Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab Antara Cacian Dan Pujian

Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab Antara Cacian Dan Pujian

SESUNGGUHNYA dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, adalah tajdid atau pembaharuan pada orisinilitas agama, ruh agama, dan tambang tempat menggali syariah. Ia adalah dakwah yang mengajak manusia ke pangkal sungai, asal sumber dan awal perjalanan. la adalah dakwah yang menghapus dogma dogma perdukunan, mustalah mustalah syaikh tarikat, penyembah kultus-kultus manusia di tengah mereka. 

Dakwah yang tidak dikawal oleh sekelompok pasukan di bawah peluru dan senjata laras panjang dan pengerahan tank-tank. Dakwah yang tidak mendasarkan pada penangkapan dan kekerasan. Ia adalah dakwah yang tidak didasarkan pada partai partai yang mengangkat slogan-slogan yang hanya diyakini di atas kertas, namun di lapangan diingkari. Dia bukan dakwah politik “an sich” yang hanya bertujuan untuk mencapai kursi kekuasaan atau menonjolkan tongkat-tongkat penguasa.

la adalah dakwah yang dasarnya sangat kokoh karena berasal dari dalil syariah, yang menapaki jalan Sang Makshum Rasulullah. Dakwah yang berdasarkan pada nurani, yang cabangnya menjulang ke langit dengan buah yang diberkahi, yang memberikan manfaat pada banyak orang dan dampak yang terpuji.
Sesungguhnya dakwah ini tidak dibungkus dengan slogan slogan kosong atau simbol-simbol tanpa arti. Tidak juga didasarkan pada suara terbanyak, tidak pula berasal dari kartu kotak suara. Dalawah ini dinyalakan dengan pohon wahyu yang penuh berkah tidak berasal dari timur tidak pula dari barat. Dakwah yang didasarkan pada sunnah, salafiyah dan rabbaniyah.

Dakwah yang berawal dari masjid, beranjak dari mihrab, berhembus dari menara-menara tempat adzan dengan jelas dan lantang. Melantunkan prinsip-prinsipnya di atas mimbar dan menerangkan kaidah-kaidah di depan umum. Bukan sesuatu yang rahasia yang memiliki rumus-rumus yang tidak bisa dipegang kecuali oleh orang-orang yang sangat-sangat khusus. Tidak juga menjelimet yang tidak dipahami kecuali bagian luarnya. Dia adalah dakwah yang jelas yang menerangkan kebenaran dan memancarkan cahaya hakekat. Dakwah yang cemerlang laksana fajar.

Dakwahnya secara ringkas adalah dakwah yang mengajak agar "Kalimat Allah" menjadi kalimat paling tinggi, dan agar agama semuanya hanya ada di sisi Allah. Dan agar manusia menyembah Sang Khalik dan Sang Pemberi rezeki. Dakwah yang tidak menganjurkan taklid, namun tidak pernah menghujat para imam, tidak membiarkan kezhaliman, sekaligus tidak memberontak pada seorang penguasa muslim. Dakwah yang menjunjung tinggi syiar jihad, namun dengan tujuan untuk meninggikan " Kalimat Allah ".

la adalah dakwah yang simpel, gampang dan lapang. Barangsiapa yang melihat pada buku-buku sang mujaddid ini, pada anak-anak dan cucu-cucunya dan para imam dari dakwah ini, dia akan merasakan sentuhan kemudahan syariah, kelapangan dan kemudahan agama Buku buku ini telah menjadikan dakwah ini makmur matang dan buahnya bisa dipetik dan mampu berdiri kokoh di atas akar-akarnya.

Dia menjalankan apa yang ada dalam Al-Qur'an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman sahabat, mengedepankan dalil sambil menghormati orang-orang yang berilmu. Selalu berhakim pada nash namun tidak menyepelekan usaha keras orang lain. Membangun negeri dengan senantiasa mengedepankan akhirat. Menyucikan hati sambil menyehatkan jasmani.

Otak para pengikutnya tidak dicekoki dengan khutbah-khutbah kosong, dan emosi yang meluap-luap. Tidak juga dengan mengatakan indah pandangan pandangan dan pendapat para filosof, dan ketergelinciran para ulama ahli ilmu kalam, debat para ahli logika atau kelalaian para penyair.

Dakwah ini tidak menjadikan waktu murid-muridnya untuk menyerang balik tulisan dan makalah para wartawan yang tidak mengetahui Al-Qur'an kecuali hanya bayang dan khayal mereka, karena sesungguhnya mereka hanya berprasangka.
Dakwah ini tidak juga mengekor lontaran pemikiran para pemikir yang hanya mengikuti prasangka mereka. Mereka sesungguhnya tenggelam dalam pemikiran-pemikiran yang kabur. Tidak juga menjaga lontaran lontaran para suf yang kosong dari ayat-ayat Al-Qur'an. Yaitu mereka yang larut dalam alam khayalan.

Dakwah ini adalah dakwah rabbaniyah, baik di awal maupun di akhir Seruan untuk dunia dan daulat (kekuasaan). Untuk jasad dan ruh. Dakwah riwayat dan dirayat. Dakwah khabar dan insya (perintah ataupun larangan). Dakwah yang tidak mengandalkan ucapan tanpa kerja. " Sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil. " (Al-An'am: 115).

Dakwah ini tidak datang dengan teori sufi yang mengkuduskan serban sang syaikh, dan mengusap-ngusap kain ghauts dan quthb ( dua istilah yang dalam pandangan kaum sufi sebagai pembawa wasilah kepada Allah, pen ), yang mencium tanah bekas watad dan abdal ( keduanya gelar untuk para sufi kelas elit, Penj ).

Dia tidak datang dengan program orang-orang Khawarij yang mengatakan bahwa seorang muslim menjadi kafir ketika dia melakukan dosa besar, menyatakan pemberontakan tatkala dia tidak setuju dengan pendapat, atau menghalalkan darah muslim karena melakukan maksiat dan mengajak kaum muslimin untuk melakukan pemberontakan tatkala ada sedikit kesalahan. Dakwah ini tidak memancarkan wajah Syiah Rafidhah yang berlepas dari para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, membebankan dosa-dosa pada orang-orang saleh yang melenceng dalam manhaj, melakukan kedustaan pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka sesat dalam pikiran, tidak mengerti na ( nash Al-Qur'an dan sunnah ) dan menolak kaidah-kaidah yang pasti.

Dakwahnya sampai pada manusia sebagaimana sampainya air yang dingin pada kedua bibir bagai cahaya fajar yang merekah di atas ufuk. Dakwahnya turun sebagaimana turunnya hujan dari langit yang membuat bumi menjadi hidup setelah kematiannya. Sehingga membuat manusia gembira menyambut kedatangannya.

Telah ada sebelumnya, bersamanya atau setelahnya, berbagai macam gerakan dan syiar-syiar, namun sama sekali tidak sama dengannya, tidak melakukan sebagaimaa apa yang dilakukannya juga tidak memberikan pengaruh sebagaimana pengaruhnya. Dakwah-dakwah yang ada itu bisa berbentuk dakwah berdarah dan bentrokan antara manusia yang berakhir dengan terpenggalnya kepala, atau dengan genangan lautan darah, diakhiri dengan kecemasan yang pekat, pengusiran, cambukan, penjara dan pemancungan Atau dakwah yang memerkosa hak hidup manusia, sehingga diharamkan atas mereka hal-hal yang baik, begitu juga manhaj-manhaj dilarang, dan dikumpulkan di pojok-pojok masjid.

Mereka menyanyi dan berdendang dengan wirid-wirid bid'ah, Perilaku syirik. Berputar mengelilingi kubur laksana keledai di penggilingan, berguling guling di bangunan kuburan laksana sapi jantan di ladang. Gara-gara mereka kemilau agama menjadi redup, dan dengan kesesatan mereka cahaya syariat menjadi padam.

Atau dakwah yang dibangun di atas madzhab yang bercampur aduk. Yang menerima salafi, rafidhi, khawarij, sosialis, sekular dengan alasan untuk menguatkan barisan dan menghimpun kalimat. Dakwah sang Imam Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah dakwah yang jelas rambu-rambunya, yang kokoh langkah langkahnya, yang memiliki perbedaan jelas dengan karakteristik karakteristik khusus Dakwah dibangun di atas tahun, pokok dari segala yang pokok dakwah para Nabi, fokus perjuangan para Rasul. Kewajiban pertama fardhu paling agung Dakwah ini menyeru pada tauhid lewat kata dan aksi.

Allah menolongnya dengan pedang syariah dengan pasukan pasukan jihad dan cucu-cucu para penakluk Dakwah ini menyebar ke Barat dan berekspansi ke timur. Dia memberikan buahnya berlipat ganda dengan seizin Tuhannya. Di antara kebaikannya adalah dan ini kebaikan utamanya-kepeduliannya dengan perkumpulan dzikir dan pelajaran di masjid, penebaran kesadaran dan penebaran ilmu. Ini adalah sunnah dan sunnah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian dimatikan beberapa kurun lamanya. Maka datanglah dakwah ini untuk membangkitkannya dan menghidupkannya kembali.

Alangkah bahagianya kita semua andaikata masjid-masjid menjadi penuh kembali dengan cahaya sebagaimana di masa-masa sang mujaddid, sehingga manusia kembali menyadari masalah agama mereka. Sesungguhnya studi formal sangatlah tidak cukup untuk melakukan tugas tugas kemasjidan karena waktu untuk pelajaran agama demikian sempit dan materi tauhid menjadi tetesan kecil. Di samping semangat lemah para pengajar dan kantuknya para pelajar ditindih dengan kejenuhan rutinitas dan tingginya bayaran.

Sesungguhnya tempat yang penuh berkah untuk menyebarkan dakwah akidah salaf dan warisan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan peninggalannya adalah masjid. Renungkanlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

[ في بيوت أذن الله أن ترفع ويذكر فيها اسمه. [ النور : ۳۶
" Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebutkan nama-Nya di dalamnya."

Tatkala akidah salaf kini dipelajari lewat komputer, dan ilmu syariah bisa diambil dari jaringan televisi, maka suasana menjadi dingin, otak menjadi tak berdaya, generasi menjadi mandul dan ilmu terbuang.
Kini tampaklah kebenaran itu, dan setiap kabar telah ada kepastian Orang-orang yang berakal kini tahu bahwa dakwah yang diterima hati dan dada lapang menerimanya serta sesuai dengan fitrah dan dibenarkan oleh akal adalah dakwah yang sesuai dengan dakwah Sang Makshum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dakwah yang muttaba'ah, bukan mubtadi'ah (bid'ah). Rabbaniyah bukan naf'iyyah (pragmatisme) atsariyah (berdasarkan atsar), atau berseberangan dengan nash.

Dakwah yang moderat, tidak berlebihan dan tidak pula mengurangi la adalah dakwah yang menyeberangi kurun, menembus batas zaman, menembus pintu gerbang tahun. Panji-panjinya dibawa oleh Muhammad dan para sahabatnya, para imam sunnah seperti Imam Malik, Asy Syafi'i, Ats Tsauri, Al-Auza'i, Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab Bersama dengan rombongan yang penuh berkah ini kita ingin berjalan, dengan kelompok inilah kita bercita untuk dikumpulkan bersama dan dari sumber ini kita ingin mereguk, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
Yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 6)

Sesungguhnya kesedihan yang menggerakkan perasaan ini, yang dengannya hati menyaksikan dan disucikan oleh nurani, tidak dimaksudkan untuk berbasa-basi pada seseorang, atau dengan maksdu mendekati lembaga-lembaga tertentu. Ia adalah kesaksian yang akan ditunaikan pada hari akan ditulis kesaksian mereka dan mereka akan ditanya. Akidah yang dianut, madzhab yang dicinta, cita yang mahal, yang dengannya dia merasuk dalam jiwanya.

Inilah yang dengannya pena dituliskan dengan tergesa-tergesa-gesa. Saya anggap tidaklah perlu untuk menerangkan dakwah ini, namun saya rasa cukuplah zakat wajib saya bayarkan untuk dakwah ini. Rasanya saya tidak berhak untuk diam. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). " Andaikata bintang-bintang menjadi milikku, maka himpunilah Ikatan-ikatan pujian, dan aku rela engkau terluka.




Sumber:

Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni