Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Sabar Terhadap Bencana Menimpa

Hadits Sabar Terhadap Bencana Menimpa
Di antara kekuatan yang ada pada diri orang yang beriman adalah mereka sabar terhadap bencana yang menimpa. Baik itu berupa bencana alam yang menimpa maupun dalam menanggung beban karena orang yang menyakitinya. Ini sebagaimana Hadits dari Anas ibn Malik ra. berkata:

  مر النبي ﷺ بإمرأة تبكى عند قبر فقال : اتقى الله وصبرى , قال اليك عنى, فإنك لم تصب بمصيبتى ولم تعرفه فقيل لها : إنه النبي ﷺ فقال: فأنت باب النبي ﷺ فلم تجد عنده بوابين ، فقالت: لم أعرفك, فقال: إنما الصبر عند الصدمة الأولى 

" Nabi melewati seorang perempuan yang sedang menangis di sisi sebuah kuburan. Maka Nabi berkata: Takutlah akan kemarahan Allah, janganlah engkau menangis dan bersabarlah. Perempuan itu menyahut: Pergilah engkau dari hadapanku karena engkau tidak ditimpa bencana seperti yang menimpa diriku. Perempuan itu tidak mengenal Nabi. Kemudian seseorang mengatakan kepadanya: Sesungguhnya yang berbicara itu adalah Nabi. Maka datanglah perempuan itu ke pintu rumah Nabi, dan dia tidak menemukan di pintu rumah Nabi pengawal. Dia berkata kepada Nabi: Saya tidak mengenal anda. Nabi menjawab: Bahwasanya sabar itu di waktu tekanan jiwa yang pertama. " ( Al Bukhary 23: 32; Muslim 11: 8; Al Lu'Lu-u wal Marjan 1: 207 ). 

Artikel Terkait:

Nabi saw. berlalu di samping seorang perempuan yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Menurut sebuah riwayat, Nabi mendengar perempuan itu mengucapkan kata-kata yang tidak dibenarkan agama ( meratapi orang yang telah meninggal ). Orang yang ditangisi itu, tidak diterangkan namanya. Menurut lafal Muslim ( yang artinya ): " Dia menangisi seorang anaknya yang masih kecil. 

Rasulullah berkata: "Hai perempuan yang sedang menangis, bertakwalah kepada Allah, takutlah akan kemarahan-Nya, dan janganlah menampakkan kegundahan agar dia memperoleh pahala." 

Perempuan itu menyuruh Nabi pergi karena dia tidak mengenal Nabi. Andaikata dia mengenal Nabi, tentulah tidak demikian jawabannya. Setelah Nabi meninggalkan tempat itu, seorang sahabat menerangkan kepada perempuan itu, bahwa yang menegurnya adalah Nabi saw. sendiri. 

Menurut riwayat Ath Thabarany bahwa yang menerangkan itu adalah Al Fadhal ibn Abbas. Menurut keterangan Al Fadhal, perempuan itupun ketakutan. 

Dalam riwayat Muslim diterangkan, bahwa perempuan tersebut setelah mengetahui bahwa yang dibentak itu adalah Rasulullah, timbul penyesalan yang luar biasa. Dia tidak mengenal Nabi karena Rasulullah berjalan tanpa pengawal.

Pada suatu hari, perempuan itu pergi ke rumah Nabi. Dia tidak melihat seseorang pengawal di pintu rumah Nabi. Perempuan itu memohon kepada Nabi karena kelancangan tutur katanya. Dia bertindak kasar, lantaran tidak mengenal Rasulullah.

Dalam suatu riwayat, perempuan itu berkata: "Demi Allah, aku tidak mengenal anda." Nabi mengatakan kepada perempuan itu, bahwa dia tidak perlu minta maaf, Nabi tidak memarahinya, selain karena Allah. Beliau berharap kepada Allah agar mengembalikan pahala dari wanita tersebut yang telah hilang karena tidak dapat bersabar di waktu bencana menimpanya. 

Ada yang mengatakan, bahwa makna perkataan ini adalah: "Manusia tidak dipahalai karena bencana, karena itu bukan akibat perbuatannya, namun manusia dipahalai lantaran kesabarannya." Para ulama mengambil dalil dengan hadits ini, untuk membolehkan ziarah kubur terhadap laki-laki dan perempuan, baik yang diziarahi itu orang Islam maupun kafir. 

Kata An Nawawy: " Demikianlah pendapat jumhur ulama. Kata Al Qasthalany: " Hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh At Turmudzy dan dihasanshahihkan, yaitu Nabi saw. bersabda: 

لعن الله زوارات القبور 

" Allah mengutuk perempuan yang banyak menziarahi kubur. "  

Hadits di atas ditujukan kepada kaum perempuan yang menziarahi kubur dengan meratap dan menangis atau kepada perempuan yang banyak sekali menziarahi kubur. Ada yang mengatakan, bahwa kaum perempuan tidak dilarang menziarahi kubur keluarganya. Mereka hanya diperintahkan bersabar dan bertakwa. 

Kesimpulan 

Hadits ini menunjukkan kepada ketawadhu'an ( kerendahan hati ) Nabi dan bahwa Nabi tetap memperhatikan amar ma'ruf wa nahyu ' anil munkar, dalam segala rupa keadaan.