Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pentingnya Membaca

Pentingnya Membaca

KALIMAT pertama dalam wahyu berbunyi, "Bacalah, demi nama Tuhanmu yang menciptakan." Sebaik-baik teman duduk bagi manusia adalah buku. Dia adalah sebuah kelezatan terbesar yang membuka cakrawala akal manusia. 

Tidaklah sekali-kali seseorang melihat dan membaca sebuah buku, kecuali pasti dia akan mendapatkan faedah. 'Rampasan perang yang sangat menguntungkan, bisa dipetik dari hikmah yang ada dalam buku-buku. Tulislah huruf-huruf ilmu itu di lempengan papan hatimu, tulislah baris-barisnya yang berfaedah di lembaran ruhmu. Bercelaklah dengan kalimat-kalimat ilmu agar kau melihat kerajaan-kerajaan langit dan bumi.

Saat kau sedang menyendiri bersama buku, maka akan terlipat kecil zaman-zaman untukmu, dan masa-masa akan melongokmu. Akan ada panggilan pelajaran penuh hikmah buatmu, nasehat-nasehat akan mengalir deras buatmu, akan kau reguk pengalaman-pengalaman dan kau dikejutkan dengan keajaiban-keajaiban.

Peraslah mutiara ilmu dari payudara buku- buku, karena sesungguhnya dalam buku-buku itu terdapat kerajaan pemikiran-pemikiran. 

Madrasah-madrasah yang mempelajari hadits jauh lebih mulia dan agung dari tempat-tempat yang mempelajari senandung-senandung lagu. Teman buku-buku akan melindungimu dari kesesatan arah para raja. Menjagamu dari kekejian para penguasa keji, akan melindungimu dari kebengisan orang-orang yang zhalim, akan menjagamu dari celaan para þendengki, kekerdilan pada pencela, pandangan orang-orang yang sinis, ocehan orang-orang kikir, kekotoran orang-orang idiot, serangan orang- orang jago ghibah, dan kekerdilan orang-orang bodoh. Perbanyaklah berakrab-akrab dengan buku, selalulah membolak balik buku, teruslah bersabar dengan karya-karya brilian.

Sebab apalah artinya zaman tanpa membaca dan menelaah?

Apa gunanya umur tanpa membaca?
Apakah manisnya hidup tanpa buku?"

Negeri-negeri telah pergi, raja-raja telah terlupakan, pasar-pasar telah sepi, rumah-rumah telah diratakan dengan tanah, istana-istana telah ambruk, taman-taman telah kering kerontang, harta-harta telah fana, manusia-manusia telah meninggal. Namun hikmah-hikmah senantiasa lestari dalam buku-buku, ilmu pengetahuan abadi dalam kertas-kertas, ilmu ada dalam karya-karya. 

Warisan ilmu tetap eksis. Dalam sebuah hadits disebutkan,

إن الأنبياء لم يورثوا درهما ولا دينارا إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ

Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dirham tidak pula dinar, mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya dia telah mengambil bagian yang besar. (HR. Abu Daud, At-Turmuzi, Ibnu Majah dan Ad-Darimi




Sumber:


Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni