Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HADITS ISTIKHARAH DAN MUSYAWARAH

HADITS ISTIKHARAH DAN MUSYAWARAH

97 ISTIKHARAH DAN MUSYAWARAH

Istikharah dan Musyawarah: Pentingnya Berkonsultasi dengan Allah dan Sesama

Istikharah dan musyawarah adalah dua konsep penting dalam Islam yang dapat membantu individu dalam membuat keputusan penting dalam hidup. Istikharah adalah cara untuk meminta petunjuk dari Allah sebelum mengambil keputusan, sedangkan musyawarah adalah cara untuk berdiskusi dan berkonsultasi dengan sesama Muslim.

Istikharah berasal dari bahasa Arab yang berarti meminta bantuan atau petunjuk. Istikharah merupakan doa yang dilakukan oleh Muslim untuk memohon bantuan Allah dalam mengambil keputusan penting dalam hidup. Doa ini dilakukan dengan niat yang tulus dan berharap Allah memberikan petunjuk yang terbaik.

Setelah melakukan istikharah, Muslim harus memperhatikan tanda-tanda yang muncul. Tanda-tanda tersebut dapat berupa mimpi atau kejadian yang terjadi di sekitar kita. Jika tanda tersebut positif, maka keputusan yang diambil diyakini akan menjadi yang terbaik.

Namun, istikharah tidak boleh dilakukan tanpa disertai musyawarah dengan orang lain. Musyawarah adalah konsep dalam Islam yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW sering kali berkonsultasi dengan para sahabatnya dalam mengambil keputusan penting.

Musyawarah dapat membantu individu dalam melihat berbagai sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan masukan dari orang lain sebelum membuat keputusan. Dalam musyawarah, setiap orang harus diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya dan diharapkan untuk memberikan masukan yang konstruktif.

Selain itu, musyawarah juga dapat membantu memperkuat hubungan antar individu dan mencegah terjadinya kesalahpahaman atau konflik. Dengan melakukan musyawarah, individu juga akan lebih memahami dan menghargai pandangan dan perspektif orang lain

Dalam kesimpulannya, istikharah dan musyawarah adalah dua konsep penting dalam Islam yang dapat membantu individu dalam membuat keputusan penting dalam hidup. Istikharah membantu individu dalam meminta petunjuk dari Allah, sementara musyawarah membantu individu dalam berkonsultasi dengan sesama Muslim. Keduanya saling melengkapi dan sangat dianjurkan dalam agama Islam.

Berikut ini adalah ayat dan hadits yang berkaitan dengan istikharah dan musyawarah:

قَالَ الله تَعَالَى: وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ  [آل عمران : 159]

Allah SWT. berfirman: “ Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan ini”. (QS. Ali Imran (03): 159)

وَقَالَ الله ُتَعَالَى: وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ [الشورى : 38]

Allah SWT. berfirman: “Sedang urusan mereka (diputuskan) dengtan musyawarah antaramereka”. (QS. Asy Syuura 42): 38)

722- وعَن جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ قَالَ : كَانَ رَسُوْل الله  ، يُعَلِّمُنَا اْلإِسْتِخَارَةَ فيِ اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا كَالسُّوْرَةِ مِنَ اْلقُرْآنِ ، يَقُوْلُ : (( إِذَا هُمْ أَحَدُكُمْ بِاْلأَمْرِ ، فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيْضَةِ ، ثُمَّ لِيَقُلْ : اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ . اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنْ هَذَا اْلأَمْرَ خَيْرٌلِي فِي دِيْنِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي )) أَوْقَالَ : (( عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ ، فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ، ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيْهِ . وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِيْنِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي )) أَوْ قَالَ : (( عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ ، فَاصْرِفْهُ عَني ، وَأَصْرِفْنِي عَنهُ ، وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ، ثُمَّ أَرْضِنِي بِهِ )) قَالَ : ((وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي.

722. Dari Jabir RA, dia berkata: Rasulullah SAW. mengajarkan kami supaya beristikharah dalam segala urusan, sebagaimana Rasulullah mengajarkan suatu surat Al-Qur’an, di mana beliau bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian mempunyai tujuan dalam suatu urusan, hendaklah ia shalat sunnah dua rakaat kemudian membaca: “ALLAHUMMA INNI ASTAKHIRUKA BI ‘ILMIKA WA ASTAQDIRUKA WA AS’ALUKA MIN FAHLIKA AL-AZHIM. FA INNAKA TAQDIRU WA LAA AQDIRU WA TA’LAMU WALAA A’LAMU WA ANTA ALLAAMU AL-GHUYUB. ALLAHUMMA INKUNTA TA’LAMU ANNA HADZA AL-AMRA KHAIRUN LII FII DIINII WA MA’AASYII WA ‘AAQIBATI AMRII, atau ia mengucapkan: ‘AAJILI AMRII WA AAJILIHI FAQDURHU LII WA YASSIRHU LII TSUMMA BAARIQ LII FIIHI. WA INKUNTA TA’LAMU ANNA HADZA AL-AMRA SYARRUN LII FII DIINI WA MA’AASYI WA ‘AAQIBATI AMRII, atau ia mengucapkan: ‘AAJILI AMRII WA AAJILIHI FASHRIFHU ‘ANNII WASHRIFNII ‘ANHU WAQDUR LII AL-KHAIRA HAITSU KAANA TSUMMA RADHINII BIHI”. (Ya Allah, sesungguhnya saya mohon petunjuk dengan pengetuhan-Mu, saya mohon ketetapan dengan kekuasaan-Mu, dan saya mohon besarnya karunia-Mu. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Kuasa dan saya tidak kuasa, Engkau Yang Maha Tahu dan saya tidak tahu, dan Engkaulah Yang Maha Mengetahui, bahwa urusan ini adalah baik untuk diriku dalam agamaku, kehidupanku, dan urusanku (atau mengatakan: baik pada waktu dekat maupun di kemudian hari) maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini buat diriku. Namun apabila Engkau mengetahui, bahwa urusan itu jelek buat diriku dalam agamaku, kehidupanku dan akibatnya pada urusanku (atau ia mengatakan baik pada waktu dekat maupun di kemudian hari), maka jauhkanlah urusan itu dariku dan hindarkanlah aku darinya, serta tentukanlah yang lebih baik untukku bagaimanapun adanya, kemudian jadikanlah saya orang yang ridha (puas) dengan ketentuan itu. Beliau juga bersabda: “Ia harus menyebutkan hajatnya”. (HR. Bukhari)