Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mulianya Kaum Muslim Di Bawah Naungan Khilafah

Mulianya Kaum Muslim Di Bawah Naungan Khilafah

Kalau kita mengkaji ajaran Islam yang berhubungan dengan kemulian, maka ada tiga kata yang secara makna saling melengkapi yakni izzah (kemuliaan diri), muru’ah (menjaga kehormatan diri), dan iffah (menahan diri).

Secara bahasa kata “Izzah” itu bermakna keagungan, kehormatan dan kekuatan. Izzah harus ada dalam hati setiap orang, yang didapat dengan cara mendekar kepada Rabb-nya.Izzah itu merupakan segala kekuatan, kemuliaan, dan kemenangan yang akan diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya. Izzah itu adalah derajat tertinggi dan paling agung di sisi-Nya. 'Izzah itu adalah persoalan penting diketahui oleh setiap muslim

Sementara muru’ah itu mengandung makna menjaga tingkah laku. Sehingga tingkah laku seseorang itu tetap berada pada keadaan yang paling utama dan mulia. Dari tingkah lakunya diharapkan supaya tidak melahirkan keburukan secara sengaja dan tidak berhak mendapat cacian.” muru’ah juga bisa mengandung makna mengerjakan segenap akhlak baik dan menjauhi segenap akhlak buruk. Selain dari itu juga upaya menerapkan semua hal yang akan menghiasi dan memperindah kepribadian, serta meninggalkan semua yang akan mengotori dan menodainya.

Sedangkan kata ‘iffah bisa diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki manusia. Kemampuan tersebut dapat digunakan untuk menahan dorongan hawa nafsunya.

Dalam aplikasinya, ‘iffah itu terbagi dua macam, yaitu menahan dan menjaga diri dari syahwat kemaluan, dan menahan diri dari syahwat perut dengan cara meminta-meminta. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat an-Nur ayat yang ke-33).

Juga tergolong kedalam iffah adalah kemampuan seseorang dalam menahan diri dari meminta-minta kepada manusia.

Untuk menjaga izzah, iffah dan muru’ah sebagai sebuah kesucian atau kemuliaan serta sebuah harga diri dan kehormatan itu dengan cara:

Pertama, membekali diri dengan ketakwaan kepada Allah.
Kedua, mengamalkan ajaran Nabi Muhammad.
Ketiga, memperbanyak membaca doa.

Ini juga sebagaimana sabda Rasulullah yang memerintahkan kepada para shahabat agar mereka menjaga diri dari mengemis dan bersabar dalam menjalani kehidupan. Sebagaimana sikap beliau dalam hidup ketika beliau mendapat kebaikan atau harta maka tidak pernah beliau simpan. 

Dan Beliau juga mengatakan bahwa Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta, Allah akan memelihara dan menjaganya kehormatannya. Siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta. Maka Allah akan menjadikan dirinya sebagai orang yang sabar. Siapa yang merasa cukup dengan pemberian dari Allah. Dan mereka menjaga diri dari meminta kepada selain Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya dalam hidupnya. Bahkan Rasulullah mengatakan bahwa tidaklah seseorang diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran dirnya.” (HR. al-Bukhari).

Kisah Menjaga Kehormatan Dan Izzah Kaum Muslim

1. Kisah dimasa Umar

Imam Abdul Razzaq meriwayatkan dari Ubaid bin Umair sebuah kisah tentang keputusan Umar bin Khattab yang membela budak perempuan yang menjadi korban pelecehan. Kisah itu berawal pada suatu ketika ada seorang tamu istimewa datang ke rumah suku Huzail.

Selaku Tuan rumah maka Huzail menyuruh seorang budak perempuan untuk melayani Tamu istimewa tersebut. Ternyata si tamu sangat terkejut dan takjub dengan kepribadian Budak yang melayaninya..

Tamu itu pun mengikuti budak perempuan tersebut dari belakang. Pada waktu itu sang tamu memiliki hasrat kepada budak perempuan itu dan ingin menodai kehormatan budak tersebut..

Tetapi budak perempuan tersebut menolak perlakuan tamu tersebut. Dan, terjadi cekcok antara mereka beberapa saat.

Budak permpuan itu kemudian menoleh dan mengalihkan pandangan laki-laki itu. Dan, dia mengambil batu.

Batu itu kemudian di dhantamkannya ke badan tamu tersebut. Dia terluka. Lalu, ternyata batu itu membentur jantungnya hingga tamu itu meninggal di tempat.

Tidak berapa lama, setelah tamu itu meninggal, si budak pulang. Dia menceritakan kejadian itu kepada keluarganya di rumah.

Setelah mendengar pengakuan budak perempuan, keluarganya melaporkan kejadian tersebut kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Setelah diselidiki di tempat kejadian perkara (TKP), ternyata ada bekas dan tanda-tanda perkara itu.

Setelah mempelajari dan mengetahui kejadian tersebut dengan jelas, Umar berkata "Demi Allah, dia adalah korban. Dan, dia tidak dikenakan denda selamanya."

2. Kisah dimasa Al-Mu’tashim

Kisah kepahlawanan Al-Mu’tashim Billah dari Dinasti Abbasiyah dicatat dengan tinta emas sejarah Islam. Kisah ini ditulis dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 223 Hijriyyah (837 Masehi), dalam judul Penaklukan kota Ammuriah.

Pada tahun 837, al-Mu’tasim Billah menyahut seruan seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya.

Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah dengan lafadz yang legendaris: “waa Mu’tashimaah!” yang juga mempunyai makna “di mana kau Mutashim sang khlaifah…tolonglah aku yang sedang dilecehkan!” Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki).

Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), karena besarnya pasukan.

Catatan sejarah menyatakan bahwa ribuan tentara Muslim bergerak di bulan April, 833 Masehi dari Baghdad menuju Ammuriah.

Kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi. Sebanyak 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan. Pembelaan kepada muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.

Setelah menduduki kota tersebut, khalifah memanggil sang pelapor untuk ditunjukkan di mana rumah wanita tersebut, saat berjumpa dengannya ia mengucapkan “Wahai saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?”.

3. Kisah sultan Abdul Hamid 2

Pada kedatangan yang kedua Hertz selaku pendiri gerakan MASONISME Internasional menawarkan empat hal kepada Sultan. Yakni pada tahun 1902 M:
  1. Kami akan memberikan 150 juta dinar emas ke kantong pribadi tuan. -pada masa dimana dinar emas mempunyal nilai tukar yang sangat tinggi
  2. Kami akan menutup sebagian besar hutang Daulah Utsmanlyyah.
  3. Kami akan membantu membangun amada laut.
  4. Kami akan membangunkan sebuah untuk tuan uni- versitas Daulah Utsmaniyyah yang besar. Dan mereka mensyaratkan pendirian Universitas itu di negeri Palestina
Tawaran itu mereka ajukan kepada Sultan Abdul Hamid dan sebagai imbalannya mereka meminta agar orang-orang Yahudi diperbolehkan untuk berhijrah ke Palestina.

Namun apa jawaban Sultan kepada Hertzl?

Sultan mengatakan kepada Hertzl :

"Sesungguhnya andaikata tubuhku disayat-sayat dengan pisau atau salah satu anggota badanku dipotong maka itu lebih aku sukai dari pada aku perkenankan kalian tinggal di bumi Palestina yang merupakan negeri kaum muslimin. Sesungguhnya bumi Palestina telah direbut dengan pengorbanan darah. Dan sekali-kali bumi itu tidak akan dapat dirampas dari mereka melainkan dengan pertumpahan darah. Dan sungguh Allah telah memuliakanku sehingga dapat berkhidmat kepada agama Islam selama tigapuluh tahun. Dan aku tidak akan mencoreng sejarah para leluhurku dengan aib ini'.

Kemudian Sultan mengatakan:

"Simpanlah uangmu itu hai Hertzl. Jika 'Abdul Hamid telah mati, maka kalian akan mendapatkan negeri Palestina dengan cuma-cuma'.

Beliau sangat hati-hati sekali dalam menghadapi Hertzl, pemimpin geraka Yahudi Intemasional. Dia tahu betul siapa orang Yahudi itu? Mereka adalah orang yang menguasai kekayaan dan mass media serta mengendalikan aktivitas club-club Masonisme di seluruh dunia.