ، أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، حُدِّثَتْ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ فِي بَيْعٍ أَوْ عَطَاءٍ أَعْطَتْهُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهَا: وَاللهِ لَتَنْتَهِيَنَّ عَائِشَةَ أَوْ لَأَحْجُرَنَّ عَلَيْهَا، قَالَتْ: أَهُوَ قَالَ هَذَا! قَالُوا : نَعَمْ، قَالَتْ : هُوَ ِللهِ عَلَى نَذْرٌ أَنْ لاَ أُكَلِّمَ ابْنَ الزُّبَيْرِ أَبَداً، فَاسْتَشْفَعَ ابْنُ الزُّبَيْرِ إلَيْهَا حِيْنَ طَالَتِ الْهِجْرَةُ. فَقَالَتْ : لاَ، واللهِ لاَ أُشَفِّعُ فِيْهِ أَبَدًا، وَلاَ أتَحَنَّثُ إِلَى نَذْرِى. فَلَمَّا طَالَ ذَلِكَ عَلَى ابْنِ الزُّبَيْرِ كَلَّمَ الْمِسْوَرَ بنْ َمَخْرَمَةَ ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنِ الأَسْوَدِ بْنِ عَبْدِ يَغُوْثَ وَقَالَ لَهُمَا: أَنْشُدُكُمَا اللهَ لَمَا أَدْخَلْتُمَانِي عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، فَإِنَّهَا لاَيَحِلُّ لَهَا أَنْ تَنْذِرَ قَطِيْعَتِي، فَأَقْبَلَ بِهِ الْمِسْوَرَ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ حَتَّى اسْتَأْذَنَا عَلَى عَائِشَةَ فَقَالاَ: السَّلاَمُ عَلَيْكِ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، أَنَدْخُلُ؟ قَالَتْ عَائِشَةَ: ادْخُلُوا. قَالُوا: كُلُّنَا؟ قَالَتْ: نَعَمْ ادْخُلُوْا كُلُّكُمْ، وَلاَ تَعْلَمُ أَنَّ مَعَهُمَا ابْنَ الزُّبَيْرِ، فَلَمَّا دَخَلُوْا دَخَلَ ابْنُ الزُّبَيْرِ الْحِجَابَ فَأعْتَنَقَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، وَطَفِقَ يُنَاشِدُهَا وَيَبْكِي، وَطَفِقَ الْمِسْوَرُ، وَعَبْدُ الرَّحْمنِ يُنَاشِدَانِهَا إِلاَّ كَلَّمَتْهُ وَقَبِلَتْ مِنْهُ، وَيَقُولاَنِ: أَنَّ النَّبِيَّ r نَهَى عَمَّا قَدْ عَلِمْتِ مِنَ الْهِجْرَةِ؛ وَلاَيَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ، فَلَمَّا أَكْثَرُوْا عَلَى عَائِشَةَ مِنَ التَّذْكِرَةِ وَالتَّحْرِيجِ، طَفِقَتْ تُذَكِّرُهُمَا وَتَبْكِي، وَتَقُوْلُ: إِنِّي نَذَرْتُ وَالنَّذْرُ شَدِيْدٌ، فَلَمْ يَزَالاَ بِهَا حَتَّى كَلَّمَتِ ابْنَ الزُّبَيْرِ، وَأَعْتَقَتْ فِي نَذْرِهَا ذَلِكَ أَرْبَعِيْنَ رَقَبَةً، وَكَانَتْ تَذْكُرُ نَذْرَهَا بَعْدَ ذلِكَ فَتَبْكِي حَتَّى تَبِلَّ دُمُوعُهَا خِمَارَهَا. رَوَاهُ الْبُخَارِي

1868. Dari Auf bin Malik bin Ath Thufail, “Bahwasanya Aisyah RA. diberitahu bahwa Abdullah bin Zubair RA. menanggapi tentang apa yang dibeli atau diberikan oleh Aisyah RA, dimana Abdullah berkata, “Demi Allah, Aisyah harus menghentikan tindakannya itu atau saya tahan belanjanya?” Aisyah bertanya, “Benarkan Abdullah mengatakan yang demikian itu?” Orang-orang menjawab, “Benar.” Aisyah berkata, “Demi Allah, saya bernadzar untuk tidak berbicara dengan Ibnu Zubair selama-lamanya.” Ketika lama Ibnu Zubair tidak diajak bicara oleh Aisyah, ia berusaha minta tolong kepada orang lain agar Aisyah mau mengajak bicara. Tetapa Aisyah berkata, “Tidak. Demi Allah, saya tidak akan menerima permintaannya selama-lamanya. Saya tidak akan melanggar nadzar saya.” Ketika hal yang demikian itu berlangsung lama, maka Ibnu Zubair minta tolong kepada Miswar bin Makhzamah dan Abdurrahman bin Aswad bin Abdu Yaghuts, dimana ia berkata kepada keduanya, “Saya tuntut kamu berdua dengan nama Allah, usahakanlah agar supaya saya dapat kalian bawa masuk ke rumah Aisyah RA, karena sesungguhnya tidak halal baginya untuk bernadzar memutuskan hubungan dengan saya.” Kemudian Miswar dan Abdurrahman membawa Ibnu Zubair ke rumah Aisyah dan sesampainya di sana, mereka meminta izin serta mengucapkan salam: “Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh, bolehkah kami masuk?” Aisyah menjawab, “Silahkan masuk.” Mereka berkata, “Kami semua boleh masuk?” Aisyah menjawab, “Masuklah semua.” Aisyah tidak mengetahui bahwa di antara meraka ada Ibnu Zubair. Ketika mereka telah masuk rumaha, Ibnu Zubair langsung masuk ke dalam hijab dan mendekap Aisyah dengan meminta maaf dan menangis dengan sangat agar Aisyah mau mengajak bicara dan menerima permintaan Ibnu Zubair, serta keduanya itu mengatakan bahwasanya Nabi SAW. melarang terhadap sikap Aisyah yang mendiamkan Ibnu Zubair dan tidaklah halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari tiga malam. Ketika banyak-banyak mereka memperingatkan dan menyadarkan Aisyah, maka ia pun sadar dan menangis serta berkata, “Sesungguhnya saya telah bernadzar, sedangkan nadzar itu adalah sesuatu yang berat.” Kedua orang itu selalu mendesar agar Aisyah mau berbicara dengan memerdekakan empat puluh budak. Dan setelah itu, bila sewaktu-waktu Aisyah ingat terhadap nadzarnya itu, ia terus menangis sehingga air matanya membasahi kerudungnya. (HR. Bukhari)

1869- وَعَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  ، خَرَجَ إِلَى قَتْلَى أُحُدٍ، فَصَلَّى عَلَيْهِمْ بَعْدَ ثَمَانِ سِنِيْنَ كَالُمُوَدِّعِ لِلأَحْيَاءِ وَالأَمْوَاتِ، ثُمَّ طَلَعَ إلَى الْمِنْبَرِ فَقَالَ: ((إنِّي بَيْنَ أَيْدِيْكُمْ فَرَطٌ وَ أَنَا شَهِيْدٌ عَلَيْكُمْ وَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْحَوْضُ، وَإِنِّي لأَنْظُرُ إِلَيْهِ مِنْ مَقَامِي هَذَا، أَلاَ وَإِنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُشْرِكُوْا، وَلكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوْهَا)) قَالَ: فَكَانَتْ آخِرَ نَظْرَةٍ نَظَرْتُهَا إِلَى رَسُوْلِ اللهِ  . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

وَ فِي رِوَايَةٍ : وَ لَكِنيِّ أَخْشَي عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوْا فِيْهَا , فَتَقْتَتِلُوْا فَتَهْلِكُوْا كَمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ . قَالَ عُقْبَةُ : فَكَانَ أَخِرُ مَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ  عَلَى الْمِنْبَرِ.

وَ فِي رِوَايَةٍ : إِنِّي فَرْطُ لَكُمْ وَ أَنَا شَهِيْدٌ عَلَيْكُمْ وَ إِنِّي و َاللهِ لَأَنْظُرَ إِلَى الْحَوْضِ الأَنَ , وَ إِنِّي أُعْطِيْتُ مَفَاتِيْحَ خَزَائِنِ الأَرْضِ , أَوْ مَفَاتِيْحَ الأَرْضِ , وَ إِنِّي وَ اللهِ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ أَنْ تُشْرِكُوْا بَعْدِي , وَ لَكِنْ أَخَافُ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنَافَسُوْا فِيْهَا.

1869. Dari Uqbah bin Amir, “Bahwasanya Rasulullah SAW. keluar ke tempat pemakaman orang-orang yang mati syahid dalam perang Uhud. Kemudian beliau mendoakan mereka setelah delapan tahun dari kematian mereka, seperti orang yang mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang masih hidup dan yang sudah mati. Beliau lantas naik ke atas mimbar dan bersabda, “Sesungguhnya aku maju di depan kamu sekalian, aku menjadi saksi bagi kalian, dan janji bagi kalian adalah telaga dan sesungguhnya aku melihat telaga itu dari tempat ini. Sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan kamu sekalian akan menyekutukan Allah, tetapi yang aku khawatirkan adalah kalian saling berlomba dalam masalah dunia.” Uqbah berkata, “Itulah saya terakhir melihat Rasululullah SAW.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Tetapi aku mengkhawatirkan kalian dalam masalah dunia, dimana kamu sekalian akan saling bunuh-membunuh, sehingga kamu akan binasa sebagaimana binasanya umat sebelum kamu.” Uqbah berkata, “Itulah yang terakhir kalianya, saya melihat Rasulullah SAW. di atas mimbar.”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesunguhnya aku akan maju di depan kamu sekalian, aku menjadi saksi bagi kamu sekalian. Sesungguhnya, demi Allah aku sekarang telah melihat telagaku. Sesungguhnya aku telah diberi kunci-kunci (kekayaan) bumi. Dan sesungguhnya, demi Allah, aku tidak akan mengkhawatirkan kalian dari syirik sesudah aku nanti, tetapi aku mengkhawatirkan kamu sekalian saling berlomba dalam masalah dunia.”
Yang dimaksud dengan lafadz ‘shallaa’ terhadap para syuhada perang Uhud adalah mendo’akan mereka, bukan shalat yang dikenal.[20]

1870- وَعَنْ أَبيِ زَيْدِ عَمْرُو بْنِ أَخْطَبَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ  الْفَجْرَ، وَصَعِدَ الْمِنْبَرَ، فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتِ الظُّهْرِ، فَنَزَلَ فَصَلَّى، ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنا حَتَّى حَضَرَتِ الْعَصْرُ، ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى، ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ، فَأَخْبَرَنَا بِمَا كَانَ وَبِمَا هُوَ كَائِنٌ، فَأَعْلَمُنَا أَحْفَظُنَا. رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1870. Dari Abu Zaid, ‘Amru bin Akhtab Al Anshari RA, ia berkata, “Rasulullah SAW shalat subuh bersama kami, kemudian lalu beliau naik mimbar dan berkhutbah hingga datang waktu dhuhur, kemudian beliau turun dan mengerjakan shalat. Setelah itu, beliau naik mimbar lagi dan berkhutbah hingga datang waktu Ashar, kemudian beliau turun dan mengerjakan shalat. Setelah itu beliau naik mimbar lagi hingga terbenamnya matahari. Beliau memberitahukan kepada kami segala apa yang telah lalu dan yang sedang berlangsung maupun yang akan terjadi. Orang yang paling pandai di antara kami adalah orang yang paling terjaga dari fitnah.” (HR. Muslim)[21]

1871- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ  : ((مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيْعَ اللهَ فَلْيَطِعْهُ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَ اللهَ فَلاَ يَعْصِهِ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي

1871. Dari Aisyah RA, ia berkata, “Nabi SAW. bersabda, “Barangsiapa yang bernadzar untuk taat kepada Allah, maka ia harus mentaati (melaksanakan) nadzarnya itu, tetapi barangsiapa yang bernadzar untuk durhaka kepada Allah, maka ia tidak boleh durhaka kepada-Nya.” (HR. Bukhari)

1872- وَعَنْ أُمِّ شَرِيكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r ، أَمَرَهَا بِقَتْلِ الأَوْزَاغِ وَقَالَ: ((كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1872. Dari Ummu Syarik RA, bahwasanya Rasulullah SAW. memerintahkan kepadanya untuk membunuh cecak, dan beliau bersabda, “Cecak itu dulu, selalu meniup-niupkan api sewaktu Nabi Ibrahim dibakar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1873- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((مَنْ قَتَلَ وَزَغَةً فِي أَوَّلِ ضَرْبَةٍ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً، وَمَنْ قَتَلَهَا فِي الضَّرْبَةِ الثَّانِيَةُ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً دُونَ الأُولَى، وَإِنْ قَتَلَهَا فِي الضَّرْبَةِ الثَّالِثَةِ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً)).
وَفِي رِوَايَةْ: ((مَنْ قَتَلَ وَزَغًا فِي أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كُتِبَ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ، وفي الثَّانِيَةِ دُوْنَ ذَلِكَ، وَفِي الثَّالِثَةِ دُوْنَ ذلِكَ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ 

1873. Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Barangsiapa membunuh cecak pada pukulan yang pertama, maka ia mendapat kebaikan (pahala) sekian dan sekian. Barangsiapa yang membunuhnya pada pukulan yang kedua, maka ia mendapat kebaikan (pahala) sekian dan sekian, kurang dari yang pertama. Dan apabila ia membunuhnya pada pukulan yang ketiga, maka ia mendapatkan kebaikan (pahala) sekian dan sekian.”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Barangsiapa yang membunuh cecak pada pukulan yang pertama, maka dituliskan baginya seratus kebaikan (pahala), apabila membunuhnya pada pukulan yang kedua, maka kurang dari itu, dan apabila membunuhnya pada pukulan yang ketiga, maka kurang dari itu.” (HR. Muslim)
Para ahli bahasa berkata: Cecak adalah tulang yang terdiri dari racun kusta.[22]

1874- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r قَالَ: ((قَالَ رَجُلٌ لأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ، فَأَصْبَحُوْا يَتَحَدَّثُوْنَ: تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ! فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ لأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدٍ غَنِيٍّ؛ فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَىغَنِيٍّ؟ فقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى سَارِقٍ وَعلى زَانِيَةٍ وعلى غَنِيٍّ! فَأُتِيَ فَقِيْلَ لَهُ: أَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعِفَّ عَنْ سَرِقَتِهِ، وَأَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا تَسْتَعِفُّ عَنْ زِنَاهَا، وَأَمَّا الْغَنِيُّ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَعْتَبِرَ فَيُنْفِقَ مِمَّا أَعْطَاهُ اللهُ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي.

1874. Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda, “Ada seseorang berkata, “Sungguh saya akan menyedekahkan sesuatu.” Ia lantas pergi untuk menyedekahkan sesuatu itu, lalu ia berikan kepada seorang pencuri. Kemudian pagi harinya, orang-orang ramai membicarakan bahwa tadi malam ada sedekah yang diberikan kepada pencuri. Kemudian orang itu berkata, “Ya Allah, hanya bagi-Mulah segala puji. Sungguh saya akan menyedekahkan sesuatu.” Ia lantas pergi untuk menyedekahkan sesuatu itu dan ia berikan kepada seorang perempuan lacur. Kemudian pagi harinya, orang-orang ramai membicarakan bahwa tadi malam ada sedekah yang diberikan kepada perempuan pelacur. Kemudian orang itu berkata, “Ya Allah, hanya bagi-Mulah segala puji. Sungguh saya akan menyedekahkan sesuatu.” Ia lantas pergi untuk menyedekahkan sesuatu itu dan ia berikan kepada seseorang yang kaya. Kemudian pagi harinya, orang-orang ramai membicarakan bahwa tadi malam ada sedekah yang diberikan kepada orang kaya. Kemudian orang itu berkata, “Ya Allah, hanya bagi-Mulah segala puji. Saya telah menyedekahkan kepada pencuri, perempuan pelacur dan orang kaya.” Kemudian ada suara yang ditujukan kepadanya, “Adapun sedekahmu kepada pencuri, maka semoga ia segera memberhentikan dirinya dari mencuri. Adapun kepada perempuan pelacur, maka semoga segera ia memberhentikan diri untuk berzina. Adapun kepada orang kaya, semoga ia mau mengambil i’tibar dan semoga ia menafkahkan sebagian harta yang telah Allah karuniakan kepadanya.” (Hadis diriwayatkan oleh Bukhari sesuai lafad diatas, dan oleh Muslim sesuai maknanya)

1875- وَعَنْهُ قَالَ: كنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ  ، فِي دَعْوَةٍ، فَرُفِعَ إلَيْهِ الذِّرَاعُ، وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ، فَنَهَسَ مِنْهَا نَهْسَةً وقَالَ: ((أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، هَلْ تَدْرُوْنَ مِمَّ ذَاكَ؟ يَجْمَعُ اللهُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ، فَيُبْصِرُهُمُ النَّاظِرُ، وَيُسْمِعُهُمُ الدَّاعِي، وَتَدْنُو مِنْهُمُ الشَّمْسُ، فَيَبْلُغُ النَّاسُ مِنَ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَالاَ يُطِيقُوْنَ وَلاَ يَحْتَمِلُوْنَ، فَيَقُوْلُ النَّاسُ: أَلاَّ تَرَوْنَ مَا أَنْتُمْ فِيْهِ إِلَى مَا بَلَغَكُمْ، أَلاَ تَنْظُرُوْنَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ؟ فَيَقُوْلُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ: أبُوكُمْ آدَمُ، فَيَأْتُوْنَهُ فَيَقُوْلُوْنَ: يَا آدَمُ أَنْتَ أبُو الْبَشَرِ، خَلَقَكَ اللهُ بِيَدِه،ِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوْحِهِ، وَأَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ فَسَجَدُوْا لَكَ، وَأَسْكَنَاكَ الْجَنَّةَ، أَلاَ تَشْفَعُ لَنَا إِلَى رَبِّكَ؟ فَيَقُوْلُ: إِنَّ رَبِّي غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِي، نَفْسِى نَفْسِى نَفْسِى، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى، اذْهَبُوْا إِلَى إِبْرَاهِيْمَ، فَيَأْتُوْنَ إِبْرَاهِيْمَ فَيَقُوْلُوْنَ: يَا إِبْرَاهِيمَ أَنْتَ نَبِيُّ اللهِ وَخَلِيْلُهُ مِنْ أَهْلِِ الأَرْضِ، إِشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيْهِ؟ فَيَقُوْلُ لَهُمْ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنِّي كُنْتُ كَذَبْتُ ثَلاَثَ كَذِبَاتٍ؛ نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوْا إِلَى غَيْرِي، إِذْهَبُوْا إِلَى مُوْسَى، فَيَأْتُوْنَ مُوسَى فَيَقُولُونَ: يَامُوْسَى، أَنْتَ رَسُوْلٌ ، فَضَّلَكَ اللهُ بِرِسَالاَتِهِ وَبِكَلاَمِهِ عَلَى النَّاسِ، إِشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيْهِ؟ فَيَقُوْلُ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنِّي قَدْ قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُوْمَرْ بِقَتْلِهَا، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي؛ اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي؛ اذْهَبُوا إِلَى عِيْسَى. فَيَأْتُوْنَ عِيْسَى فَيَقُوْلُوْنَ: يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ، إِشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُوْلُ عِيْسَى: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَمْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَلَمْ يَذْكُرْ ذَنْبًا، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي؛ إِذْهَبُوْا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوْا إِلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم.

وَفِي رِوَايَةٍ: ((فَيَأْتُوْنِي فَيَقُوْلُوْنَ: يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ وَخَاتَمُ الأَنْبِيَاءِ، وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيْهِ؟ فَأَتْطَلِقُ فَآتِي تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّي، ثُمَّ يَفْتَحُ اللهُ عَلَيَّ مِنْ مَحَامِدِهِ، وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا لَمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ قَبْلِي، ثُمَّ يُقَالَ: يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ، سَلْ تُعْطَهْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَرْفَعُ رَأْسِي، فَأَقُوْلُ: أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، فَيُقَالَ: ياَ مُحَمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنَ الْبَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ)) ثُمَّ قَالَ: ((وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إنَّ مَا بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيْعِ الْجَنَّةِ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرَ، أَوْكَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1875. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Kami bersama Rasulullah SAW. berada dalam sebuah undangan makan. Disuguhkan kepada beliau sepotong paha yang membuat beliau terheran-heran. Beliau mencicipinya satu gigitan dan bersabda, “Aku adalah pemimpin manusia kelak pada hari kiamat. Tahukan kalian, apa sebab demikian?” Allah mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian di suatu tempat, ada pengawas yang mengawasi mereka, maka sampailah manusia pada puncak kesusahan dan kepayahan yang tak kuasa mereka tanggungkan dan mereka pikul. Orang-orang berbicara sesama mereka, “Tidakkah kalian memperhatikan tempat dimana kalian berada, kepada apa yang menyampaikan kalian? Tidakkah kalian melihat orang yang dapat memberi syafaat kepada kalian di hadapan Tuhan kalian?”
Ada diantara mereka yang mengatakan, “Bapak kalian Adam.” Maka mereka pun mendatngi Adam, dan berkata, “Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia. Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan meniupkan kepada dirimu ruh-Nya. Dia memberitahukan malaikat, maka malaikatpun bersujud kepadamu. Dan Allah menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau akan memberi syafaat kepada kami di hadapan Tuhanmu? Tidakkah engkau memperhatikan kami dan kemana kami akan sampai.”
Adam menjawab, “Sungguh, Tuhanku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti itu dan tidak pula sesudahnya. Diriku...diriku... diriku, pergilah kalian kepada selainku! Pergilah ke Nuh!” Maka orang-orang mendatangi Nuh, lalu berkata, “Engkau adalah Rasul pertama untuk penduduk bumi. Allah telah menyebutmu sebagai hamba yang banyak bersyukur. Tidakkah engkau memperhatikan keadaan kami? Tidakkah engkau mengetahui kemana kami akan sampai? Tidakkah engkau akan memberi syafaat kepada kami di hadapan Tuhanmu?.”
Nabi Nuh menjawab, “Sungguh, Tuhanku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti itu dan tidak pula sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh jiwa yang tidak diperintahkan kepadaku. Diriku...diriku...diriku. Pergilah kalian kepada selainku. Pergilah kalian kepada Ibrahim!” Maka mereka berbondong-bondong mendatangi Ibrahim, lalu berkata, “Wahai Ibrahim! Engkau adalah nabiyullah dan kesayangan-Nya dari penduduk kami. Syafaatilah kami di hadapan Tuhanmu! Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Ibrahimi berkata kepada mereka, “Sungguh, Tuhanku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti itu dan tidak pula sesudahnya. Sedangkan aku telah berbuat kebohongan tiga kali. Oh diriku...diriku...diriku. Pergilah kepada selainku. Pergilah ke Musa!
Maka orang-orang mendatangi Musa dan berkata, “Wahai Musa! Engkau adalah Rasulullah. Allah telah mengutamakanmu dengan risalah-Nya dan kalam-Nya atas manusia. Syafaatilah kami di hadapan Tuhanmu. Tidakkah Engkau melihat keadaan kami?”
Nabi Musa menjawab, “Sungguh, Tuhanku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti itu dan tidak pula sesudahnya. Sedangkan aku pernah membunuh jiwa seseorang, padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Diriku...diriku...diriku. Pergilah kalian kepada selainku. Pergilah kalian kepada Isa!
Maka mereka pun mendatangi Isa, lalu berkata, “Wahai Isa, engkau adalah Rasulullah dan kalimah-Nya yang disampaikan kepada maryam dengan ruh dari-Nya. Engkau telah berbicara kepada manusia selagi engkau masih dalam buaian. Syafaatilah kami di hadapan Tuhanmu! Tidakkah engkau melihat keadaan kami?”
Nabi Isa menjawab, “Sungguh, Tuhanku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti itu dan tidak pula sesudahnya. (beliau tidak menyebut dosanya). Diriku....diriku...diriku. Pergilah kalian kepada selaiku. Pergilah kalian kepada Muhammad SAW. Akhirnya orang-orang pun mendatangi Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Orang-orang yang datang kepadaku (Muhammad) berkata, “Wahai Muhammad, engkaua adalah Rasulullah dan penutup para Nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lewat dan yang akan datang. Syafaatilah kami di hadapan Tuhanmu! Tidakkah engkau memperhatikan keadaan kami?”
Aku (Rasulullah) pun berangkat, dan pergi mendatangi Arsy. Lalu bersujud kepada Tuhanku. Kemudian Allah membukakan untukku dari pujian-pujian dan baikanya sanjungan kepada-Nya, sesuatu yang tidak dibukakan kepada seorang pun selainku. Kemudian difirmankan, “Hai Muhammad! Angkatlah kepalamu! Mintalah, engkau akan diberi. Mintalah syafaat, engkau akan diberi weweang untuk memberi syafaat.” Aku mengangkat kepalaku, lalu berkata, “Umatku, wahai Tuhanku! Umatku, wahai Tuhanku! Umatku, wahai Tuhanku!
Lalu difirmankan, “Hai Muhammad! Masukanlah dari umatmu, orang-orang yang tidak ada hisab atas mereka dari pintu kanan di antara pintu-pintu surga. Sedangkan umatmu selebihnya, masukkan dari pintu-pintu surga selain pintu kanan itu.” Rasulullah SAW bersabda, “Demi Dzat yang menguasai diriku! Sungguh diantara dua sisi pintu dari sisi pintu surga, jaraknya bagaikan jarak antara makkah dan Hajar atau seperti jarak antara Makkah dan Bushra.”[23] (HR. Bukhari dan Muslim)

1876- وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: جَاءَ إِبْرَاهِيْمُ  بِأُمِّ إِسْمَاعِيْلَ وَبِابْنِهَا إِسْمَاعِيْلُ وَهِيَ تُرْضِعُهُ، حَتَّى وَضَعَهَا عِنْدَ الْبَيْتِ، عِنْدَ دَوْحَةٍ فَوْقَ زَمْزَمَ فِي أَعْلَى الْمَسْجِدِ، وَلَيْسَ بِمَكَّةَ يَوْمَئِذٍ أَحَدٌ، وَلَيْسَ بِهَا مَاءٌ، فَوَضَعَهُمَا هُنَاكَ، وَوَضَعَ عِنْدَهُمَا جِرَابًا فِيهِ تَمْرٌ، وَسِقَاءٌ فِيْهِ مَاءٌ، ثُمَّ قَفَّى إِبْرَاهِيمُ مُنْطَلِقًا، فَتَبِعَتْهُ أُمُّ إِسْمَاعِيْلَ فَقَالَتْ: يَا إِبْرَاهِيْمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهذَا الْوَادِي لَيْسَ فِيْهِ أَنِسٌ وَلاَ شَيْءٌ؟ فَقَالَتْ لَهُ ذَلِكَ مِرَارًا، وَجَعَلَ لاَ يَلْتَفِتُ إِلَيْهَا، قَالَتْ لَهُ: آللهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَتْ: إذَا لاَيُضَيِّعُنَا؛ ثُمَّ رَجَعَتْ، فَانْطَلَقَ إِبْرَاهِيمُ r، حَتَّى إذَا كَانَ عِنْدَ الثَّنِيَّةِ حَيْثُ لاَ يَرُونَهُ، اسْتَقْبَلَ بِوَجْهِهِ الْبَيْتَ، ثُمَّ دَعَا بِهؤُلاَءِ الدَّعَوَاتِ، فَرَفَعَ يَدَيْهِ فقَالَ: ]رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ[ حَتَّى بَلَغَ ]يَشْكُرُونَ [ ] سورة إبراهيم : 37[ . وَجَعَلَتْ أُمُّ إسْمَاعِيْلَ تُرْضِعُ إسْمَاعِيلَ وَتَشْرَبُ مِنْ ذلِكَ الْمَاءِ، حَتَّى إذَا نَفِذَ مَا فِي السِّقَاءِ عَطِشَتْ، وَعَطِشَ ابْنُها، وَجَعَلَتْ تَنْظُرُ إلَيْهِ يَتَلَوَّى- أوْ قَالَ يَتَلَبَّطُ – فَانْتَطَلَقَتْ كَرَاهِيَّةً أنْ تَنْظُرُ إلَيْهِ، فَوَجَدَتِ الصَّفَا أَقْرَبَ جَبَلٍ في الأَرْضِ يَلِيهَا، فَقَامَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ اسْتَقْبَلَتِ الْوَادِي تَنْظُرُ هَلْ تَرَى أَحَدًا؟ فَلَمْ تَرَ أَحَداً. فَهَبَطَتْ مِنَ الصَّفَا حَتَّى إذَا بَلَغَتِ الْوَادِي، رَفَعَت طَرَفَ دِرْعِهَا،ثُمَّ سَعَتْ سَعْيَ الإِنْسَانِ الْمَجْهُودِ حَتَّى جَاوَزَتِ الْوَادِي ثُمّ أتَتِ الْمَرْوَةَ فَقَامَتْ عَلَيْهَ، فَنَظَرَتْ هَلْ تَرَى أَحَدًا؟ فَلَمْ تَرَ أَحَداً، فَفَعَلَتْ ذلِكَ سَبْعَ مَرَّاتٍ. قَالَ ابن عباس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: قَالَ النبيّ  : ((فَذلِكَ سَعْيُ النَّاسِ بَيْنَهُمَا))، فَلَمَّا أَشْرَفَتْ عَلَى الْمَرْوَةِ سَمِعَتْ صَوْتًا، فَقَالَتْ:صَهْ – تُرِيدُ نَفْسَهَا – ثُمَّ تَسَمَّعَتْ، فَسَمِعَتْ أَيْضًا، فقَالَتْ: قَدْ أسْمَعَتْ إنْ كَانَ عِنْدَكَ غَوَاثٌ، فَإِذَا هِيَ بِالْمَلَكِ عِنْدَ مَوْضِعِ زَمْزَمَ، فَبَحَثَ بِعَقِبِهِ – أوْ قَالَ بِجَنَاحِهِ – حَتَّى ظَهَرَ الْمَاءِ، فَجَعَلَتْ تُحَوِّضُهُ وَتَقُولُ بِيَدِهَا هَكَذَا، وَجَعَلَتْ تَغْرِفُ مِنَ الْمَاءِ فِي سِقَائِهَا وَهُوَ يَفُورُ بَعْدَ مَا تَغْرِفُ. وفي رواية: بِقَدَرِ مَا تَغْرِفُ. قَالَ ابن عباس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: قَالَ النَّبيَّ  : ((رَحِمَ اللهُ أُمُّ إسْمَاعِيلَ لَوْ تَرَكَتْ زَمْزَمَ – أوْ قَالَ لَوْ لم تَغْرِفْ مِنَ الْمَاءِ – لَكَانَتْ زَمْزَمُ عَيْنًا مَعِينًا)) قَالَ: فَشَرِبَتْ وَأرْضَعَتْ وَلَدَهَا، فَقَالَ لَهَا الْمَلَكُ: لاَ تَخَافُوا الضَّيْعَةَ فَإِنَّ هَهُنَا بَيْتًا للهِ يَبْنِيهِ هذَا الْغُلاَمُ وَأَبُوهُ، وَإنَّ اللهَ لاَيُضَيِّعُ أَهْلَهُ، وكانَ الْبَيْتُ مُرْتَفِعًا مِنَ الأَرْضِ كَالرَّبِيَةِ، تَأْتِيهِ السُّيُولُ، فَتَأْخُذُ عَنْ يَمِينِه ِوَعَنْ شِمَالِهِ، فَكَانَتْ كَذَلِكَ حَتَّى مَرَّتْ بِهِمْ رُفْقَةٌ مِنْ جُرْهُمْ، أوْ أهْلُ بَيْتٍ مِنْ جُرْهُمْ مُقْبِلِينَ ِمْن طَرِبقِ كَدَاءَ، فَنَزلُوا في أسْفَلِ مَكَّةَ؛ فَرَأَوْا طَائِرًا عائِفًا، فَقَالُوا: إنَّ هذَا الطَّائِرَ لِيَدُورُ عَلَى مَاءٍ، لَعَهْدُنَا بِهذا الوادِي ومَا فِيهِ ماء. فَأَرْسَلُوا جَرِيًّا أوْ جَرِيَّيْنِ، فَإِذَا هُمْ بِالْمَاءِ. فَرَجَعُوا فَأَخْبَرُوهُمْ؛ فَأَقْبَلُوا وَأُمُّ إِسْمَاعِيلَ عِنْدَ الماء، فَقَالُوا: أتَأْذَنِينَ لَنَا أَنْ نَنْزِلَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، وَلكِنْ لاَ حَقَّ لَكُمْ فِي الْمَاءِ، قَالُوا، نَعَمْ. قَالَ ابن عباس: قَالَ النبيّ  : ((فَأَلْفَى ذلِكَ أُمَّ إسْمَاعِيلَ، وِهِيَ تُحِبُّ الأُنْسَ)) فَنَزَلُوا، فَأَرْسَلُوا إلى أهْلِهِمْ فَنَزَلُوا مَعَهُمْ، حَتَّى إذَا كَانُوا بِهَا أهْلَ أبْيَاتٍ وَشَبَّ الغُلاَمُ وَتَعَلَّمَ الْعَرَبِيَّةَ مِنْهُمْ، وَأنْفَسَهُمْ وَأَعْجَبَهُمْ حِينَ شَبَّ، فَلَمَّا أدْرَكَ زَوَّجُوهُ امْرَأَةً مِنْهُمْ. وَمَاتَتْ أُمُّ إسْمَاعِيلَ؛ فَجَاءَ إِبْرَاهِيمُ بَعْدَما تَزَوَّجَ إِسْمَاعِيلُ يُطالِعُ تَرِكَتَهُ، فَلَمْ يَجِدْ إسْمَاعِيلَ؛ فَسَأَلَ امْرَأَتَهُ عَنْهُ فقَالَتْ: خَرَجَ يَبْتَغِي لَنَا – وفي روايةٍ: يَصِيدُلَنَا – ثُمَّ سَأَلَهَا عَنْ عَيْثِهِمْ وَهَيْئَتِهِمْ، فَقَالَتْ: نَحْنُ بِشَرٍّ، نَحْنُ فِي ضِيقٍ وَشِدَّةٍ؛ وَشَكَتْ إلِيَهْ،ِ قَالَ: فَإِذَا جَاءَ زَوْجَكَ اقْرَئِي عليه السَّلاَمَ، وَقُولِي لَهُ يُغَيِّرُ عَتَبَةَ بَابِهِ. فَلَمَّا جَاءَ إسْمَاعِيلُ كَأَنَّهُ آنَسَ شَيْئًا، فَقَالَ: هَلْ جَاءَكُمْ مِنْ أَحَدٍ؟ قَالَتْ : نَعَمْ، جَاءَناَ شَيْخٌ كَذَا وَكَذَا، فَسَأَلَنَا عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَسَأَلَنِي: كَيْفَ عَيْشُنَا، فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّا فِي جَهْدٍ وَشِدَّةٍ. قَالَ: فَهَلْ أَوْصَاكِ بِشَيْءٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، أَمَرَنِي أنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ السَّلاَمَ، وَيَقُولُ: غَيِّرْ عَتَبَةَ باَبِكَ، قَالَ: ذَاكَ أَبِي وَقَدْ أمَرَنِي أنْ أُفَارِقَكِ! الْحَقِي بِأَهْلِكَ. فَطَلَّقَهَا وَتَزَوَّجَ لَهُمْ أُخْرَى، فَلَبِثَ عَنْهُمْ إِبْرَاهِيمُ مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ أَتَاهُمْ بَعْدُ فَلَمْ يَجِدْهُ، فَدَخَلَ شى أمْرَأَتِهِ فَسَأَلَ عَنْهُ. قَالَتْ: خَرَجَ يَبْتَغِي لَنَا قَالَ: كَيْفَ أَنْتُمْ؟ وَسَأَلَهَا عَنْ عَيْشِهم وَهَيْئَتِهِمْ، فقَالَتْ: نَحْنُ بِخَيْرٍ وَسَعَةٍ، وَأَثْنَتْ عَلَى اللهِ. فَقَالَ: مَا طَعَامَهُمْ؟ قَالَتْ : اللَّحْمُ، قَالَ: فَمَا شَرَابُكُمْ؟ قَالَتْ: الْمَاءُ، قَالَ: اللَّهُمَّ بَاِرك لَهُمْ فِي اللَّحْمِ وَالْمَاءِ. قَالَ النَّبيَّ  : ((وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ يَوْمَئِذٍ حَبٌّ وَلَوْ كَانَ لَهُمْ ماَلَهُمْ فِيهِ)) قَالَ: فَهُمَا لاَ يَخْلُوا عَلَيْهِمَا أَحَدٌ بِغَيْرِ مَكَّةَ إلاَّ لَمْ يُوَافِقَاهُ.

وَفِي رِوَايَةٍ: فَجَاءَ فَقَالَ: أَيْنَ إسْمَاعِيْلُ؟ فَقَالَتْ امْرأتُهُ: ذَهَبَ يَصِيْدُ؛ فَقَالَتْ امْرَأَتُهُ: أَلاَ تَنْزِلُ، فَتَطْعَمَ وَتَشْرَبَ؟ قَالَ: وَمَا طَعَامُكُمْ وَمَا شَرَابُكُمْ؟ قَالَتْ: طَعَامُنَا اللَّحْمُ وَشَرَابُنَا الْمَاءُ، قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِي طَعَامِهِمْ وَشَرَابِهِمْ. قَالَ: فَقَالَ أَبُو الْقاَسِمِ r : ((بَرَكَةُ دَعْوَةِ إِبْرَاهِيمَ)) قَالَ: فَإِذَا جَاءَ زَوْجُكِ فَاقْرَئِي عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَمُرِيهِ يُثَبِّتُ عَتَبَةَ بَابِهِ. فَلَمَّا جَاءَ إسْمَاعِيلُ قَالَ: هَلْ أتاكُمْ مِنْ أَحَدٍ ؟ قَالَتْ : نَعَمْ أتانَا شَيْخٌ حَسَنُ الْهَبْئَةِ، وَأثْنَتْ عَلَيْهِ، فَسَأَلَنِي عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَسَأَلَنِي كَيْفَ عَيْثُنَا فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّا بِخَيْرٍ. قَالَ: فَأَوْصَاكِ بِشَيْءٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلاَمَ وَيَأْمُرُكَ أَنْ تُثَبِّتَ عَتَبَةَ بَابِكَ. قَالَ: ذَاكَ أَبِي، وأنْتِ الْعَتَبَةُ، أمَرَنِي أنْ أُمْسِكَكِ. ثُمَّ لَبِثَ عَنْهُمْ ماَ شَاءَ اللهُ، ثُمَّ جَاءَ بَعْدَ ذلِكَ وإِسْمَاعِيلُ يَبْرِي نَبْلاًلَهُ تَحْتَ دَوْحَةٍ قَرِيبًا مِنْ زَمْزَمَ، فَلَمَّا رَآهُ قَامَ إلَيْهِ، فَصَنَعَا كَمَا يَصْنَعُ الْوَالِدُ بِالْوَالَدِ وَالْوَالَدُ بِالْوَالِدِ. قَالَ : يَا إِسْمَاعِيلُ، إِنَّ اللهَ أَمَرَنِي بِأَمْرِ، قَالَ: فَاصْنَعْ مَا أَمَرَكَ رَبُّكَ؟ قَالَ: وَتُعِينُنِي، قَالَ : وَأُعِينُكَ، قَالَ: فَإِنَّ اللهَ أَمَرَنِي أَنْ أَبْنِيَ بَيْتًا هَهُنَا، وَأشَارَ إلَى أَكَمَةٍ مُرْتَفِعَةٍ عَلَى مَا حَوْلَهَا، فَعِنْدَ ذلِكَ رَفَعَ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ، فَجَعَلَ إسْمَاعِيلُ يَأتِي بِالْحِجَارَةِ وَإِبْرَاهِيمُ يَبِنْي حَتَّى إذا ارْتَفَعَ الْبِنَاءُ، جَاءَ بِهذَا الْحَجَرِ فَوَضَعَهُ لَهُ فَقَامَ عَلَيْهِ، وَهُوَ يَبْنِي وَإِسْمَاعِيلُ يُنَاوِلُهُ وَهُما يَقُولاَنِ: ]رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ [ ] سورة البقرة الآية : 127[ .

وَفِي رِوَايَةٍ: إِنَّ إبْرَاهِيمَ خَرَجَ بِإِسْمَاعِيلَ وَأُمِّ إسْمَاعِيَل، مَعَهُمْ شَنَّةٌ فِيهَا مَاءُ، فَجَعَلَتْ أُمُّ إسْمَاعِيلَ تَشْرَبُ مِنْ الشَّنَّةِ فَيَدِرُّ لَبَنُهَا عَلَى صَبِيِّهَا، حَتَّى قَدِمَ مَكَّةَ، فَوَضَعَهَا تَحْتَ دَوْحَةٍ، ثُمَّ رَجَعَ إِبْرَاهِيمُ إلَى أَلْهِهِ، فاتَّبَعَتْهُ أُمُّ إسْماعِيلَ حَتَّى لَمَّا يَلَغُوا كَدَاءَ نَادَتْهُ مِنْ وَرَائِهِ: يَا إبْرَاهِيمُ ألَى مَنْ تَتْرُكُنَا؟ قَالَ: إلى اللهِ، قَالَتْ: رَضِيْتُ باللهِ، فَرَجَعَتْ وَجَعَلَتْ تَشْرَبُ مٍنَ الشَّنَّةِ وَيَدُرُّ لَبَنُهَا عَلَى صَبِيِّهَا، حَتَّى لَمَّا فَنِيَ الْمَاءُ قَالَتْ: لَوْذَهَبْتُ فَنَظَرْتُ لَعَلِّي أُحِسُّن أَحَدًا. قَالَ: فَذَهَبَتْ فَصَعِدَتِ الصَّفَا، فَنَظَرَتْ وَنَظَرَتْ هَلْ تُحِسُّ أَحَدًا، فَلَمَّا بَلَغَتِ الْوَادِي سَعَتْ، وأتَتِ الْمَرْوَةَ، وَفَعَلَتْ ذلِكَ أَشْواطا، ثُمَّ قَالَتْ: لَوْ ذَهَبْتُ فَنَظَرْتُ ما فَعَلَ الصَّبِيُّ، فَذَهَبَتْ فَظَرَتْ فَإِذَا هُوَ عَلَى حَالِهِ، كَأَنَّهُ يَنْشَغُ لِلْمُوْتِ، فَلَمْ تُقِرَّهَا نَفْسُهَا فقَالَتْ: لَوْ ذَهَبْتُ لَعَلِّي أُحِسُّ أَحَدًا، فَذَهَبَتْ فَصَعِدَتِ الصَّفَا، فَنَظَرَتْ وَنَظَرَتْ فَلَمْ تُحِسَّ أَحَدًا، حَتَّى أَتَمَّتْ سَبْعًا، ثُمَّ قَالَتْ: لَوْ ذَهَبْتُ فَنَظَرَتْ مَا فَعَلَ، فَإِذَا هِيَ بِصَوْتٍ، فقَالَتْ: أَغِثْ إنْ كَانَ عِنْدَكَ خَيْرٌ، فَإِذَا جِبْرِيْلُ فقَالَ بِعقِبِهِ هَكَذَا، وَغَمَزَ بِعَقِبِهِ عَلَى الأرْضِ، فَأنْبَثَقَ الْمَاءُ فَدَهِشَتْ أُمُّ إسْمَاعِيلَ، فَجعَلَتْ تَحْفِنُ – وَذَكَرَ الْحَديثَ بِطُولِهِ، رَوَاهُ الْبُخَارِي.

1876. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Ibrahim AS. membawa ibu Ismail (Hajar) dan anaknya Ismail, dimana Hajar masih menyusukan anaknya. Ibrahmi menempatkan Hajar di dekat Baitullah di bawah pohon yang besar di atas Zamzam di sebelah atas Masjidil Haram. Waktu itu, di Makkah belum terhuni dan tidak ada air. Kemudian Ibrahim meninggalkan tempat itu. Maka Ibu Ismail mengejarnya dan bertanya, “Wahai Ibrahim, Engkau akan pergi kemana, dan kamu tinggalkan kami di lembah yang tidak terhuni dan tidak ada sesuatu?” Hajar berulang kali mengucapkan pertanyaan itu. Tetapi Ibrahim tidak menghiraukannya. Hajar bertanya kembali, “Apakah Allah yang memerintah engkau berbuat demikian?” Ibrahim menjawab, “Benar.” Hajar berkata, “Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.” Kemudian Hajar pun kembali ke tempat semula. Dan Ibrahim AS. melanjutkan perjalanannya dan ketika sampai di Tsaniyyah,[24] dimana isteri dan anaknya sudah tidak melihatnya lagi, ia menghadapkan mukanya ke arah Baitullah dengan mengangkat kedua tangannya, seraya berdo’a: RABBI INNI ASKANTU MIN DZURRIYYATI BI WAADIN GHAIRI DZII ZARIN ‘INDA BAITIKAL MUHARRAM, RABBANAA LI YUQIIMUSH SHOLAATA FAJ’AL AF-IDATAM MINANNASI TAHWII ILAIHIM WARZUQHUM MINATS-TSAMARAATI LA’ALLAHUM YASYKURUUN (Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami! (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati orang-orang condong ke sana dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur).” (QS.Ibrahim (14):37)

Ibu Ismail selau meneteki dan minum dari air yang disediakan oleh Ibrahim hingga air yang berada di bejana itu habis. Maka ia pun merasa haus, begitu pula anaknya. Hajar selalu memperhatikan anaknya yang meronta-ronta karena kehausan. Lalu ia pergi karena tidak tahan melihat anaknya kehausan. Ia naik ke bukit shafa dan melihat ke arah lembah kalau-kalau ia melihat seseorang. Tetapi tidak didapatinya. Kemudian ia turun dari Shafa sehingga bilamana ia telah sampai ke lembah, ia memandang ke atas kemudian berjalan cepat dengan penuh semangat sampai melewati lembah yang agar keras jalannya, kemudian naik ke Marwah dan berdiri di atasnya untuk melihat kalau-kalau ada seseorang, terapi ia tidak melihatnya. Hajar berbuat seprti itu tujuh kali.

Ibnu Abbas RA. mengatakan bahwasanya Nabi SAW. bersabda, “Oleh karena itulah, manusia melakukan Sa’i antara Shafa dan Marwah. Ketika Hajar berada di atas Marwah (untuk yang ketujuh kalinya) ia mendengar suara yang mengatakan, “Tenanglah!” yang ditujukan kepada dirinya. Ia memperhatikan suara itu, dan ia mendengar lagi. Ia lantas berkata, “Suaramu telah terdengar, kalau-kalau engkau membawa air, tolonglah kami!” Tiba-tiba ada malaikat. Ia mengorek-ngorek tanah di dekatnya, di tempat yang terkenal dengan Zamzam. Malaikat itu mengorek dengan telapak kakinya –ada yang mengatakan dengan sayapnya-, sehigga keluarlah air. Kemudian Hajar berusah untuk mengumpulkan air itu dan membatasinya dengan tangan serta mengisi bejananya. Mata air itu mengeluarkan air dengan derasnya setelah diambilnya.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesuai dengan yang diambilnya.”

Ibnu Abbas RA. mengatakan bahwasanya Nabi SAW. bersabda, “Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat kepada Ibu Ismail. Seandainya ia membiarkan zamzam. –Atau beliau bersabda, “Sekiranya Ibu Ismail tidak menyiduk air zamzam, niscaya zamzam itu (tidak) menjadi sumber mata air.”

Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya, “Kemudain Hajar minum dari air zamzam itu dan menetiki anaknya. Malaikat lantas berkata kepadanya, “Janganlah kamu khawatir akan tersiksa, karena di sini ada Baitullah yang akan dibangun oleh anakmu ini beserta ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan penghuni (penjaga) Baitullah.” Baitullah, waktu itu hanyalah merupakan tanah yang agak tinggi seperti gardu, bila ada banjir maka airnya itu lewat di sebelah kanan dan kirinya. Kemudian lewatlah disitu suatu rombongan dari suku Jurhum yang datang dari arah Kada’ dan berhenti di bawah Makkah. Mereka melihat ada burung yang terbang di situ, maka mereka berkata, “Sesungguhnya burung itu terbang di atas air, padahal sepanjang pengetahuan kami di lembah ini tidak ada air.” Kemudian mereka mengirim satu atau dua utusan penyelidik dan akhirnya mereka menemukan air. Para utusan itu kembali dan menceritakannya, mereka lantas mendekati sumberi air itu dan di situ ada ibu Ismail.

Mereka bertanya, “Bolehkah kami tinggal di dekatmu?” Ibu Isma’il menjawab, “Boleh, tetapi kamu sekalian tidak berhak untuk menguasai air ini.” Mereka menjawab, “Baiklah.”

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi SAW. bersabda, “Ibu Ismail merasa senang dengan datangnya keluarga besar Jurhum, karena ia suka bergaul. Maka bertempat tinggallah mereka dan mengajak pula kepada keluarganya untuk bersama-sama tinggal dengan mereka, sehingga akhirnya di situ ada beberapa keluarga. Dan anak itu (Ismail) meningkat dewasa, ia mempelajari bahasa Arab kepada mereka dan ketika ia telah dewasa, ia sangat mengagumi mereka. Dan ketika ia telah menemukan seseorang diantara mereka untuk dijadikan isteri, maka mereka segera mengawinkannya dan wafatlah ibu Ismail. Sesudah Ismail menikah, datanglah Ibrahim untuk melihat anaknya yang telah lama ditinggalkannya, tetapi ia tidak bertemu Ismail, kemudia ia menanyakan keadaan Ismail kepada isterinya (istri Ismail), dan isterinya menjawab, “Ia sedang keluar untuk mencari rizki untuk kami.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Ia sedang berburu untuk kami.” Kemudian Ibrahmi menanyakan kepada istri Ismail tentang kehidupan dan keadaan mereka. Istrinya menjawab, “Keadaan kami sangat menyedihkan dan kami berada dalam kesukaran.” Ia mengeluh kepada Ibrahim. Kemudian Ibrahim berkata, “Bila suamimu datang, maka sampaikanlah salamku kepadanya dan katakanlah kepadanya agar ia segera mengganti kayu pintunya yang sebelah bawah.” Ketika Ismail datang, ia merasa seolah-olah ada sesuatu, kemudian ia bertanya, “Apakah ada seseorang yang datang?” Isterinya menjawab, “Benar. Tadi ada seseorang yang sudah tua, -yang sifatnya begini dan begitu-, datang ke sini. Ia menanyakan tentang keadaan engkau dan saya pun menceritakannya. Ia juga menanyakan tentang keadaan kita, maka saya pun memberitahukan bahwa kita berada dalam kehidupan yang sangat menyedihkan dan berada dalam kesulitan.’ Ismail bertanya, “Apakah ia berpesan sesuatu kepadamu?’ Isterinya menjawab, “Ya, ia berpesan agar saya menyampaikan salam kepadamu dan berpesan pula agar engkau segera mengganti kayu pintumu sebelah bawah.” Ismail berkata, “Itu adalah ayahku, beliau memerintahkan kepadaku agar aku menceraikan kamu, maka kembalilah kamu kepada keluargamu.” Kemudian Ismail menceraikan isterinya itu dan menikah lagi dengan wanita Jurhum yang lain.

Selang beberapa lama, Ibrahim datang lagi, tetapi dia tidak bertemu dengan Ismail. Kemudian ia masuk dan bertanya kepada isteri Ismail, lalu dijawab, “Ia sedang keluar mencari rizki untuk kami.” Ibrahim bertanya, “Bagaimana keadaanmu?” serta menanyakan pula tentang kehidupan dan keadaan mereka. Isteri Ismail menjawab, “Kami berada dalam kemudahan dan kebahagian.” Serta ia memuji Allah. Ibrahim bertanya, “Apakah yang biasa kamu makan?” Isteri Ismail menjawab, “Daging.” Apakah yang biasa kamu minum?” Isteri Ismail menjawab, “air.” Ibrahim lantas berdoa: ALLAHUMMA BAARIK LAHUM FILLAHMI WAL MAA-I (Ya Allah, berkahilah mereka dalam makan daging dan minum air).”

Nabi SAW. bersabda, “Ketika itu, di Makkah belum ada biji-bijian (hasil tanaman), seandainya waktu itu ada biji-bijian, niscaya Ibrahim mendoakannya untuk mereka.”

Dan menurut riwayat lain, Ibrahim datang dan bertanya, “Dimana Ismail?” Isteri Ismail menjawab, “Ia sedang pergi berburu.” Isteri Ismail berkata, “Silahkan masuk untuk makan dan minum.” Ibrahim bertanya, “Apakah yang biasa kamu makan dan kamu minum?” Isteri Ismail menjawab, “Kami biasa makan daging dan minum air.” Ibrahim lantas berdoa: ALLAHUMMA BAARIK LAHUM FI THA’AMIHIM WA SYARAABIHIM (Ya Allah, berkahilah mereka di dalam apa yang mereka makan dan mereka minum).” Ibnu Abbas mengatakan bahwasanya Nabi SAW. bersabda, “Berkah doa Ibrahim AS.”

Ibrahim lantas berkata, “Apabila suamimu datang, maka sampaikanlah salamku kepadanya dan suruhla ia agar tetap mempertahankan kayu pintunya yang sebelah bawah.”

Ketika Ismail datang, ia lantas berkata, “Apakah ada seseorang yang datang?” Isterinya menjawab, “Benar, ada seseorang yang sudah tua dan sifatnya sangat baik, datang kepada kami, menanyakan tentang bagaimana kehidupan kita, maka saya memberitahukan bahwa kita berada dalam kebahagian.” Ismail bertanya, “Apakah ia berpesan sesuatu kepadamu?” Isterinya menjawab, “Ya, ia menyampaikan salam untuk engkau serta memerintahkan engkau agar mempertahankan kayu pintunya yang sebelah bawah.” Ismail berkata, “Itu adalah ayahku dan kamulah yang diibaratkan sebagai kayu pintu itu. Beliau memerintahkan agar aku tetap mempertahankan kamu.”

Kemudian setelah beberapa lama, Ibrahim datang lagi, waktu itu, Ismail sedang membuat anak panah, di bawah pohon besar yang berada di bawah Zamzam. Maka ia pun segera bangkit dan mendekati ayahnya kemudian keduanya saling berpelukan sebagaimana layaknya seorang ayah dengan anaknya. Kemudian Ibrahim bersabda, “Wahai Ismail, sesungguhnya Allah memerintahkan sesuatu perintah kepadaku.” Ismail berkata, “Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Tuhan kepadamu.” Ibrahim bertanya, “Maukah kamu membantuku?” Ismail berkata, “Saya akan membantu engkau.” Ibrahim bersabda, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk membangun sebuah rumah di sini.” Ibrahim menunjuk ke arah tanah yang agak tinggi yang berada di dekatnya. Dan ketika itulah Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah dan Ismail mengangkat batu itu. Ibrahim terus membangun sehingga bangunan itu sudah cukup tinggi, maka Ismail mengambil satu batu untuk berdirinya Ibrahim. Sementara Ibrahim sedang membangun dan Ismail sedang mengangkat batu, keduanya berdoa: RABBANAA TAQABBAL MINNAA INNAKA ANTAS SAMII’UL ALIM (Wahai Tuhan kami, terimalah apa yang kami perbuat ini, sesungguhnya Engkaulah Dzat yang Maha Mendengar dan Maha mengetahui).” (QS. Al-Baqarah (2):127)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Ibrahim keluar dengan membawa Ismail dan Ibu Ismail (Hajar) dengan membawa sebuah bejana yang berisi air, dimana Ibu Ismail selalu minum dari bejana itu, sehingga air susu untuk anaknya dapat memancar dengan baik. Ketika sampai ke Makkah, bejana itu diletakkan di bawah sebatang pohon besar. Kemudian Ibrahim meninggalkannya. Maka Ibu Ismail mengejarnya, sehingga ketika mereka sampai di Kada’, Ibu Ismail memanggil Ibrahim dari arah belakang, “Wahai Ibrahim, kepada siapa siapa engkau tinggalkan kami?” Ibrahim menjawab, “Kepada Allah.” Ibu Ismail berkata, “Saya rela dengan pemeliharaan Allah.” Kemudian Ibu Ismail kembali dan selalu minum dari bejana serta air susu untuk anaknya dapat memancar dengan baik. Ketika air persediannya habis, ia berkata, “Lebih baik saya pergi dan melihat-lihat, barangkali ada seseorang.” Kemudian ia pergi dan naik ke Shafa, lantas melihat dan memperhatikan barangkali ia melihat seseorang, tetapi ia tidak melihatnya. Kemudian ia turun ke lembah dan berjalan cepat menuju Marwah. Hal yang demikian itu, ia lakukan berulang kali. Kemudian ia berkata, “Lebih baik saya pergi dan melihat apa yang diperbuat anak saya itu.”

Kemudian ia pergi dan melihat anaknya. Anak itu tetap seperti keadaan semula, bahkan seperti akan meninggal dunia karena kehausan. Maka Hajar tidak sampai hati dan berkata, “Lebih baik saya pergi dan melihat-lihat, barangkali saya melihat seseorang.” Kemudian ia pergi dan naik ke Shafa dan memperhatikan sekelilingnya, tetapi ia tidak melihat seorangpun sehingga sempurnalah tujuh kali ia monar-mandir. Kemudin ia berkata, ““Lebih baik saya pergi dan melihat apa yang diperbuat anak saya itu.”

Tiba-tiba ada suara di dekatnya, maka ia segera menyambutnya, “Kalau engkau mempunyai kelebihan, maka berilah kami air.” Waktu itu, Jibril AS mengorek-ngorek tanah dengan tumitnya, maka memancarlah air. Ibu Ismail sangat terkejut lantas ia membatasi air itu dengan kedua tangannya.” Dan seterusnya... hadis ini sangat panjang. (HR. Bukhari)

1877- وَعَنْ سَعِيْدِ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يِقُوْلُ : ((الْكَمْأَةُ مِنَ الْمَنِّ، وَمَائُهَا شِفَاءٌ لِلْعَيْنِ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1877. Dari Said bi Yazid RA, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Cendawan itu termasuk nikmat (yang banyak manfaatnya) dan air cendawan itu merupakan obat mata.” (HR. Bukhari dan Muslim)

[1] . Lihatlah mukaddimah, 1
[2] . Karena terisi susu yang melimpah. Adapun
[3] . Baabu Ludd adalah salah satu nama kota di Palestina yang terjajah pada tahun 1948 dekat Ramallah, sebelah barat al-Quds. Di dalamnya terdapat bandara internasional, di duduki oleh Inggris pada tahun 1917, lalu dikuasai oleh kaum Yahudi setelah tahun 1948, dan mereka menyebutnya dengan Bandara Ibnu Ghuuriyyun.
[4] . Thabarayyah adalah perkampungan yang terletak di tepi laut, yang terletak di tepi gunung. Yang dimaksud di sini adalah hari di bahwa pengawasan Yahudi, lalu Allah memusnahkan mereka dan pengikut-pengikutnya dari negeri itu.
[5] . Maksudnya laki-laki dan perempuan bersetubuh secara terang-terangan tanpa malu sebagaimana yang dilakukan oleh keledai.
[6] . Maksudnya menyebabkan mereka sangat cekatan terhadap perbuatan buruk, melampiaskan syahwatnya, membuat kerusakan.
[7] . Maksudnya adalah betis Allah SWT, sebagaimana yang tertera pada zhahir hadits-hadits shahih, bahkan pada sebagiannya terdapat keterangan yang jelas. Maka lihatlah kitab ‘Al-Ahaadits as-Shahihah’ nomer 583-584, dan bacalah firman Allah SWT: Dan Dia tidak bisa diserupakan oleh sesuatupun.”
[8] . Maksudnya itu lebih mudah bagi Allah, dari menciptakan sesuatu yang merugikan bagi orang mukmin, serta membuat keraguan di hati orang mukmin. Akan tetapi hal tersebut agar kualitas keimanan orang mukmin semakin bertambah, dan membuat ragu orang yang hatinya terdapat penyakit.
[9] . Gharqad sejenis pohon duri yang terdapat di Baitul Maqdis.
[10] . Kami telah melalukan perbaikan terhadap beberapa lafazh pada hadits ini agar terdapat keserasian pada salah satu manuskrip, Shahih Muslim 4/2231. dan adapun hadits riwayat imam Bukhari terdapat wahm (dugaan).
[11] . Lafazh يَحْسِرَ artinya sungai terbelah disebabkan kekeringan. Dan ini telah terbukti sekarang, runtuhnya sebagian sisi sungan akibat pembuatan batas dan hilir laut.
[12] . Saya katakana: Pada hadits Bukhari tidak terdapat kata ‘wa lahum’, akan tetapi lafazh ini terdapat pada Musnad Ahmad jilid 2/355, 357.
[13] . Sebagaimana yang telah terjadi di dunia.
[14] . Arti kata مَارِجٍ adalah api yang tercampur antara warna merah, kuning dan hijau. Dan inilah pemandangan di akhirat, terlihat tiga warna ini tercampur antara satu dan lainnya.
[15] . Maksudnya mengeprak bokong keledai dengan kakinya.
[16] . Yaitu orang-orang yang berbai’at ridwan yang bertempat di bawah pohon Samurah.
[17] . Maksudnya dengan kondisi laki-laki seperti itu bagaimana doanya terkabulkan.
[18] . Maksudnya bumi. Lihatlah makna hadits ini dan bantahan terhadap bantahan pertentangan antara hadits dan al-Qur’an, juga bantahan terhadap orang yang mengkritik sanad hadits ini dalam komentarku terhadap kitab ‘al-Misykat’ hal. 5735, dan ‘Ash-Shahihah’ hala. 1833.
[19] . Aku berkata: Pendapat yang rajih (kuat) bahwa perintah puasa badal ini hanya berlaku pada puasa nadzar, adapun puasa Ramadhan tidak wajib puasa badal.
[20] . Aku berkata: Itulah yang maksud. Karena ada yang menafsirkan dengan shalat Jenazah, dan pendapat ini salah. Maka dalam riwayat imam Bukhari dituturkan dengan lafazh: “Maka beliau menshalati para syuhada perang Uhud seperti shalat mayyit.” Dan lafazh ini adalah tambahan dari imam Muslim dan lainnya. Dan hadits ini dilengkapi dengan tambahan-tambahan yang dinukil dari kubutus sittah dalam kitabku yang berjudul “Ahkaamul Janaiz” hal. 82-83, cet. Maktabah Islamy.
[21] . Maksudnya dari fitnah. Sebagaimana yang diungkapkan pada hadits lain dari riwayat Hudzaifah RA yang dihimpun oleh imam Muslim beserta hadits Amru bin Akhthab dalam kitab ‘Al-Fitanu’.
[22] . Saya katakan: Cecak adalah serangga yang dikenal dengan ‘Abu Bariish’ (Biang penyakit kusta).
[23] . Hajar adalah nama sebuah kota besar yang merupakan ibu kota negeri Bahrain. Dan Bushra adalah sebuah kota yang terkenal di Syam. Saya katakan: Yang dimaksud dengan negeri Bahrain di sini bukanlah pulau Bahrain, akan tetapi masuk di dalamnya kota Ihsaa`, Kuwait dan Qatar.
[24] . ini menurut Al-Hajun.