Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

METODE EKSPERIMEN ILMIAH ILMUWAN ISLAM

METODE EKSPERIMEN ILMIAH
Para ilmuwan dalam peradaban Islam merupakan pioner dalam menggunakan metode ilmiah dalam berbagai riset dan studi mereka. Mereka memanfaatkan akal dan pemikiran semaksimal mungkin.

Apabila mereka mendapatkan kesimpulan yang berbeda dengan para pendahulu mereka, maka mereka berani menyatakan pendapatnya itu dengan penuh percaya diri dan keberanian. Mereka mempergunakan metode eksperimen sebagai prinsip dasar riset dan studi yang sehat.

Dan ini merupakan dasar-dasar terpenting bagi kebangkitan ilmiah pada masa kejayaan peradaban Islam. Bahkan peradaban dunia modern dan kontemporer secara keseluruhan bertumpu padanya; sebab ilmu-ilmu alam dan praktis yang berkaitan langsung dengan kemajuan suatu peradaban memiliki keistimewaan karena ilmu-ilmu realistis atau pasti dan eksperimen.

Ketika perhatian manusia sejak masa lalu terfokus pada alam raya dan fenomena-fenomenanya, maka ia tercengang dengan langit bersama bintang-bintang dan planetnya dan bumi dengan berbagai sumber daya, gunung-gunung, dan lautnya. Ia pun berupaya semaksimal mungkin untuk menafsirkan fenomena-fenomena alam dan mengenali hakikatnya, lalu berusaha menguasai dan memanfaatkannya. 

Sepanjang sejarahnya, manusia mampu menyingkap beberapa rahasia alam raya dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen, serta memanfaatkan beberapa piranti dan peralatan hingga pada akhirnya memungkinkannya merumuskan prinsip-prinsip dasar ilmu alam dan membangun istana ilmu-ilmu praktis serta teknologi kontemporer. Peradaban umat manusia dari generasi ke generasi mampu membangun istana tersebut. Akan tetapi kontribusi para ilmuwan pada masa kejayaan peradaban Islam merupakan yang paling berpengaruh dan banyak memberikan kontribusinya, Sebab peradaban Islam menjamin konsistensi kemajuan ilmu pengetahuan pada masa kebangkitan kontemporer dan mendorong perjalanan dan perkembangannya hingga sekarang.

Ketika para ilmuwan Eropa mentransformasi ilmu-ilmu Arab dan mendalaminya, maka mereka berhasil mengungkap kenyataan bahwa rahasia di balik perkembangan ilmu-ilmu dan kejayaannya ini terfokus pada penggunaan metode ilmiah yang benar, penggunaan alat-alat dan berbagai fasilitas untuk mengungkap berbagai fenomena alam. 

Karena itu, mereka mampu menafsirkan atau menjelaskan berbagai persoalan yang tidak mampu diatasi para Ilmuwan klasik. Mereka berhasil membuka ufuk dan cakrawala baru di berbagai bidang ilmu dan pengetahuan.

Dari realita ini, maka kita harus memperlihatkan peran Islam dalam mengingatkan penggunaan teknologi di samping ilmu pengetahuan. Kita setuju dengan pakar fisika kontemporer DR. Muhammad Abdussalam, peraih Hadiah Nobel dalam bidang teori Fisika tahun 1979 M, yang menyatakan, "Al-Qur'an telah memberikan penekanan dalam porsi yang sama antara pemanfaatan teknologi dan berpikir ilmiah. 

Maksudnya, memberikan perhatian dan dorongan yang sama untuk memanfaatkan sumber daya alam melalui pengetahuan ilmiah. Al-Qur'an memperlihatkan contoh kepada kita pada kisah Nabi Dawud dan Sulaiman atas penguasaan mereka terhadap teknologi yang berkembang pada masanya, yang mampu memanfaatkan besi dan angin, serta menguasai sumber daya dan kekayaan alam untuk memproduksi bebatuan yang bisa dimanfaatkan untuk mendirikan bangunan-bangunan megah seperti istana, bendungan, dan bungker-bungker, Al-Qur an juga mengingatkan kepada kita tentang Dzulqarnain; bagaimana ia memanfaatkan potongan-potongan besi dan tembaga yang besar dan kuat untuk membangun pertahanan- pertahanannya."

Jadi, fokus Al-Quran yang menyajikan contoh semacam ini kepada kita, dimaksudkan untuk memotivasi kita agar berpikir tentang pemanfaatan sumber daya alam dan kekayaannya untuk kebutuhan manusia. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah,

"Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir." (Al-Hasyr: 21) 

Dalam ayat lain, Allah berfirman,

"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia, dan tidak ada yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu." (Al-Ankabut: 43)

Dari sisi lain, nampak jelas bahwa strategi yang digunakan umat Islam untuk menyeleksi hadits-hadits Rasulullah dan membedakan antara yang shahih dan yang palsu, sangat berpengaruh pada metode para ilmuwan dan menjelaskan kepada mereka mengenai arti penting penggunaan metode yang benar yang mampu mengantarkan pada kebenaran. 

Di samping mempersembahkan dan menjelaskan kepada mereka sebuah metode yang cermat untuk mendapatkan hakikat dan kebenaran realita, informasi, dan berbagai pendapat. Di samping itu, metode-metode yang dipergunakan para ilmuwan kontemporer memiliki jasa dan kontribusi yang besar kepada sejarah, karena menggunakan metode penelitian ilmiah dan kaidah-kaidah dan prinsip yang mereka pergunakan dalam mencari kebenaran menjadi tumpuan para pakar sejarah kontemporer dan point penghormatan dan kekaguman mereka.

Tidak diragukan lagi bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus berlangsung di masa depan selama manusia mau melakukan pengamatan, eksperimen, dan memperhatikan dengan seksama tanda-tanda kekuasaan Allah dan berbagai keajaiban ciptaan-ciptaanNya. di langit-langit maupun di bumi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa eksperimen ilmiah yang bertumpu pada prinsip ilmiah yang benar merupakan modal dasar membangun pengetahuan. Upaya para pakar eksperimen untuk selalu cermat dalam melakukan eksperimen sangat berguna untuk menguji kebenaran pemikiran teoritis. Ketika eksperimen tersebut memberikan hasil hasil yang berbeda dengan teori, maka akan menuntunnya menemukan teori-teori dan penemuan-penemuan baru. Di sana terdapat banyak contoh tentang masalah tersebut.

Dalam bidang ilmu kimia, sebelum tahun 1894 M berkembang keyakinan bahwa hawa di udara mengandung oksigen dan nitrogen, dan ditambah dengan sejumlah uap air yang selalu berubah dan sisa-sisa karbondioksida, hidrogen dan lainnya. 

Ketika Riley melakukan eksperimen yang cermat, terungkaplah bahwa intensitas gas yang tersisa setelah penghapusan oksigen meningkat sekitar setengah persen dari kepadatan output sisa nitrogen senyawa amonia. Dan ini menyebabkan penemuan gas Argon Inert, yang sekarang dikenal sebagai komponen sekitar satu persen dari atmosfer."

Penemuan Datriom merupakan contoh lain bagi arti penting pengukuran secara cermat dan akurat, dimana diperoleh perbedaan antara prosentasi perhitungan blok atau kelompok atom hidrogen dengan kelompok atom oksigen melalui kalkulasi kimia terhadap berat atom dan menggunakan alat-alat bernama Spectroscope (alat untuk memeriksa spektrum sinar dari berbagai sumber).

Sekarang, agar kami dapat menjelaskan keteladanan bangsa Arab dalam menggunakan metode eksperimen dalam riset ilmiah, maka kita harus mengetahui elemen yang terkandung dalam metode tersebut sebagaimana yang kita pahami pada masa sekarang. Kemudian memperbandingkannya dengan metode yang sama yang dipergunakan para ilmuwan pada masa kejayaan peradaban Islam.

Para Ilmuwan kontemporer telah memahami bahwa metode kontemporer yang dipergunakan para peneliti dalam bidang ilmu-ilmu alam mengharuskan peneliti ini untuk memulai penelitiannya dengan mempelajari berbagai persoalan dan fenomena alam sebagaimana adanya melalui pengamatan-pengamatan terhadapnya dan melakukan berbagai eksperimen jika memungkinkan, Setelah itu mengumpulkan berbagai bukti realistis lalu mengklasifikasikan dan menertibkannya secara berurutan dan sistematis untuk diteliti, guna mencari korelasi antara realita-realita tersebut dengan gambaran teoritis ataupun aturan alam.

Semua itu memungkinkan si peneliti untuk menguasai alam dan menundukkan atau mengendalikan berbagai fenomena dan sumber-sumbernya demi merealisasikan kemakmuran dan kenyamanan hidup manusia. Setelah mencapai hukum atau teori maka memungkinkan mengambil kesimpulan hasil-hasilnya yang mudah dipertanggungjawabkan kebenarannya dan realistis melalui eksperimen. Dan tidak jarang menggunakan perumpamaan, yaitu menganalogikan sesuatu yang tidak ada dengan realita yang sudah ada.

Tidak ada strategi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan alam dengan semua persepsinya tanpa menggunakan metode ilmiah ini, yang biasa disebut dengan nama Al-Manhaj Al-Istiqra'i At-Tajribi, atau Metode Eksperimen Induktif, yang pada dasarnya bertumpu pada pengamatan dan percobaan.

Banyak ilmuwan Barat berpendapat bahwa metode eksperimen dengan pengertiannya seperti sekarang ini, muncul pertama kali pada masa kebangkitan peradaban Barat oleh seorang ilmuwan Inggris bernama Francis Bacon, yang pada abad ketujuh belas Masehi menulis bukunya yang terkenal The New Organon, yang berarti bahwa metode riset dan eksperimen ini berkontradiksi dengan metode yang dikembangkan Aristoteles dalam The Old Organon (Organon Lama).

Kesimpulan isi dari kedua buku ini menyatakan bahwa Aristoteles berupaya menjelaskan fenomena-fenomena alam dengan menggunakan silogisme teoritis karena meyakini bahwa realita yang bisa dirasakan dan pengalaman praktis tidak berbeda dengan keyakinan. Keyakinan ini tentunya menimbulkan tumbuhnya filsafat teoritis di kalangan bangsa Yunani dan munculnya ilmu-ilmu matematika pada masa Phitagoras dan Euclides.

Dari sisi yang lain, Francis Bacon berkata, "Sesungguhnya metode ilmiah, dimulai dengan sebuah fase yang dinamakan At-Tarikh Ath Thabi'i, atau sejarah alam. Dalam fase ini, seorang peneliti diharuskan mengumpulkan berbagai bukti yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang ingin diketahui hukum-hukum atau aturan yang berlaku di dalamnya. Setelah itu melakukan klasifikasi di antara bukti-bukti tersebut untuk menjelaskan fenomena-fenomena tersebut.

Dari keterangan ini, maka jelaslah bahwa kedua logika yang dikemu- kakan Aristoteles dan Francis Bacon jauh dari metode ilmiah dengan pengertiannya sekarang. Sebagian orang berpendapat bahwa metode yang dikembangkan Francis Bacon dipengaruhi metode riset yang dikembang- kan para ilmuwan dalam peradaban Islam dalam studi dan eksperimen mereka. Hanya saja teori yang dikembangkannya terbatas pada riset ilmiah terhadap pengamatan, eksperimen, dan pengumpulan bukti-bukti dari hasil eksperimen. Metode ini membatasi pemikiran peneliti pada sekadar pengumpulan bukti-bukti realistis dan mengklasifikasikannya.

Masalah terpenting yang berkaitan dengan metode dan teori yang dikembangkan adalah bahwasanya para pengkritik teori Francis Bacon berkesimpulan bahwa Francis Bacon tidak konsisten dengan metode penelitiannya.

Pengamatan induktif sejarah pemikiran manusia membuktikan keunggulan dan keteladanan para ilmuwan pada masa kejayaan peradaban Islam dalam mengkritik Logika Aristoteles dibandingkan ilmuwan Barat serta menciptakan metode eksperimen yang benar dengan semua prosesnya dan fase-fasenya beberapa abad sebelum Francis Bacon muncul. Mereka mampu membedakan antara karakter fenomena akal murni dari satu sisi dan fenomena-fenomena materi dari sisi yang lain. Mereka juga mengetahui bahwa piranti atau alat yang dipergunakan untuk meneliti fenomena- fenomena ini haruslah berbeda-beda tergantung karakter masing-maisng.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah merupakan salah seorang ulama terkemuka Arab yang paling awal melontarkan kritikan terhadap Logika Teoritis Aristoteles dan ia menyerangnya dengan keras dalam Naqd Al- Manthig, serta menyerukan penelitian realitis yang mampu menghadirkan pengetahuan-pengetahuan baru dan layak untuk mengamati dan meneliti fenomena-fenomena alam; Sebab metode ilmiah yang benar itulah yang berhak menciptakan pengetahuan.

Para Ilmuwan dalam peradaban Islam cenderung menggunakan metode baru ini, yang bertumpu pada pengamatan dan eksperimen dalam mempelajari fenomena-fenomena alam serta bersepakat untuk merumus- kan rumusan-rumusan umum dalam menjelaskan hakikat alam raya ini. Karenanya, kita melihat mereka berhasil menorehkan kemajuan gemilang dalam berbagai bidang ilmu alam, yang tidak bisa dicapai para Ilmuwan Yunani.

Di antara pioner terkemuka dalam menggunakan metode tersebut, maka kami dapat menyebutkan Jabir bin Hayyan dalam bidang Kimia, Abu Bakar Ar-Razi dalam bidang kedokteran, Al-Hasan bin Al-Haitsam dalam bidang Fisika, Al-Bairuni dalam bidang Astronomi dan Ilmu-ilmu Bumi, dan para ilmuwan lainnya yang sangat banyak.

  1. Inilah Jabir bin Hayyan, yang berpesan kepada murid-muridnya agar memperhatikan penggunaan eksperimen dan tidak bergantung kecuali kepadanya yang disertai dengan ketelitian, pengamatan yang cermat, berhati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpuan. Dalam masalah ini, Jabir bin Hayyan berkata, "Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah berbuat dan bereksperimen; Sebab orang yang tidak beraktifitas dan tidak pula melakukan eksperimen tidak akan mencapai keyakinan sedikit pun. Wahai puteraku, hendaklah Anda bereksperimen untuk mendapatkan pengetahuan itu."
  2. Inilah Abu Bakar Ar-Razi, yang mengkorelasikan antara Kimia, Kedokteran, menjelaskan pengobatan melalui interaksi kimia yang terjadi pada tubuh. Di samping itu, ia juga mengajukan kriteria ilmiah yang cermat lebih dari dua puluh sistem ilmiah yang dikenal pada masanya.
  3. Untuk menjelaskan keteladanan bangsa Arab dan umat Islam dalam merumuskan metode ilmiah yang benar dan aplikasinya, kami cukup mengemukakan sebagian alenia yang terdapat dalam Kitab Al-Manazhir (Book of Optics), karya: Al-Hasan bin Al-Haitsam tentang ilmu Optick," 
Kebangkitan Ilmiah di Era Peradaban Islam

Marilah kita melanjutkan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip awal dan premisnya. Kita mulai melakukan penelitian dengan mengamati berbagai benda dan mencermati obyek-obyek yang nampak oleh pandangan mata kita, serta karakteristik masing-masing partikel. 

Melalui pengamatan ini kita menemukan karakter mata ketika memandang, yang tidak berubah dan tidak terjadi kerancuan pandangan. Kemudian kita menelitinya dari segi ukuran-ukurannya secara bertahap dan sistematis, yang disertai dengan kritik dan koreksi terhadap postulat-postulat dan menghindarkan kesalahan pada hasil-hasilnya. Semua obyek yang kita amati dan kita teliti demi keadilan dan bukan mengikuti hawa nafsu. 

Dengan metode ilmiah yang benar ini, maka kita berharap mencapai kebenaran yang menyejukkan jiwa dan mengantarkan pada tujuan utama kita secara bertahap yaitu keyakinan mutlak. Dengan kritikan dan menjaga diri dari kesalahan, maka kita akan mendapatkan kebenaran yang mampu menghapuskan berbagai perseteruan dan konflik serta menghilangkan berbagai kerancuan."

Dari penjelasan ini, maka jelaslah bahwa Al-Hasan bin Al-Haitsam seorang pakar eksperimen, tidak dalam pengertian bahwa aktifitasnya hanya terbatas pada eksperimen-eksperimen tersebut, melainkan dalam pengertian bahwa aktifitasnya mencakup pembuatan peralatan dan piranti-piranti yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari penyebaran dan refleksi cahaya serta pembiasannya. 

Sumbangan Keilman Islam Pada Dunia

Dengan demikian, ia tidak hanya mengemukakan kriteria peralatan peralatannya dan menjelaskan bagaimana penggunaannya. Melainkan ia membuatnya secara langsung atau menjelaskan bagian-bagiannya secara mendetail kepada pembuatnya dengan mengemukakan ukuran-ukuran panjang-lebar, sudut-sudutnya, bagaimana mempersiapkan dan membuatnya.

Al-Hasan bin Al-Haitsam dalam metodenya menegaskan bahwa fenomena-fenomena alam berjalan berdasarkan prinsip kepastian. Dalam pengertian, bahwa semua fenomena alam ini tunduk pada hukum dan aturan-aturan yang tetap, yang memungkinkan orang melakukan eksperimen dan mengungkap rahasianya, dan situasi dan kondisi yang melingkupinya haruslah memberikan hasil yang sama secara aksiomatis.

Prinsip kepastian ini senantiasa menguasai pemikiran para Ilmuwan hingga abad kesembilan belas Masehi. Tepatnya ketika terjadi perbedaan sudut pandang pada hukum-hukum atau rumus ilmu Fisika dan ditemu- kannya teori Elastisitas dan prinsip ketidakpastian.

Dengan keterangan ini, maka jelaslah keteladanan bangsa Arab dan umat Islam pada masa kebangkitan peradaban Islam dalam merumuskan prinsip-prinsip metode eksperimen ilmiah, yang di kemudian hari dikembangkan oleh Francis Bacon, dan diikuti oleh Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan Sir Isaac Newton, serta para Ilmuwan lainnya, yang banyak belajar dari warisan ilmiah peradaban Islam.

Di sana terdapat beberapa manuskrip bersejarah yang menjelaskan bahwa para Ilmuwan Barat yang mencapai popularitasnya pada saat itu seperti Roger Bacon, telah mendalami warisan para intelektual muslim dan mengembangkan pandangan-pandangan eskperimental mereka, yang diyakini sebagai nukleus utama bagi perkembangan ilmu dan teknologi pada masa modern.

Bangsa Eropa sangat terlambat untuk mengakui keunggulan dan keteladanan bangsa Arab dan umat Islam ini dalam merumuskan metode ilmiah. Hingga kemudian datanglah pakar sejarah Prevolt yang dalam Banah Al-Insaniyyah, mengatakan, "Sesungguhnya Roger Bacon telah mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab di akademi Oxford dari para gurunya dari Arab di Andalusia. Roger Bacon dan juga Francis Bacon yang datang sesudahnya tidak berhak mengklaim sebagai penemu metode eksperimen ini. Sebab Roger Bacon hanyalah salah satu delegasi ilmu dan metode ilmiah umat Islam ke Kristen Eropa. Ilmu merupakan persembahan paling berharga dari peradaban Arab kepada dunia modem."

Sumber:
Buku Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia Oleh Ahmad Fuad Basya