Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Orang Mati Diazab Karena Diratapi Keluarganya, Benarkah..???

Hadits Orang Mati Diazab Karena Diratapi Keluarganya, Benarkah..???
Hadits tentang Orang yang Mati Diazab Lantaran Diratapi Keluarganya itu berdasarkan Hadits dari Umar ibn Khaththab ra. berkata:

قال النبي: الميت يعذب فى قبره بمانيح عليه 

 “Nabi saw bersabda: Orang mati, diazab di dalam kuburnya karena kematiannya diratapi." ( Al Bukhary 23: 34; Muslim 6: 9; Al Lulu-u wal Marjan 1: 208 ). 536 ) 

Keterangan ini juga berdsarkan Hadits dari Abu Musa Al Asy'ary ra, berkata:

  لما أصيب عمر جعل صهيب يقول: وأخاه ! فقال عمر: أماعلمت ان النبی ﷺ قال: إن الميت ليعذب بكاء الحي

" Ketika Umar terkena musibah, Suhaib pun berkata: Aduhai saudaraku ! Maka berkatalah Umar: Hai Suhaib, apakah engkau tidak mengetahui bahwasanya Nabi bersabda: Sesungguhnya orang mati itu, akan diazab lantaran tangisan orang yang hidup ? " ( Al Bukhary 23: 33; Muslim 6: 9; Al Lu'lu-u wal Marjan 1: 208 ). 537 ) 

Artikel Terkait:

Ada Hadits yang panjang yang menjelaskan tentang masalah ini dari Ibnu Juraij ra. berkata:

"Abdullah ibn Ubaidullah ibn Abi Mulaikah berkata: Seorang anak perempuan Utsman meninggal di Mekkah. Dan kami datang untuk menjenguknya. Ibnu Umar dan Ibnu Abbas pun turut menghadirinya dan aku duduk di antara keduanya ( atau Abdurrahman mengatakan: Aku duduk di hadapan salah seorang di antara keduanya. Kemudian datang yang seorang lagi lalu duduk menghadap kepadaku ). Maka berkatalah Abdullah ibn Umar kepada Amar ibn Utsman: Apakah engkau tidak melarang perempuan menangis ? bahwasanya Rasulullah bersabda: Sesungguhnya orang yang telah meninggal benar-benar diazab lantaran ditangisi keluarganya. Maka berkatalah Ibnu Abbas: Umar pun telah mengatakan sebagian hal seperti itu. Kemudian Ibnu Abbas menceritakan, ujarnya: Saya kembali bersama-sama Umar dari Mekkah, sehingga di kala kami berada di Baida, tiba-tiba terlihatlah serombongan jamaah berteduh di bawah naungan sebatang pohon yang rindang. Maka Umar berkata: Pergi dan lihatlah siapa jamaah itu. Ibnu Abbas berkata: Maka aku pun pergi melihatnya, dan tiba-tiba aku dapatkan Suhaib, lalu saya mengaburkan kepala Umar. Umar berkata Panggillah kemari. Saya kembali kepala Suhaib dan mengatakan kepadanya Pergilah menemui Amirul Mukminin. Ketika Umar mendapatkan musibah, masuklah Suhaih ke tempat Umar sambil menangis dan berkata Aduhai saudaraku, aduhai kawanku ! Maka berkatalah Umar: Wahai Suhaib, apakah engkau menangisiku, padahal Rasulullah bersabda: Sesungguhnya orang mati diazab karena tangisan sebagian keluarganya. Ibnu Abbas berkata Setelah Umar wafat, aku menceritakan hal itu kepada Aisyah, maka dia berkata: Semoga Allah merahmati Umar. Demi Allah, tidak pernah Rasul menceritakan bahasanya Allah benar-benar akan mengazab orang mati itu karena tangisan keluarganya. Akan tetapi Rasulullah mengatakan: Sesungguhnya Allah benar-benar akan menambahkan azab bagi orang kafir, lantaran ditangisi oleh keluarganya Aisyah berkata pula Cukuplah bagimu firman Allah wa la taziru wazinasin rizra ukhra tidak diazab seseorang lantaran dosa orang lain. Ibnu Abbas berkata pada waktu itu Allahlah yang menjadikan seseorang tertawa dan menjadikan seseorang menangis. Kata Ibnu Abi Mulaikah Demi Allah, baliau Ibnu Umar tidak menyatakan apa-apa" ( Al Bukhary 23:33; Muslim 6: 9, Al Lu'lu-u wal Marjan 1: 208-210 ), 538 )

 Juga berdasarkan Hadits dari Urwah ra berkata:

"Di hadapan Aisyah diterangkan bahwasanya Umar mengatakan, bahwa Nabi bersabda: Sesungguhnya orang mati diazab di dalam kuburnya lantaran tangisan sebagian keluarganya. Aisyah berkata: Ibnu Umar'salah pengertian dalam hal ini. Semoga Allah merahmati Umar. Sebenarnya Rasulullah hanya mengatakan: Sesungguhnya orang mati itu diazab lantaran kesalahan dan dosanya, dan keluarganya sekarang menangisinya. Aisyah berkata pula yang demikian itu seperti perkataannya: Sesungguhnya Rasul berdiri di atas sumur yang di dalamnya ada mayat-mayat musyrikin yang terbunuh dalam peperangan Badar, lalu Nabi menyatakan kepada mereka apa yang telah beliau katakan, yaitu: Sesungguhnya mereka sekarang benar benar tidak mendengar apa yang aku katakan. Sebenarnya Nabi hanya mengatakan: Sesungguhnya mereka saat ini benar-benar mengetahui bahwa apa yang aku katakan kepada mereka, adalah benar Kemudian Aisyah membacakan firman Allah: Innaka la tusmiul mauta sesungguhnya engkau tidak memperdengarkan kepada orang-orang yang telah mati dan membaca Wa ma anta bi musmi'in man fil qubur dan engkau sekali-kali tidak dapat mempendengarkan suatu kepada orang yang di dalam kubur Aisyah berkata: Ketika mereka telah menempati tempat mereka di dalam neraka. Al Bukhary 648, Muston 69, Al Lache-a al Marjan 1: 210-211 ). 539 ) 

Aisyah ra. berkata:

 إنما مر رسول اللہ ﷺ على يهودية يبكي عليها أهلها , فقال: إنهم ليبكون عليها ، وإنها لتعذب في قبرها. 

"Rasulullah melalui kubur seorang perempuan Yahudi yang sedang ditangisi oleh keluarganya. Maka Nabi bersabda: Sesungguhnya mereka menangisinya dan sesungguhnya dia benar-benar sedang diazab di dalam kuburnya." ( Al Bukhary 23: 33; Muslim 6: 9; Al Lu'l-u wal Marjan 1: 211 ). 540 ) 

Al Mughirah ra berkata: 

  سمعت النبي ﷺ یقول: « من نيح عليه يعذب بما نيح عليه 

“Saya mendengar Nabi saw bersabda: Barangsiapa diratapi niscaya dia diazab karena ratapan itu. " ( Al Bukhary 23: 34; Muslim 6: 9, Al Lulu-u wal Marjan 1: 211 ) 

Yang dimaksud dengan tangisan di sini adalah tangisan yang diiringi ratapan. Kata Al Hafizh: “Sabda Nabi saw, ini memberi pengertian, bahwa orang mati diazab lantaran tangisan keluarganya, tidak hanya terhadap mereka yang kafir saja. 

Dengan tegas hadits ini menyatakan bahwa Suhaib adalah seorang yang mendengar hadits ini dari Nabi, karena ada yang telah lupa dia mengingatkannya. 

Diterangkan oleh Abdullah ibn Ubaidillah ibn Mulaikah, bahwa seorang anak perempuan Utsman ra. yang bernama Ummi Abbas meninggal di Mekkah, seperti yang diterangkan oleh Muslim. Di samping Abdullah ibn serta Ibnu Abbas. Mulaikah turut menyaksikan jenazah anak Utsman adalah Ibnu Umar ra. 

Ibnu Juraij perawi hadits ini ragu tidak ingat lagi, apakah Abdullah mengatakan:

 جلست إلى أحدهما ثم جاء الأخر فجلس إلى جنبي.

" Aku duduk dengan menghadap salah seorangnya, kemudian datang seorang lal duduk menghadap diriku. 

Menurut riwayat Muslim, bahwa ketika mereka sedang duduk, terdengarlah suara hiruk-pikuk di dalam rumah atau suara perempuan menangis. Abdullah ibn Umar berkata kepada Amar ibn Utsman: “Apakah engkau tidak melarang kaum perempuan menangis ? 

Zhahir perkataan ini memberi pengertian, bahwa mayat itu diazab lantaran ditangisi oleh keluarganya. Tetapi perkataan

إن الميت يعذب ببكاء الحر عليه 

 Sesungguhnya mayat itu diazab lantaran ditangisi oleh orang-orang yang masih hidup ( seseorang )

Hadits tersebut bisa memberi pengertian bahwa orang mati itu diazabkan lantaran ditangisi dan diratapi, baik oleh keluarganya ataupun orang lain. Disebut keluarga dalam lafal ini karena mengingat kebiasaan saja. 

Ketika berada di Baida dalam perjalanan kembali dari haji, mereka melihat suatu jamaah yang terdiri dari 10 orang dalam keadaan berteduh di bawah sebatang pohon yang rindang.

Jamaah yang berteduh itu adalah jamaah Suhaib ibn Sinan ibn Qasith, salah seorang sahabat Sabiqin Al Awwalin. Ibnu Abbas meminta kepada Suhaib supaya menggabungkan dirinya kepada jamaah Umar, kemudian masuklah mereka bersama-sama ke kota Madinah. 

Penegasan Aisyah bahwa tidak diazab seseorang karena dosa orang lain merupakan penolakan atas pendapat Umar, bahwa orang mati diazab lantaran ditangisi oleh keluarganya. Menangis, tertawa, gundah, dan gembira adalah dari Allah. Allah yang menzhahirkannya pada seseorang. 

Kata Ibnul Munayyir: “Diamnya Ibnu Umar ra. tidak memberi pengertian bahwa beliau tunduk kepada pendapat Aisyah atau Ibnu Abbas, mungkin karena beliau tidak suka berdebat." 

Kata Al Qurthuby: “Ibnu Umar diam bukan karena ragu tentang hadits yang telah didengar sendiri dari Nabi, mungkin dia diam karena dia berpendapat bahwa hadits itu mungkin menerima takwil atau karena memandang tidak baik berdebat. 

Sebenarnya Nabi saw. mengatakan bahwasanya mereka yang telah dikubur itu benar-benar sekarang yakin bahwa apa yang telah Nabi katakan kepadanya adalah haq ( benar ). Maka karena salah sangka dan lupa tidak ingat lagi, Ibnu Umar mengatakan Innahum la yasma'una ma aqulu Sesungguhnya mereka benar-benar mendengarkan apa yang aku katakan. 

Segolongan mufassirin berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang telah mati di sini, demikian pula orang-orang di dalam kubur itu adalah orang-orang kafir. Mereka diserupakan dengan orang orang mati, walaupun mereka masih hidup karena mereka tidak dapat mengambil manfaat, walaupun hidup, dengan apa yang mereka dengar, sebagaimana orang yang telah mati tidak dapat mengambil manfaat dengan apa yang mereka dengar. 

Aisyah menekankan bahwa pengakuan orang-orang kafir itu adalah di kala mereka masing-masing berada di dalam neraka, bukan di dalam kubur. 

Pada suatu hari, Rasulullah saw. melalui kubur seorang perempuan Yahudi yang sedang ditangisi oleh keluarganya. Nabi saw. menerangkan bahwasanya keluarga si perempuan Yahudi menangisinya di atas kubur, padahal sesungguhnya si perempuan itu sedang diazab dalam kuburnya. 

Kata Al 'Aini: “Makna bima niha ' alaihi di dalam masa orang meratapinya. Tegasnya, dia diazab selama diratapi orang." 

Hadits yang menerangkan bahwa orang yang telah mati diazab lantaran ditangisi orang, menimbulkan suatu kemusykilan karena menunjukkan bahwa seseorang itu diazab lantaran kesalahan orang lain. 

Aisyah membantah Umar dan Ibnu Umar, Abu Hurairah juga membantahnya. Al Qurthuby tidak membenarkan penolakan Aisyah ini karena banyak sahabat meriwayatkan hal tersebut dan ayat itu dapat pula ditakwilkan. Al Qurthuby mengumpulkan hadits-hadits itu dengan ayat ini. Beliau berkata: “Keadaan di alam barzah dihubungkan dengan keadaan di dunia. Di dalam alam dunia, ada orang yang diazab disebabkan dosa orang lain, seperti yang diisyaratkan oleh firman Allah: “Dan takutlah fitnah yang bukan saja menimpa orang-orang yang halim di antara kamu. " ( Q.S. 8, Al Anfal: 25 ). 

Karena itu, tidaklah hadits ini menentang ayat: wa la taziru waziratun wizra ukhra. Pendapat Al Qurthuby ini dikuatkan oleh Al Qadhi Husain. Kebanyakan ulama menakwilkan hadits-hadits ini dengan beberapa takwil yang lain, yaitu: 

Pertama, takwil Al Bukhary, yaitu orang mati diazab karena ratapan adalah apabila perbuatan itu telah menjadi tradisinya dan ia membenarkan keluarganya berbuat demikian di masa hidupnya. Ringkasnya, diazab dengan sebagian macam ratapan keluarganya. 

Kedua, orang mati diazab karena ratapan apabila sebelum mati ia mewasiatkannya. Demikianlah takwil jumhur. 

Ketiga, perbuatan itu tertentu bagi orang yang kafir. Orang mukmin sama sekali tidak diazab lantaran kesalahan orang lain. Pendapat ini tidak dapat diterima 

Keempat, si mati dihardik malaikat lantaran ratapan keluarga itu.

Kelima, merasa terazab lantaran ratapan. Inilah pendapat Ibnu Jarir sebagaimana yang telah kami terangkan. 

Kesimpulan 

Hadits pertama, menyatakan bahwa orang mati diazab di dalam kuburnya, disebabkan orang meratapinya. 

Hadits kedua, menyatakan bahwa orang mati diazab lantaran ratapan orang-orang yang masih hidup, baik keluarganya ataupun bukan.

Hadits ketiga, menyatakan bahwa Aisyah tidak membenarkan pendapat Umar. Beliau berpendapat bahwa seseorang mati tidak diazab lantaran orang meratapinya. 

Hadits keempat, menyatakan bahwa seseorang tidak diazab selain karena dosanya. 

Hadits kelima, menyatakan bahwa seorang perempuan Yahudi diazab di dalam kuburnya saat dia ditangisi ( diratapi ) oleh keluarganya.

Hadits keenam, menyatakan bahwa orang yang diratapi, diazab selama ratapan masih berlangsung.