Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Lailatul Qadar Dan Perkiraan Waktunya

Hadits Lailatul Qadar Dan Perkiraan Waktunya
Banyak keterangan dan dalam Al-qur'an dan Hadits yang menjelaskan tentang Keutamaan Lailatul Qadar Dan Waktu Yang Diperkirakan Terjadinya Lailatul Qadar sebagaimana hadits dari Abdullah ibn Umar ra. menerangkan:

 أن رجالا من أصحاب النبي ﷺ أروا ليلة القدرة في المنام ، في السبع الأواخر, فقال رسول اللہ ﷺ: أرى رؤياكم قد تواطأت في السبع الأواخر, فمن كان متحربها  فليتحرها في السبع الأواخر 

"Bahwasanya beberapa dari sahabat Nabi mimpi bertemu Lailatul Qadar. Itu terjadi tujuh hari terakhir bulan Ramadhan. Maka Rasulullah bersabda: Saya pun bermimpi sebagaimana mimpinya kalian. Malam itu jatuh pada tujuh hari yang akhir. Karena itu barangsiapa ingin benar mencarinya, hendaklah mencarinya pada tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan. " ( Al Bukhary dan Muslim 

Abu Said Al Khudry berkata:

  اعتكفنا مع النبي ﷺ العشر الأوسط من رمضان فخرج صبيحة عشرين فخطبنا ، وقال: إني اريت ليلة القدر ثم انسيتها او نسيتها ، فلتمسوها في العشر الأواخر في الوتر , وإن رأيت أني أسجد فى ماء وطين, فمن كان اعتكف مع رسول اللہ ﷺ فليرجع ، فرجعنا ومانرى فى السماء قزعة فجاءت سحابة قمطرت حتى حتی سال سقف المسجد ، وكان من جريد النحل وأقيمت الصلاة ,  فرات رسول اللہ یسجد في الماء  والطين حتى رأيت أثر الطين في جبهته 

" Kami beriktikaf bersama-sama Nabi saw, pada puluhan yang kedua dari bulan Ramadhan Mata Nabi keluar dari aksikanya pada pagi hari kedua puluh. Kemudian berkhutbah di hadapan kami. Beliau berkata Aku pernah bermimpi tentang malam Lailatul Qadar, kemudian aku telah dijadikan lupa. Karena demikian carilah malam itu pale puluhan yang akhir, pada malam-malam ganjilnya. Aku bermimpi baha bersujud di atas air dan tanah. Barangsiapa berüktikaf beserta Ramdullah, maka hendaklah dia kembali. Mendengar itu kami pun kembali. Kami kembali dan di langit sangat cerah. tak ada awan yang menaungi. Sejurus kemudian datanglah orang dan turunlah hujan hingga menetes-netelah air di atas atap masjid. Atap masjid pada saat itu terdiri dari pelepah kurma dan shalat pun ditegakkan. Karena itu aku lihat Rasulullah bersujud di atas air dan tanah, hingga nampaklah kepadaku bekasan tanah di dahinya " ( Al Bukhary 32: 2 ; Muslim 13:40 ; Al Lu'l-wal Marjan 2:27 ). 727 ) 

Artikel Terkait:

Abu Said Al Khudry ra, berkata: "Rasulullah beri'tikaf  dimasjid Nabawi Ramadhan pada paruh yang kedua. Maka di ketika beliau menempuh petang hari kedua puluh menghadap malam dua puluh satu, beliau pun kembali ke tempatnya dan orang-orang yang beriktikaf besertanya pun kembali. Dan beliau beriktikaf bulan ramadhan tepatnya pada malam yang dahulu pada malam itu beliau kembali ke rumah. Kemudian beliau berkhutbah di hadapan manusia. Beliau menyuruh manusia apa yang Allah kehendaki. Pada akhirnya beliau berkata: Aku pernah berikt ikaf pada puluhan ini, kemudian nyata kepadaku, supaya aku beriktikaf pada puluhan yang akhir. Maka barangsiapa telah beriktikaf bersama samaku, hendaklah dia tetap di tempat iktikafnya. Aku bermimpi malam Al Qadar. kemudian aku telah dijadikan lupa. Makanya Rasulullah bersabda: "carilah malam Al Qadar pada paruh yang akhir dari bulan ramadhan dan carilah lailatul qadar itu pada malam ganjil dalam bulan ramadhan. Kemudian Rasul Bersabda: "Aku pernah bermimpi bersujud di atas air dan tanah". Sebentar kemudian terdengarlah bunyi guruh pada malam itu dan turunlah hujan, hingga menetes-netes air hujan dari atap masjid ke tempat Nabi bershalat pada malam. Mataku melihat Nabi. Aku menyaksikan bahwa  Nabi muhammad kembali dari shalat Shubuh. pada saat itu muka Rasulullah dipenuhi dengan tanah dan air. " ( Al Bukhary dan Muslim ). 

Juga Hadits riwayat dari Aisyah ra. berkata:

 كان رسول اللہ ﷺ مجاورة العشر الأواخر من رمضان ، ويقول: تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان. 

" Rasulullah beri'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan dan Rasulullah bersabda: Carilah Lailatul Qadar pada puluhan yang akhir dari bulan Ramadhan. " ( Al Bukhary 32: 3 ; Muslim 13: 40 ; Al Lu'lu- wal Marjan 2: 28 ). 

Penjelasan Hadits

Ada beberapa orang sahabat Nabi melihat dalam mimpinya bahwa malam Lailatul Qadar itu jatuh pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah juga menerangkan bahwa beliau juga mendapat mimpi yang sama.

Oleh karena itu mereka yang ingin memperoleh Lailatul Qadar, maka hendaklah bersungguh-sungguh dengan segala ketekunannya mencari malam itu pada tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan. 

Para ulama berkata: “Dinamai dengan Lailatul Qadar karena pada waktu itu ditulis segala qadar atau ketentuan Allah terhadap hambanya berupa rezeki dan ajal yang terjadi tahun itersebut. Daftar itu diberikan kepada malaikat." Jelasnya, pada malam itu ditampakkan kepada para malaikat apa yang terjadi dalam tahun itu dan diperintahkan kepada mereka apa yang harus mereka kerjakan dalam tahun itu. 

Ada yang berkata: “Dinamai dengan Lailatul Qadar karena besar nilainya, besar kemuliaannya pada malam tersebut di sisi Allah " 

Mayoritas dari para  ulama mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar itu akan senantiasa ada sepanjang waktu. Lailatur qadar bukan sudah tidak ada lagi. Ini berdasarkan beberapa hadits shahih yang menetapkan keberadaannya. 

Al Qadhi Iyadh berkata: “Para ulama berselisihan pendapat tentang Lailatul Qadar itu kapan terjadinya. " Ada yang mengatakan: “Malam itu berpindah-pindah. Pada tahun ini di malam ini, kemudian pada tahun di muka di malam lain." 

Dalam pada itu ada yang mengatakan: “Malam tersebut tertentu pada sesuatu malam saja tidak berpindah-pindah." Demikianlah pendapat Ibnu Mas'ud dan Abu Hanifah Menurut pendapat jumhur, Ibnu Umar dan segolongan sahabat bahwa malam Lailatul Qadar, terjadinya di salah satu malam dalam bulan Ramadhan Dalam pada itu ada pula yang berkata: “Pada puluhan yang pertengahan dan puluhan yang akhir. " Ada yang mengatakan: “Pada puluhan yang akhir." 

Di samping itu ada yang mengkhususkan dengan malam-malam ganjil dari puluhan yang akhir. Dan ada yang mengkhususkan dengan malam-malam genapnya. Juga ada yang mengatakan: “Di malam 23 atau 27." 

Inilah pendapat Ibnu Abbas. Ada yang mengatakan: “Malam 17 atau 21, atau 23." Ada yang mengatakan: “Malam 24." Dan ada yang mengatakan bahwa malam yang akhir di bulan Ramadhan. 

Para sahabat beriktikaf bersama-sama Nabi pada puluhan kedua dari bulan Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar, sebelum Nabi mengetahui kapan terjadinya malam itu. Kemudian diterangkan kepada Nabi bahwa malam itu terjadi di puluhan yang akhir. 

Kata Nabi: “Oleh karena saya telah melihat tanda-tanda Lailatul Qadar, maka barangsiapa telah turut beriktikaf bersama-sama saya dalam puluhan yang kedua, hendaklah dia kembali lagi beriktikaf bersama-sama saya karena saya akan meneruskan iktikafku. Di kala kami kembali ke dalam iktikaf itu, awan tidak tampak sama sekali. Setelah kami berada dalam iktikaf tiba-tiba datanglah awan dengan disertai turunnya hujan, sehingga bercucuranlah air dari loteng-loteng masjid yang terbuat dari pelepah kurma. Dalam keadaan hujan itu, waktu untuk shalat Shubuh masuk. Maka saya melihat Rasulullah bersujud di atas air dan tanah hingga nyatalah bekasan tanah di dahi beliau. 

Demikianlah seharusnya kalau benda yang terletak di dahi itu kecil atau hanya sedikit. Tetapi kalau banyak menghalangi bertemunya dahi dengan tempat sujud, tentulah kita boleh menyapunya. Sebabnya Nabi lupa malam Lailatul Qadar yang telah beliau mimpikan itu dijelaskan oleh riwayat Ubadah ibn Shamit. 

Beliau berkata: “Nabi datang kepada kami untuk mengabarkan mimpinya tentang malam Lailatul Qadar. " Akan tetapi sebelum Nabi menerangkan itu, Nabi disibukkan oleh dua orang yang bertengkar, yaitu Abdulllah ibn Hadrad dan Ka'ab ibn Malik. 

Kemudian setelah beliau menyelesaikan pertengkaran mereka, beliau berkata: “Saya datang untuk menerangkan malam Lailatul Qadar. Tetapi di tengah jalan saya disibukkan oleh si fulan dan si fulan. Lantaran itu saya jadi lupa tentang tanggalnya. Tetapi boleh jadi kelupaan itu membawa kebaikan bagimu. Carilah dia di malam yang ke-9, malam yang ke-7, dan malam yang ke-5 ( malam ke-29, ke-27, dan ke-25 )." 

Ibnul Araby berkata: “Kita tidak dapat menentukan malam Lailatul Qadar itu." An Nawawy mengatakan kita mungkin mengetahuinya Menurut pendapat yang paling rajih, ialah yang menetapkan Lailatul Qadar terjadi dalam malam-malam ganjil dari puluhan yang akhir. Yang paling dapat diharap terjadinya ialah malam ke-21 ( menurut Asy Syafi'y ). atau malam ke-27 ( menurut jumhur ). Zaid ibn Tsabit menetapkan bahwa malam Lailatul Qadar itu adalah pada malam 17 Ramadhan. 

Para ulama berselisih pendapat tentang adanya tanda-tanda yang dapat dilihat oleh orang yang mendapat taufik memperoleh malam itu. Ada yang mengatakan bahwa tanda itu, ialah kita dapat melihat apa saja yang kita lihat tunduk bersujud.

Menurut Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalany, pahala yang lengkap sempurna hanya diperoleh oleh siapa yang dapat meyakini bahwa malam itu malam Al Qadar. Adapun umumnya pahala tentu saja diperoleh oleh siapa saja yang kebetulan beribadah di malam itu walaupun tidak diyakini bahwa malam itu malam Al Qadar. 

Kesimpulan 

Hadits-hadits ini menyatakan bahwa besar kemungkinan malam Lailatul Qadar itu terjadi pada salah satu malam yang ganjil dan puluhan yang terakhir dari bulan Ramadhan. Dan menunjukkan bahwasanya Nabi beserta para sahabat beriktikaf pada puluhan yang akhir dari bulan Ramadhan untuk mencari malam Lailatul Qadar.

Dapat dipahami dari hadits-hadits ini bahwa ada kejadian persis seperti yang dilihat dalam mimpi. Hikmah Tuhan menyembunyikan malam Lailatul Qadar, ialah supaya kita terus-menerus berusaha mencarinya.

Kutipan dari Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam buku Mutiara Hadits