Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendidikan Dalam Keluarga

Pendidikan Dalam Keluarga

Berbicara tentang proses pendidikan dalam setiap sistem pendidikan tidak akan sempurna kecuali harus meliputi pembicaran tentang falsafah, tujuan-tujuan, kebijaksanaan, kurikulum, metode-metode dan alat yang digunakan oleh proses itu dalam sistem tersebut. 

Baca juga: Kedudukan Ilmu Psikologi Dalam Islam

Begitu juga harus dibicarakan tentang institusi-institusi yang menjal ankan proses pendidikan atau memberi sumbangan ter- hadap perkembangannya. Juga harus dibicarakan tentang orang-orang yang mengelolakan proses itu dan orang-orang yang dilibatkan oleh proses itu termasuk murid-murid dan orang-orang yang menjadi sadaran pendidikan dan usaha yang dicurahkan dalam proses tersebut sebab semua ini adalah aspek-aspek bagi proses pendidikan. 

Dalam tulisan ini kita membatasi pembicaraan terhadap sebagian aspek itu saja secara mendalam. Di antara aspek-aspek yang akan kita bicarakan secara mendalam adalah instuusi-instusi pendidikan, orang-orang yang mengelolakan dan mengendalikannya, dan orang-orang yang mengambil dan menerima faedah dan manfaat dari pendidikan tersebut dalam rangka sistem Islam. 

Oleh sebab itu tepatlah judul yang telah dipilih dalam tulisan ini, yaitu: "Pendidikan Islam di Rumah", sebab ketiga-tiga (ayah, ibu dan Anak) dalam aspek proses pendidikan yang tersebut di atas itu dapat dicakup oleh judul tersebut. Oleh sebab itu marilah kita tinjau ketiga aspek pendidikan itu dengan ka camata Islam pada halaman-halaman berikut. 

Baca juga: Pendidikan Islam Menghadapi Perkembangan Zaman

Konsep Keluarga Dalam Islam 

Pemikiran sosial dalam Islam setuuju dengan pemikiran sosi- al modem yang mengatakan bahwa keluarga itu adalah unit pertama dan institusi pertama dalam masy arakat di mana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya, sebahagian besamya, bersifat hubungan-hubungan langsung. individu dan di situlah terbentuknya tahap-tahap awal proses pemasyarakatan (socializition), dan melalui interaksi dengannya ia memperoleh pengetahuan, ketrampilan, minat, nilai-nilai, emosi dan sikapnya dalam hidup dan dengan itu ia memperoleh ketenteraman dan ketenangan. 

Di situlah berkembang Pembentukan keluarga dalam Islam bermula dengan terciptanya hubungan suci yang menjalin seorang lelaki dan seorang perempuan melalui perkawinan yang halal, memenuhi rukun- rukun dan syarat-sy arat sahnya.

Oleh sebab itu kedua suami isteri itu merupakan dua unsur utama dalam keluarga. Jadi keluarga dalam pengertiannya yang sempit merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang isteri, atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang bersifat terus-menerus di mana yang satu merasa tenteram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masy arakat. 

Dan ketika kedua suami isteri itu dikaruniai seorang anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga ter sebut disamping dua unsur sebelumnya. 

Masing-masing unsur yang tiga ini, yaitu suami, isteri dan anak mempunyai peranan penting dalam membina dan menegak- kan keluarga, sehingga kalau salah satu unsur itu hilang, maka keluarga menjadi goncang dan keluarga kehilangan keseimbangan. 

Jika ia kehilangan unsur pertma iaitu suami atau bapa maka ia kehilangan tongkat utamanya iaitu pencari rezekinya, disamping kehilangan unsur kekuasaan, pimpinan, jaminan, tauladan yang baik dan sumber terpenting dalam pendidikan dan bimbingan. 

Kalau keluarga itu tidak mempunyai anak, maka dengan hilangnya sibapa keluarga itu juga hilang dan terhapus sama sekali namanya. Kalau unsur kedua yaitu siisteri atau siibu maka keluarga itu kehilangan sumber utama bagi ketenteraman, ketenangan, kasih- sayang yang harus wujud pada setiap keluarga. Yang paling banyak menerima akibat hilangnya interi adalah anak-anaknya, terutama kalau mereka masih kecil. 

Begitu juga kalau unsur ketiga hilang, yaitu anak-anak. Keluarga yang demikian tidak menikmati kebahagiaan sebesar-besarnya dalam dunia ini, sebagaimana ia selalu terancam oleh kegoncangan hidup yang kadang-kadang dapat menghapuskan namanya sama sekali dari permukaan bumi ini. 

Tentang pentingnya unsur anak-anak ini sendiri banyak ay at-ayat Al Qur-an dan Hadits yang menegaskan bagaimana tabi at manusia suka mempunyai anak sebagai salah satu perhiasan hidup dan sumber kebahagiaan umat manusia jika kanak- Kanak itu saleh. Seperti firman Allah swt "Dijadikan manusia Itu suka kepada wanita, an ak-anak dan emas dan perak yang beronggok-onggok". (Ali 'Imraan : 14, 15). Juga firman Allah s.w.t.dalam surat Al-Kahf ayat yang ke-46. 

Sabda Rasulullah s.a.w. "Sebaik-baiknya wanita adalah yang banyak anak" (R. Al Baih aqi). Juga sabada Rasulullah s.a.w. "Anak-anak adalah harum-haruman syurga". 

Dalam sebuah Hadits lain: "Kanak-kanak yang saleh adalah sal ah satu harum-haruman syurga" dalam "Makarim al Akhlaq". 

Perlu juga disebut di sini bahwa walaupun unsur anak-anak itu sudah dimasukkan dalam keluarga , ia masih tetap dalam pengertiannya yang sempit, sebab dalam pengertian Islam keluarga juga meliputi kaum kerabat, termasuklah s audara-saudara, nenek- datuk, paman-bibi, sepupu-sepupu dan lain-lain. 

Al marhum Abu Zahrah juga membagikan keluarga itu kepada tiga bagian penting. Unsur yang paling utama yang disebutkan oleh Abu Zahrah yaitu terdiri dari suami-isteri. Kemudian baru diikuti oleh unsur kedua anak- anak, dan unsur ketiga yang terakhir adalah kaum kerabat.

Kutipan Dari Buku yang ditulis oleh Hasan langgulung