Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Materi Surat Ad-Dhuha

Materi Surat Ad-Dhuha

1. Membaca Surat Ad-Dhuha
Surat Ad-Dhuha merupakan merupakan urutan surah yang ke-93 dalam al-Qur 'an. Surah Ad-Dhuha terdiri dari 11 ayat yang terletak antara surat Asy-Syam dan surat Al-Insyirah. Surat ini termasuk golongan surah Makkiyah karena diturunkan di kota Makah. Surah ini disebut Ad-Dhuha yang artinya "Waktu Dhuha". Surah Ad-Dhuha diturunkan setelah Surat Al-Fajr.

Ayo, kita baca surah Ad-Dhuha berikut dengan sungguh-sungguh! Awali dengan membaca basmallah bersama:

Mari, amati cara gurumu melafalkan Surat Ad-Dhuha, Perhatikan gerak mulut dan panjang pendek ketika melafalkannya

Sebelum membaca surah Ad-Dhuha, cermati dahulu tulisan ayat pertama sampai dengan ayat terakhir.

Materi Surat Ad-Dhuha

Cermati dan tirukan pelafalan surah Ad-Dhuha di atas secara berulang-ulang sampai fasih dan lancar.


Baca juga: Materi Surat Al-Qari'ah

2. Mengartikan kosa-kata surat Ad-Dhuha:

LAFADH

ARTI

LAFADH

ARTI

وَالضُّحَى

Demi waktu dhuha

وَاللَّيْلِ

Dan demi malam

إِذَا

apabila

سَجَى

Telah sunyi

مَا

tidak

وَدَّعَكَ

Meninggalkan engkau

رَبُّكَ

Tuhanmu

وَمَا

Dan tidak

قَلَى

membenci

وَلَلْآخِرَةُ

Dan sungguh kemudian itu

خَيْرٌ

Lebih baik

لَّكَ

bagimua

مِنَ

dfari

الْأُولَى

Yang permulaan

وَلَسَوْفَ

Dan sungguh akan

يُعْطِيكَ

Memberikan kepadamu

فَتَرْضَى

Maka kamu puas

أَلَمْ

bukankah

يَجِدْكَ

Dia mendapatimu

يَتِيماً

Seorang yatim

فَآوَى

Dia melindungimu

وَوَجَدَكَ

Dan Dia mendapatimu

ضَالّاً

Seorang yang bingung

فَهَدَى

Dia beri petunjuk

عَائِلاً

Seorang yang kekurangan

فَأَغْنَى

Dia memberi kecukupan

فَأَمَّا

Maka terhadap

الْيَتِيمَ

Anak yatim

فَلَا

Maka janganlah

تَقْهَرْ

Sewenang-wenang

وَأَمَّا

Dan terhadap

السَّائِلَ

Orang yang meminta-minta

تَنْهَرْ

menghardiknya

بِنِعْمَةِ

Dengan nikmat

رَبِّكَ

Tuhanmu

فَحَدِّثْ

Hendaklah engkau nyatakan


Baca juga: Materi Surat Al-Fiil

Terjemahan:
  1. Demi waktu Dhuha
  2. Dan demi malam apabila telah sunyi
  3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu
  4. Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan
  5. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu kamu menjadi puas
  6. Bukankah dia mendapatkanmu sebagai seorang yatim, lalu ia melindungimu
  7. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk
  8. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan
  9. Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang wenang
  10. Dan terhadap orang yang minta, janganlah kamu menghardiknya
  11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebutnya.
Baca juga: Materi Surat Al-Bayyinah

3. Sebab Turunnya Surat Ad-Dhuha

Surah ad-Duha adalah surah yang ke 93, yaitu setelah surah al-Lail dan sebelum surah asy-Syarh (Ad-Dhuha). Termasuk golongan surah Makkiyyah. Terdiri dari 11 ayat. Nama Ad-Duha diambil dari ayat pertama yang artinya “ketika matahari naik sepenggalah”.

Turunnya surah ad-Dhuha ini merupakan berita yang sangat menggembirakan bagi Nabi Muhammad Saw, yang sebelumnya dirundung duka. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, serta selain keduanya, bahwa Jundub telah menceritakan Rasulullah Saw, sakit sampai tidak bisa bangun untuk melaksanakan shalat tahajud selama dua atau tiga malam. Rasulullah merasa sedih karena tidak ada wahyu yang turun lagi yang disebut sebagai Fatratul Wahyi (masa kekosongan tidak turunnya wahyu).

Rasulullah diejek oleh seorang perempuan kafir istri Abu Lahab dengan mengatakan: " Wahai Muhammad sesungguhnya aku mengharapkan kalau syaithanmu (yang dimaksud adalah malaikat Jibril) itu telah meninggalkanmu, aku tidak melihatnya lagi di dekatmu semenjak dua atau tiga malam. Maka Allah menurunkan Surah ad-Duha ayat 1-3.

Sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

الأسود بن فنس قال: سمعت جندب بن سفيان رضي الله عنه يقول: إشتكى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فلم يقم ليلتين أو ثلا ثا فجاءته المرأة ، فقالت: يا محمدا إني لأرجوا أن يكون شيطا نك قد تركك ، لم أره فربك منذ ليلتين أوثلاث ، قال: فأنزل الله عزوجل (والضحى . والليل إذا سجي. ما ودعك رنك وماقلي) (رواه البخاري و مسلم)

Artinya:
" Diriwayatkan oleh Al-Aswad bin Qais, dia berkata: Saya pernah mendengar Jundab bin Sufyan ra mengatakan, " Suatu ketika Rasulullah Saw sakit sehingga beliau tidak bangun untuk shalat tahajud selama dua atau tiga malam, lalu beliau didatangi oleh seorang perempuan kafir seraya mengatakan, Hai Muhammad, saya benar benar berharap agar setanmu meninggalkanmu (tidak mempedulikanmu) yang sejak dua atau tiga malam saya tidak melihatnya di dekatmu. " Kata Al-Aswad: Maka Allah Azza wa Jalla menrunkan ayat (yang artinya), (Demi waktu Duha dan demi waktu malam, apabila telah sunyi Tuhanmu tidaklah meninggalkanmu dan tidak pula membencimu ' (Qs ad-Duha 1-3). "

Dalam Riwayat Sufyan bin Uyainah dari Al Aswad bin Qais mendengar Jundub, ia berkata, Malaikat Jibril lama tidak datang menjumpai Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam, maka orang-orang musyrik berkata, Muhammad telah ditinggalkan Tuhannya, maka Allah menurunkan ayat ini: والضحى { 1 } واليل إذا سحى { ٢ } ما ودعك ربك ومـا قلـى (Demi waktu Dhuha. Dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tiada meninggal kan kamu dan tiada pula benci kepadamu).

Berkata Ibnu Abu Hatim, tentang hadits dari Jundub berkata, Rasululah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam melempar batu dijari-jarinya, lalu beliau bersabda: “ Engkau hanyalah jari-jari yang berdarah, dan dijalan Allah mengapa aku tidak menemukan ?. “ Jundub berkata, maka beliau tidak bangun untuk shalat Tahajud selama dua atau tiga hari, lalu seorang wanita berkata kepadanya, Aku melihat syaitanmu sudah pergi meninggalkanmu, maka turunlah ayat 1 sampai 3 dari surat Ad-dhuha, dan disebutkan bahwa wanita itu adalah istri Abu Lahab.

Di sini disebutkan bahwa jari-jari Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam berdarah, hadits ini telah ditetapkan pula dalam shahihain, ‘ akan tetapi yang aneh disini adalah, bahwa jari-jari beliau yang berdarah itu adalah penyebab beliau meninggalkan shalat Tahajud, dan penyebab diturunkannya ayat ini.

Dalam riwayat At-Tirmidzi melalui jalan Sufyan bin Uyainah dari Al Aswad bin Qais dari Jundub Al Bajli ia berkata, Aku bersama-sama Nabi Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam disuatu Goa lalu jari jari beliau berdarah, maka Nabi Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam bersabda: “ Engkau adalah jari-jari yang berdarah, dan dijalan Allah mengapa aku tidak menemukan, “ Al Bajli berkata, lalu Malaikat Jibril lama tidak datang bertemu beliau, kemudian orang-orang musyrik berkata, Muhammad telah ditinggalkan, maka Allah menurunkan ayat: مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى (Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula membencimu). (At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini adalah hadits Hasan dan Sahih).

4. Memahami Isi Kandungan Surat Ad-Dhuha

Ayat 1-2 Allah Swt. bersumpah mengunakan dua waktu yaitu waktu dhuha dan waktu malam. Waktu dhuha yakni waktu matahari sepenggalah naik. Waktu pagi hari merupakan waktu yang sangat sejuk. Badan masih segar bugar karena habis bangun tidur. Pagi hari merupakan waktu di mana manusia mulai beraktifitas. Sedangkan waktu malam hari merupakan waktunya manusia beristirahat. Malam hari merupakan gambaran suasana tenang.

Ayat 3 Memberikan jawaban bahwa Allah Swt. tidak meninggalkan dan membenci nabi Muhammad Saw, ayat ini diturunkan setelah selang beberapa waktu, yaitu selama lima belas hari wahyu tidak turun kepada nabi Muhammad Saw., sehingga orang kafir mengatakan: " Sesungguhnya Tuhan Muhammad Saw. telah meninggalkannya dan membencinya. "

Ayat 4 menjelaskan bahwa kehidupan di akhirat itu lebih baik dari pada kehidupan di dunia. Kehidupan di akhirat itu penuh dengan kemuliaan.

Ayat 5 Allah Swt. memberikan kabar gembira kepada nabi Muhammad Saw, bahwasanya Allah Swt. akan memberikan kebahagiaan yang berlimpah ruah kelak di akhirat. Sehingga beliau menjadi puas dan bahagia. Rasulullah Saw. bersabda: " Kalau begitu, mana mungkin aku puas, sedangkan sesorang di antara umatku masih berada di neraka ". Dalam tafsir Ibnu Katsir, telah disodorkan kepada Rasulullah karunia yang disediakan bagi umatnya satu peti satu peti. Dan Allah Swt. akan memberinya sejuta istana kelak di surga. Maka Rasulullah menjadi bergembira mendengar hal tersebut.
Ayat 6, 7, dan 8 menceritakan keadaan Rasulullah Saw. sebelumnya, yaitu: Sebagai seorang yatim, di mana ayahnya telah meninggal dunia sebelum beliau dilahirkan. 

Walaupun dilahirkan dalam keadaan yatim, tetapi Allah Swt. tetap menjaganya. Dengan cara menyerahkan Muhammad Saw. kepada pamannya Abu Talib untuk diasuh. Sebagai seorang yang bingung (mengenai syariat yang harus dijalankan) karena pada waktu itu bangsa Arab peradabannya kurang baik yaitu sebagai penyembah berhala dan budi pekertinya (akhlaknya) rendah. Kemudian Allah Swt. memberikan petunjuk kepada kebenaran.-Sebagai seseorang yang kekurangan atau orang yang fakir. Beliau ditinggalkan ayahnya tanpa meninggalkan harta benda. Allah Swt. memberikan kecukupan harta benda dari berdagang, ganimah dan dari lain-lainnya, sehingga beliau menjadi puas dan bahagia.

Pada ayat ke -9 dan 10 menjelaskan bahwa nabi Muhammad Saw. telah mendapatkan karunia yang luar biasa dari Allah Swt. (sebagai anak yatim beliau dilindungi, diberi petunjuk dari kebingungan, dan telah diberi kecukupan harta benda), sehingga beliau diperintahkan untuk melindungi anak yatim dan bersikap baik terhadap peminta-minta. Ini berarti bahwa nabi Muhammad Saw. dituntut untuk memiliki sikap kepedulian terhadap sesama. Melindungi anak yatim yaitu dengan cara tidak mengambil hartanya atau lain lainnya yang menjadi milik anak yatim, dan mengasuhnya. Bersikap baik terhadap peminta minta yaitu kita tidak boleh membentak, meledek, dan bahkan merendahkan harga dirinya karena kemiskinannya. Terhadap peminta-minta juga dilarang untuk mengusimnya. Dilarang menyakiti dengan perkataan yang kasar.

Dan dalam ayat ke-11 ini Allah Swt. tegaskan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk mensyukuri nikmat Allah Swt. yang luar biasa berupa kenabian dan nikmat-nikmat yang lain yang telah diberikan kepadanya. Yaitu dengan jalan menyebut, mensyukuri, dan mengingat nikmat Allah Swt. Menyebut nikmat Allah SWT. itu bukan bertujuan untuk riya atau menyombongkan diri tetapi sebagai wujud mensyukuri nikmat Allah Swt.

5. Tafsir Surat Ad-Dhuha

Pada ayat pertama dari surat Ad-Dhuha ini berkenaan dengan sumpah Allah dengan waktu Dhuha dimana waktu itu Allah menjadikan bercahaya. Ayat ke-2: وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى (Dan demi malam apabila telah sunyi), tenang dan menjadi gelap, ini adalah pendapat Mujahid, qatadah, Adh-Dhahhak, Ibnu Zaid serta lain-lain, dan ini merupakan bukti yang nyata tentang kekuasaan yang Maha Mencipta, ini sama dengan kandungan kandungan ayat 1 dan 2 dari surat Al-Lail: (Demi malam dan apabila menutupi. Dan siang apabila terang ben derang). Juga sesuai dengan Firman Allah yang berbunyi: فالق الإستباح وجعل اليل سكنا والشمس والقمر حسبانا ذلك تقدير العزيز العليم (Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristi rahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan, itulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi mengetahui) (Al An’am: 96).

Firman-Nya “Wadda ‘ aka” artinya “Tarakaka” yaitu meninggalkan mu, “Qalaa” artinya “Abgahadha” yaitu merah atau benci.
Dan firman Allah: وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى (Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan), maksudnya kehidupan akhirat adalah lebih baik bagimu daripada kehidupan didunia ini, oleh karena itulah Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam adalah manusia yang paling zuhud didunia ini sebagaimana dapat diketahui dari sejarah kehidupan beliau.

Berkata Imam Ahmad tentang riwayat dari Ibnu Mas’ud:
عن عبد الله قال اضطجع رسول الله صلى الله عليه وسلم على حصير فأثر فـي جنبه فلما استيقظ جعلت أمسح جنبه فقلت يا رسول الله ألا أذنتنا حتى نبــسط لك على الحصير شيئا , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما لي وللدنيا ما أنـا والدنيا إنما مثلي ومثل الدنيا كراكب ظل تحت شجرة ثم راح وتركها
Dari ‘ Abdullah yaitu Ibnu Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam tidur berbaring di atas tikar lalu beliau bangun dan terlihat bekas tikar pada tubuhnya, aku membersihkan bekas tikar itu dari tubuhnya, dan aku berkata: “ Wahai Rasulullah, apakah engkau mengizinkan aku untuk membentangkan sesuatu di atas tikar itu ?, “ maka Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam bersabda: “ Apakah arti diriku dibandingkan dunia ini, sesungguhnya permisalan diriku terhadap dunia ini adalah bagaikan seorang yang berkelana kemudian ia berteduh di bawah sebuah pohon, lalu setelah berteduh ia pergi dan meninggalkan tempat berteduh itu. “ (Hadits ini diriwayat pula oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadits Al Mas’udi, At-Tirmidzi berkata: hadits ini adalah Hasan Shahih).

Dan firman-Nya: وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (Kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu kamu menjadi puas). Di kehidupan akherat nanti Allah akan memberikan karunia-Nya kepada Muhammad Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam hingga beliau menjadi puas terhadap umatnya, serta puas pula dengan apa yang di sediakan Allah kepada-Nya berupa kemuliaan yang diantaranya adalah sungai Al Kautsar yang didua tepinya terdapat Kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya adalah kesturi serta sebagaimana disebutkan pada keterangan di bawah ini.

Hadits dari Abdullah bin Abbas dari ayahnya, ia berkata, ditampakkan kepada Muhammad Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam sesuatu yang terbuka bagi umatnya berupa kehidupan surga lalu hal itu diterangkan, maka Allah menurunkan ayat: وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu kamu menjadi puas), Allah memberikan kepadanya seribu Istana disurga disetiap istana terdapat sesuatu yang layak baginya yaitu para istri-istri serta para pelayan, (hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim).

Dan berkata As-Suda dari Ibnu Abbas, bahwa diantara kepuasan yang dirasakan oleh Muhammad Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam adalah bahwa tak satupun diantara anggota keluarganya masuk kedalam neraka, (hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim).

Dan berkata Al Hasan: “ Muhammad Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam merasa puas dengan Syafa’at yang ia berikan kepada umatnya, “ pendapat ini dilontarkan pula oleh Abu Ja’far Al Baqir.
Dan berkata Abu Bakar bin Abu Syaibah, berkata kepada kami Mu’awiyah bin Hisyam dari Ali bin Shaleh dari Yazid bin Abu Ziyad dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah, ia berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam: “ Sesungguhnya kami Ahlul Bait (keluarga Nabi Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam), Allah telah memilih bagi kami kehidupan akherat dari pada dunia, dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepada kamu lalu kamu menjadi puas.

Kemudian Allah SWT berfirman dalam rangka menghitung nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada hamba-Nya dan Rasul-Nya yaitu Muhammad Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam: أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيماً فَآوَى (Bukan Dia mendapatimu sebagai seorang Yatim, lalu Dia melindungimu). Ayahnya wafat saat ia dalam kandungan ibunya, ada juga yang mengatakan setelah beliau dilahirkan, kemudian ibunya Aminah binti Wahab wafat saat beliau berumur enam tahun.

kemudian beliau diasuh oleh kakeknya yaitu Abdul Muthallib hingga ia wafat saat itu beliau berumur delapan tahun, kemudian ia diasuh oleh pamannya yaitu Abu Thalib yang terus menerus melindungi dan membantu beliau, walaupun demikian Abu Thalib tetap pada agama nenek moyangnya yaitu menyembah patung, semua itu adalah ketetapan Allah dan ia tetap mengurus Muhammad Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam hingga Abu Thalib wafat beberapa saat sebelum Hijrah, sepeninggalan Abu Thalib itu maka orang-orang bodoh suku Quraisy bertambah berani untuk menentang Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam, maka Allah memberi petunjuk kepada Muhammad Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam untuk Hijrah meninggalkan negeri Shar, ketika orang-orang yang hijrah (Muhajirin) bertemu dengan kaum Anshar maka mereka saling bahu membahu untuk menegakkan agama Allah dengan pertolongan Allah.

Semua ini adalah di bawah perlindungan Allah dan pertolongan Allah. Dan firman-Nya: وَوَجَدَكَ ضَالّاً فَهَدَى (Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberikan petunjuk). Ini sama dengan firman Allah:
وكذليك أوحينا إليك روحا من أمرنا ماكنت تدري ما الكتـاب ولا الإيمـان ولكن جعلناه ثورا تهدي به من نشاء من عبادنـا
( Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah kami, sebetulnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kamu kehendaki diantara hamba-hamba kami) (Asy-Syura: 52).

Ada juga yang berpendapat maksudnya, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam tersesat dipegunungan Mekah saat masih kecil kemudian ia berhasil pulang, ada juga yang berpendapat bahwa beliau tersesat bersama temannya dalam perjalanan menuju Syam, saat itu beliau mengendarai onta di malam hari, lalu iblis datang dan menyesatkan jalannya, kemudian Malaikat Jibril datang menunjukkan jalan yang sebenarnya. Kedua kisah ini diriwayatkan oleh Al Baghwi.

Dan firman-Nya: وَوَجَدَكَ عَائِلاً فَأَغْنَى (Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan). Dahulunya engkau adalah seorang fakir memiliki tanggungan untuk yang diberi nafkah, lalu Allah menjadikan kamu cukup hingga tidak butuh pada selain Allah, dengan demikian tercermin dua sikap beliau yaitu seorang fakir yang sabar dan seorang kaya yang bersyukur.

Berkata Qatadah tentang firman Allah: أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيماً فَآوَى . وَوَجَدَكَ ضَالّاً فَهَدَى . وَوَجَدَكَ عَائِلاً فَأَغْنَى . (Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu, dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberimu petunjuk. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan). Beliau berkata, semua keadaan-keadaan Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam adalah sebelum beliau diutus Allah untuk menjadi utusan-Nya. (Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim).

Dalam shahihain melalui jalan ‘ Abdurrazaq dari Ma’mar dari Hamam bin Munabbih, ia berkata, ini adalah sesuatu yang Abu Hurairah katakan kepada kami, Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam bersabda:
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ليس الغنى عن كـثرة العـرض ولكن الغنى غنى النفس
“ Bukanlah dikatakan orang kaya karena banyaknya harta, akan tetapi orang kaya itu adalah orang yang memiliki kekayaan jiwa, “
dalam shahih Muslim
عن عبد اللـه ابن عمرو بن العاص أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال قد أفلح من أسـلم ورزق كفافا وقنعه الله بما آتاه
Dari Abdullah bin Amru, ia berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam: “Sesungguhnya berbahagialah orang yang telah Islam, dan diberikan rejeki yang memadai, serta merasa puas dengan apa yang Allah berikan kepadanya”.

Kemudian Allah SWT berfirman: فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ (adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang wenang), maksudnya, bagaimana saat engkau yatim maka Allah melindungimu, maka dari itu janganlah engkau berlaku sewenang wenang, jangan menghinanya, jangan membentaknya dan jangan merendahkannya, akan tetapi berbuat baiklah padanya dan berlemah lembutlah kepadanya. Qatadah berkata: “ Terhadap anak yatim maka Dan hendaklah kamu menjadi seorang yang penyayang. Dan firman Allah: وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ (terhadap orang yang minta maka janganlah kamu menghardiknya).

Sebagaimana engkau mengalami kebingungan lalu Allah memberimu petunjuk maka janganlah engkau menghardik orang yang meminta ilmu sebagai petunjuk hidupnya. Berkata Ibnu Ishaq: وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ (terhadap orang yang minta maka janganlah kamu menghardiknya). Maksudnya: “ Janganlah engkau menjadi seorang yang sombong, jangan pula menjadi seorang yang penindas, jangan berbuat buruk dan jangan bersifat keras terhadap hamba-hamba Allah yang lemah.

Berkata Qatadah: “ Maksudnya adalah bersikap lembut dan kasih sayang terhadap orang miskin. “ dan firman Allah: وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyambutnya).

Sebagaimana sebelumnya engkau adalah seorang fakir lalu Allah menjadikan kamu cukup, maka menyebutlah akan ni’mat Allah itu kepadamu sebagaimana di sebutkan dalam do’a Nabi Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam: واجعلنا شاكرين لنعمتك مثنين بها قابليها وأنمها علينا “ )Dan masukkanlah kami kedalam orang-orang yang bersyukur atas ni’mat yang telah engkau berikan kepada kami berupa ni ‘ mat yang paling sempurna).

Berkata Ibnu Jarir, keterangan dari Abu Nadhrah, ia berkata, kaum Muslimin berpendapat bahwa diantara ungkapan mensyukuri ni’mat adalah dengan menyebut ni’mat itu.

Berkata ‘Abdullah bin Imam Ahmad
عن النعمان بن بشير قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم على المنبر من لم يشكر القليل لم يشكر الكثير ومن لم يشكر الناس لم يشكر الله عـز وجل والتحدث بنعمة الله شكر وتركها كفر والجماعة رحمة والفرقة عذاب
Dari An-Nu’man bin Basyir, ia berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam dari atas mimbar: “ Barang siapa yang tidak bersyukur pada yang sedikit maka ia tidak bersyukur pada yang banyak, barang siapa yang tidak bersyukur dengan manusia maka ia tidak bersyukur pada Allah, menyebut akan ni’mat Allah berarti ia telah bersyukur dan tidak menyebutnya berarti ia telah kufur, berjama’ah adalah rahmat sedangkan perpecahan adalah azab, “ (sanad hadits ini adalah lemah).

Dalam sunan Abu Daud:
عن أنس أن المهاجرين قالوا يـا رسول الله ذهبت الأنصار بالآجر كله قال لا ما دعوتم الله لهم وأثنيتم عليهم
Dari Anas bahwa golongan Muhajirin berkata, wahai Rasulullah, apakah semua pahala milik orang-orang Anshar secara keseluruhan ?, lalu beliau bersabda: “ Tidak, selama kalian tetap berdo’a kepada Allah kebaikan mereka dan kalian menguji mereka." (hadits ini dikeluarkan oleh Abu Daud no: 4817 bab Adab dan Al-Tirmidzi no: 2487 bab ciri-ciri kiamat, Al Albani menyatakan bahwa hadits ini adalah shahih)

Berkata Abu Daud:
عن أبي هريـرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال لا يشكر الله من لا يشكر الناس
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam: “ Tidaklah seseorang bersyukur kepada Allah jika ia tidak bersyukur kapada manusia, “ (diriwayatkan pula oleh At-Tirmidzi dari Ahmad bin Muhammad Ibnu Al Mubarak dari Ar-Rabi ‘ bin Muslim, dan At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini adalah shahih).
Berkata Abu Daud:
عن جابر عـن النبي صلى الله عليه وسلم قال من أبلي بلاء فذكره فقد شكره وإن كتمه فقد كفره
dari Jabir dari Nabi Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam, beliau bersabda: “ Barang siapa ditimpa suatu bala lalu ia menyebutkannya maka sesungguhnya ia bersyukur, dan barang siapa yang menyembunyikannya maka sesungguhnya ia telah kufur (terhadap ni’mat itu), “ (yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Daud seorang).

Berkata Mujahid, kenikmatan yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘ Alaihi Wa Salam adalah ni’mat kenabian, dan dalam suatu riwayat dari Mujahid, keni’matan itu adalah Al Qur’an, وأما بنعمة ربك فحدث, berkata Laits dari seseorang dari Al Hasan bin Ali (dan terhadap ni’mat Tuhanmu hendaklah kamu menyebutnya), ia berkata: “ Perbuatan baik yang telah engkau lakukan maka hendaklah engkau menyebutnya kepada saudara-saudaramu. “ Berkata Muhammad bin Ishaq: “ Segala sesuatu yang engkau dapati dari Tuhanmu berupa ni’mat, kemuliaan dan kenabian maka hendaklah kamu menyebutnya dan mengingatnya, “ Muhammad bin Ishaq berkata: “ Allah menjadikan Rasulullah sebagai seorang yang menyebut dan mengingat ni’mat Allah yang telah Allah berikan kepadanya berupa ni’mat kenabian. “

Rangkuman:

Kesimpulan dari isi kandungan surah ad-Duha sebagai berikut:
  1. Allah Swt. tidak menurunkan wahyu sementara kepada nabi Muhammad Saw. itu bukan karena benci atau tidak senang.
  2. Kehidupan di akherat itu lebih baik daripada kehidupan di dunia.
  3. Allah Swt. melindungi Muhammad ketika ditinggal mati ayahnya dengan cara menyerahkan asuhan Muhammad kepada pamannya yang bernama Abu Talib.
  4. Muhammad dibimbing menuju syariat yang benar oleh Allah Swt. ketika merasa kebingungan.
  5. Nabi Muhammad Saw. diberi kecukupan harta benda ketika beliau miskin (kekurangan).
  6. Allah Swt. memerintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk memiliki kepedulian terhadap anak yatim dan peminta-minta.
  7. Ungkapan rasa syukur terhadap nikmat Allah Swt. harus dilakukan setiap hari.