Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Materi Surat Al-'Adiyat

Materi Surat Al-'Adiyat

1. MEMBACA SURAH AL-’ADIYAT

Nama surat Al-’Adiyat diambil dari lafal Al-’Adiyat yang terdapat pada ayat pertama surat tersebut. Al-’Adiyat artinya Kuda Perang yang berlari kencang. Surat Al-’Adiyat adalah surat ke-100 di dalam urutan surat yang ada dalam Al-Qur'an. Surat ini terdiri dari 11 ayat. surat Al-’Adiyat termasuk surat Makkiyah yang diturunkan setelah surat Al-Ashr.

Adapun asbabun nuzul surah Al Adiyat ini sebagaimana diriwayatkan al-Bazzar, Ibnu Abi Hatim, dan al-Hakim, dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw mengutus sekelompok pasukan berkuda, akan tetapi setelah sebulan lamanya, tidak ada kabar berita mengenai pasukan tersebut. Maka turunlah kelima ayat (ayat 1-5) ini.

Ayo, kita baca surah Al-’Adiyat berikut dengan sungguh-sungguh! Awali dengan membaca basmallah bersama:

Mari, amati cara gurumu melafalkan Surat Al-’Adiyat, Perhatikan gerak mulut dan panjang pendek ketika melafalkannya

Sebelum membaca surah Al-’Adiyat, cermati dahulu tulisan ayat pertama sampai dengan ayat terakhir.

Materi Surat Al-'Adiyat

Cermati dan tirukan pelafalan surah Al-’Adiyat di atas secara berulang-ulang sampai fasih dan lancar.

2. Mengartikan kosa-kata surat Al-’Adiyat:

وَالْعَادِيَاتِ

Demi kuda perang yang berlari kencang

لَشَهِيدٌ

menyaksikan

ضَبْحاً

engahan

لِحُبِّ 

cintanya

فَالْمُورِيَاتِ

pukulan yang mengeluarkan

الْخَيْرِ

Kepada harta

قَدْحاً

loncatan api

لَشَدِيدٌ

Sangat kuat

فَالْمُغِيرَاتِ

kuda yang menyerang

أَفَلَا

Maka apakah

tidak

صُبْحاً

di waktu Shubuh 

يَعْلَمُ

Mengetahui

فَأَثَرْنَ بِهِ

maka ia menerbangkan

إِذَا

Apabila

نَقْعاً

debu

بُعْثِرَ

disemburkan

فَوَسَطْنَ بِهِ

dia menyerbu ke tengah–tengah membawanya

مَا فِي

Apa yang 

di dalam

جَمْعاً

kumpulan

الْقُبُورِ

Kubur

إِنَّ

sesungguhnya

وَحُصِّلَ

Dan dilahirkan

الْإِنسَانَ

manusia

الصُّدُورِ

Dada

لِرَبِّهِ

kepada Tuhannya

إِنَّ

Sesungguhnya

لَكَنُودٌ

sangat ingkar

رَبَّهُم

Tuhan mereka

وَإِنَّهُ

 

dan sesungguhnya

بِهِمْ

tentang diri mereka

عَلَى

Atas

يَوْمَئِذٍ

Pada hari itu

ذَلِكَ

itu

لَّخَبِيرٌ

Maha Mengetahui


3. Menerjemahkan Surat Al-‘Adiyat

Terjemahan dari surat Al-'Adiyat secara lengkap adalah sebagai berikut:
  1. Demi Al Aadiyat , Dhabhah 
  2. Dan yang mencetuskan api 
  3. Dan yang menyerang diwaktu pagi 
  4. Maka ia menerangkan debu 
  5. Dan ia ketengah-tengah kumpulan
  6. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar kepada Tuhannya 
  7. Dan sesungguhnya ia itu menyaksikan 
  8. Dan sesungguhnya dia sangat mencintai kebaikan
  9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan sesuatu yang ada di dalam kubur 
  10. Dan diperlihatkan apa yang di dalam dada 
  11. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu maha Mengetahui keadaan mereka
Baca juga: Materi Surat Al-Qariah

4. Memahami Isi Kandungan Surat Al-‘Adiyat

Dinamakan denga surat Al Adiyaat karena Allah memulai nya dengan sumpah, menggunakan kata al adiyaat (Kuda para mujahid yang cepat mengahadapi musuh). Adapun makna yang terkandung didalamnya adalah sebagai berikut:

Pertama, Kuda Perang Ketika Menyerang Musuh

Pada surat Al ‘Adiyat ini, Allah bersumpah dengan kuda perang. Kuda di sini memiliki keistimewaan khusus dibandingkan hewan lainnya. Kuda tersebut dikatakan berlari kencang dengan terengah-rengah. Kuda tersebut memercikkan api karena sentakan kakinya yang mengenai batu saat berlari kencang. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya di waktu Shubuh. Lalu kuda tersebut menerbangkan debu-debu. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya hingga menebus ke tengah-tengah mereka. Inilah yang digunakan untuk bersumpah oleh Allah dalam awal-awal surat ini.

Yang kedua adalah Manusia Sangat Ingkar. Adapun isi sumpah dijelaskan mulai pada ayat, “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” Makna “al kanud” adalah al kafur, yaitu mengingkari nikmat Rabbnya. Demikian kata Ibnu ‘Abbas dan lainnya.

Al Hasan Al Bashri mengatakan,

هو الذي يعد المصائب، وينسى نعم ربه
“Manusia itu terus menghitung-hitung musibah. Namun melupakan betapa banyak nikmat yang telah Rabbnya beri.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 634).

Yang ketiga Manusia Akan Menyaksikan Kekufurannya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan, “dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya“. Ada dua tafsiran mengenai ayat di atas:
  • Allah akan menjadi saksi terhadap apa yang diperbuat manusia. Demikian dikatakan oleh Qotadah dan Sufyan Ats Tsauri. Maksudnya di sini adalah Allah akan membalas kekufuran manusia.
  • Manusia akan menjadi saksi atas kekufuran mereka sendiri. Demikian pendapat Muhammad bin Ka’ab Al Qurthubi..” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 635).
Yang keempat, Manusia Bakhil Karena Cinta Harta

Adapun ayat, وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” Khoir atau kebaikan dalam ayat ini yang dimaksud adalah harta. Namun ada dua pendapat dalam memaknakan ayat tersebut:
  • Manusia sangat cinta pada harta.
  • Manusia sangat pelit (bakhil).
Kedua makna di atas adalah makna yang shahih (benar) kata Ibnu Katsir.

Yang kelima, Kita harus Zuhud pada Dunia dan Ingat Kehidupan Akhirat

Selanjutnya Allah memotivasi untuk zuhud pada dunia dan bersemangat menggapai akhirat. Allah ingatkan pula apa yang terjadi setelah alam dunia. Perhatikan ayat selanjutnya, أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ (9) وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ (10) “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada?“

Yang dimaksudkan ayat di atas adalah “tidakkah mereka tahu bagaimana keadaan mayit yang dibangkitkan dari alam kubur?” Lalu disebutkan selanjutnya “tidakkah mereka tahu apa yang dikeluarkan dari dalam dada”, maksudnya adalah sesuatu yang nanti akan ditampakkan dari dalam hatinya? Artinya, segala rahasia dan apa yang tersembunyi dalam hati akan ditampakkan kelak.

Yang keenam, Allah Maha Mengetahui …

Dalam akhir ayat disebutkan, إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ
“Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” Maksudnya -kata Ibnu Katsir- bahwa Allah mengetahui segala yang mereka perbuat dan akan membalasnya, juga sama sekali Allah tidak berbuat zhalim sedikit pun kepada manusia.

Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah mengetahui perbuatan hamba yang lahir dan batin, yang nampak maupun yang tersembunyi. Allah pun akan membalas perbuatan tersebut. Balasan itu diberikan atas dasar Allah mengetahui apa yang manusia perbuat.”

5. Tafsir Surat Al-‘Adiyat

Firman Allah (وَالْعَادِيَاتِ), Demi Al Aadiyat, Allah bersumpah dengan kuda yang dilarikan di jalan Allah. (ضَبْحاً) yaitu suara yang terdengar dari kuda ketika lari. (فَالْمُورِيَاتِ قَدْحاً) Dan yang mencetuskan api. Sepatu kuda-kuda itu memukul batu dengan keras hingga menimbulkan percikan api darinya. (فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحاً) Dan menyerang diwaktu pagi. Serangan itu dilakukan pada pagi hari, sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam melakukan penyerangan diwaktu pagi dan mendengarkan Adzan maka beliau menyerang.

Dan firman-Nya: فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعاً Maka ia menerbangkan debu, di tempat bertempurnya kuda-kuda itu, tengah kumpulan. Kuda-kuda itu masuk ditengah-tengah pertempuran secara keseluruhan.

Berkata Ibnu Abu Hatim dari Abdullah, bahwa “Al-‘Adiyat” adalah onta, berkata Ali “Al Adiyat” adalah onta, dan berkata Ibnu Abbas “Al Adiyat” adalah kuda, ketika pendapat Ibnu Abbas itu disampaikan kepada Ali, maka Ali berkata: Pada saat perang Badar kami tidak memiliki kuda, berkata Ibnu Abbas, akan tetapi itu terjadi pada suatu kelompok perang yang diutus.

Berkata Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas yang berkata kepadanya, ia berkata, ketika aku sedang duduk datang seseorang lalu ia bertanya kepadaku tentang “Al Adiyat Dhabhan”, maka aku katakan kepadanya yaitu kuda ketika melakukan penyerangan dijalan Allah, kemudian orang itu pergi menemui Ali R.A yang sedang berada di Zam-Zam, lalu orang itu bertanya kepada Ali tentang “Al Adiyat Dhabhan”, maka Ali berkata, apakah engkau pernah bertanya kepada seseorang tentang hal ini sebelum bertanya kepadaku ? orang itu menjawab: Ya, Aku telah bertanya kepada Ibnu Abbas dan ia menjawab yaitu kuda ketika melakukan penyerangan dijalan Allah, Ali berkata, pergi dan panggil dia kehadapanku, maka ketika aku telah berada dihadapannya, ia berkata, apakah engkau menjawab pertanyaan manusia dengan apa yang tidak engkau ketahui, demi Allah sesungguhnya perang yang pertama kali dalam Islam adalah perang Badar, dimana saat itu kami hanya memiliki dua ekor kuda, yaitu kuda milik Az-Zubair dan kuda milik Al Miqdad.

Berkata Ibnu Abbas maka aku mencabut kembali pendapatku dan aku berpendapat seperti apa yang dikatakan oleh Ali R.A Diantara mereka yang berpendapat pada pendapat Ali R.A adalah Ibrahim dan Ubaid bin Umair, dan yang berpendapat dengan pendapat Ibnu Abbas adalah Mujahid, Ikrimah, Atha, Qatadah, dan Adh-Dhahhak kemudian Ibnu Jarir memilih pendapat Ibnu Abbas ini. Berkata Ibnu Abbas dan Atha tidak ada seekor binatang pun yang mengeluarkan suara ketika berlari selain kuda dan anjing.

Berkata Ibnu Juraij dari Atha, Aku mendengar Ibnu Abbas menggambarkan Dhabhan dengan kalimat " ah.... .ah " dan mereka berpendapat tentang firman-Nya: فَالْمُورِيَاتِ قَدْحاً (Dan yang mencetuskan api), yaitu api itu berasal dari telapak-telapak kaki kuda, ada pula yang berpendapat, bahwa api itu timbul karena peperangan yang timbul diantara para penunggang kuda itu. Ada juga yang berpendapat, api itu dinyalakan ketika mereka kembali kebarak-barak mereka diwaktu malam. Ada juga yang berpendapat api unggun yang dinyalakan oleh para penduduk, kedua pendapat terakhir ini di ungkapkan oleh mereka yang menafsirkan Al ' Adiyat dengan kuda, sedangkan yang menafsirkan Al'Adiyat dengan onta, maka mereka berpendapat api itu dinyalakan di Muzdalifah. Berkata Ibnu Jarir yang benar adalah pendapat yang pertama, bahwa “Al-'Adiyat” itu adalah kuda ketika memercikkan api dari telapak kaki-telapak kakinya.

Sedang firman-Nya: فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحاً (Dan yang menyerang diwaktu pagi), berkata Ibnu Abbas dan lainnya adalah Serangan yang dilakukan oleh kuda-kuda itu di pagi hari di jalan Allah, sementara yang menafsirkan dengan onta berpendapat yaitu melakukan pertahanan di pagi hari dari Muzdalifah sampai Muna (Mina).

Baca juga: Materi Surat Al-Fiil

Mereka yang memiliki pendapat berbeda ini sependapat tentang firman Allah فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعاً (Maka ia menerbangkan debu), maksudnya adalah tempat yang dilalui itu menerbangkan debu-debu baik karena peperangan ataupun karena haji.

Dan firman-Nya: فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعاً (Dan ia ketengah-tengah kumpulan), berkata Al ' Uufi dari Ibnu Abbas yaitu kumpulan musuh yang terdiri dari kumpulan orang kafir.

Dan firman-Nya إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar kepada Tuhannya). Inilah yang Allah sumpahi, yaitu bahwa manusia sangat kufur dan sangat ingkar terhadap ni'mat-ni'mat Allah yang telah Allah berikan kepadanya. Berkata Ibnu Abbas dan lainnya “Al Kanud” artinya Al Kufur (ingkar), berkata Al Hasan “Al Kanud”, artinya orang yang menghitung hitung musibah dan lupa akan ni'mat-ni'mat Allah kepada-Nya.

Berkata Ibnu Abu Hatim, dari Abu Amamah, ia berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ' Alaihi Wa Salam: " Sesungguhnya manusia itu sangat “kanud” kepada Tuhannya, " beliau bersabda: "Al Kanud adalah seorang yang makan seorang diri, memukul budaknya dan mencegah diri untuk memberi pemberian kepada orang lain, " (hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari hadits I'tariz bin Utsman dari Hamzah bin Hani dari Abu Amamah yang di maukufkan).

Dan firman-Nya وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ (Dan sesungguhnya ia itu menyaksikan). Berkata Qatadah dan Sufyan Ats-Tsauri sesungguhnya Allah amat menyaksikan hal itu, dan mungkin pula kata "ia" dalam ayat ini adalah kembali kepada manusia, pendapat ini diungkapkan oleh Muhammad bin Ka'ab Al Qurdzi, hingga arti ayat ini adalah, bahwa sesungguhnya manusia menyaksikan akan perbuatannya yang ingkar itu, kesaksian itu diungkapkan dengan lidahnya sendiri atau akan nampak kesaksiannya itu dari kata-kata serta perbuatan-perbuatannya sebagaimana firman Allah: “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan Masjid-masjid Allah, sedang mereka sendiri mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Surat At-taubah ayat ke-17).

Dan firman-Nya وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (dan sesungguhnya ia sangat mencintai kebaikan). Sesungguhnya manusia dalam mencintai kebaikan yaitu harta sangat berlebihan, dalam menafsirkan ayat ini terdapat dua pendapat, Pertama: Sesungguhnya manusia itu sangat besar kecintaannya terhadap harta, kemudian pendapat kedua: Sesungguhnya manusia amat tamak dan amat bakhil karena cintanya terhadap harta, dan kedua pendapat ini adalah benar.

Kemudian Allah SWT berfirman dalam rangka mengajak manusia untuk bersikap Zuhud terhadap dunia dan bersikap cinta terhadap akhirat, juga Allah memberi peringatan kepada manusia apa yang akan mereka alami setelah ini. أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ (Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan sesuatu yang ada di dalam kubur), mengeluarkan sesuatu yang ada dari dalam kubur berupa mayat-mayat, وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ (dan diperlihatkan apa yang ada di dalam dada). Berkata Ibnu Abbas serta lain-lainnya, menampakkan dan memperlihatkan sesuatu yang selama ini mereka rahasiakan dalam diri mereka.

Firman Allah إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ (Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu maha mengetahui keadaan mereka). Allah mengetahui seluruh perbuatan manusia dan Allah akan memberikan mereka balasan yang sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan didunia, tanpa melakukan kecurangan sebesar biji Dzarrah sekalipun.

Rangkuman:
  1. Surah Al-'Adiyat tergolong surah Makkiyah , Surah ini diturunkan di kota Mekah.
  2. Surah ini terdiri dari 11 ayat , diturunkan setelah surah Al-' Aşr. Termasuk surah ke-100 dalam Al-Qur'an
  3. Al-‘Adiyāt artinya kuda perang yang berlari kencang.
  4. Isi pokok surah Al-'Adiyat adalah manusia yang ingkar terhadap Allah dan mencintai harta benda.
  5. Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk selalu taat dan tunduk terhadap perintah Allah, tidak boleh ingkar , tidak boleh berlebihan mencintai harta benda, menjadi orang yang dermawan dan murah hati terhadap fakir miskin.
  6. Sebab turun surah ini, segerombolan pasukan kuda yang bertempur melawan musuh dan melukiskan tentang kepahlawanan mereka .