Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi

Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi

Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan-yang mengandung enam macam zat gizi itu, yaitu air, karbo- hidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin-dalam hubungannya dengan kesehatan dalam arti yang luas. Kesehatan dalam arti yang luas berarti tidak hanya bebas dari penyakit, melainkan sehat fisik, sehat mental dan sehat sosial sehingga mampu bekerja, berproduksi dan bersilaturahmi dengan sesama (WHO). Atas dasar definisi tersebut di atas, maka jelaslah bahwa limu Gizi mempunyai kaitan yang erat dengan pengetahuan tentang bahan makanan dan pengetahuan tentang kesehatan, yakni tentang bagaimana manusia harus makan kesehatannya sehingga menghasilkan kesehatan yang optimal.

Pengetahuan tentang bahan makanan meliputi zat gizi (nutrien) dan senyawa lain yang terkandung dalam makanan itu, fungsi, peran dan interaksinya dalam hubungannya dengan kesehatan dan penyakit. Bagaimana zat gizi itu bermanfaat untuk kesehatan, harus dipelajari pula Tentang proses pencenaan, penyerapan, pengangkutan dan peng- gunaan zat gizi itu oleh tubuh, sedangkan senyawa yang tidak berguna lagi harus dikeluarkan oleh tubuh. Dalam buku ini akan dipaparkan tentang ilmu-ilmu yang berkenaa dengan limu Gizi meliputi limu Gizi Dasar, llmu Gizi Masyarakat, limu Gizi Olahraga dan llmu Gizi Klinik.

Baca juga: Pentingnya Ilmu Gizi

Kesehatan Ilmu Gizi merupakan ilmu yang relatif masih baru, walaupun perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan makanan sebenarnya telah terjadi sejak manusia mulai dengan kehidupannya. Sejarah per- kembangan ilmu gizi hingga menjadi ilmu yang mandiri, secara garis besar adalah sebagai berikut: Tahun 400 sebelum Masehi, Hippocrates, Bapak Ilmu Kedokteran menganggap makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya. Anak-anak yang sedang tumbuh-kembang mem- butuhkan panas yang banyak; oleh karena itu mereka membutuhkan banyak makan. Sebaliknya orang tua membutuhkan panas yang lebih sedikit; oleh karena itu mereka memerlukan lebih sedikit makanan.

Pada tahun 1734-1794 Antoine Lavoisier, seorang ahli kimia Perancis meneliti tentang penggunaan energi makanan sehingga beliau dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi (founder of nutrition). Beliau adalah orang pertama yang menjelaskan fungsi energi makanan  yang meliputi proses pernafasan, oksidasi, kalorimetri dan metabolisme energi. Peneliti-peneliti lain mengungkapkan pula penemuan mereka sekitar hubungan antara makanan dan energi yang dihasilkan, antara lain adanya pengaruh dinamik spesifik dari makanan (specific dynamic action); hubungan antara jenis makanan dan pernafasan yang disebut kuosien pernafasan (respiratory quotient), yaitu perbandingan antara karbon dioksida yang dikeluarkan melalui pernafasan dan oksigen yang dihirup, berbeda-beda menurut jenis makanan. 

Baca juga: Fungsi Makanan Bagi Manusia

Penyakit skorbut (scurvy) telah dikenal sejak abad ke 15, yaitu penyakit yang diderita oleh para pelaut yang berlayar berbulan-bulan dan bertahan hidup dengan makanan yang dikeringkan. Pada tahun 1753, James Lind seorang dokter Skotlandia mengungkapkan bahwa penyakit skorbut dapat dicegah dan disembuhkan dengan jeruk dan sayur-mayur. Baru tahun 1932 zat anti-skortbut dapat dimurnikan dari sayuran dan jeruk serta disebut vitamin C atau asam askorbat.

Tahun 1803-1873 Liebig, seorang ahli Kimia Jerman mengungkapkan bahwa karbohidrat, lemak dan protein dioksidasi dalam tubuh dan menghasilkan panas atau energi. Dia meneliti nilai energi beberapa bahan makanan dan menyimpulkan bahwa makanan yang seimbang harus mengandung karbohidrat, lemak dan protein.

Tahun 1896, Eykman di Jakarta-waktu itu disebut Batavia- mengamati hubungan antara penyakit beri-beri pada orang-orang yang mengonsumsi beras giling. Kemudian dia menemukan bahwa selaput luar beras, yaitu lapisan aleuron mengandung zat yang dapat mencegah dan menyembuhkan beri-beri dan disebut zat anti beri-beri. Kemudian pada tahun 1926 zat anti beri-beri ini dapat dimurnikan dari dedak beras / bekatul dan disebut tiamin, aneurin atau vitamin B1. Pada abad 19 ditemukan protein dan asam amino, dan pada abad 19 dan 20 ditemukan beberapa mineral dalam hubungannya dengan kesehatan manusia.

Ilmu Gizi baru diakui sebagai suatu cabang ilmu yang mandiri pada tahun 1926, ketika Mary Swartz Rose dikukuhkan sebagai profesor limu Gizi pertama di Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat. Suatu cabang ilmu sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dengan disiplin ilmu lain, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dari sejarah perkembangan lmu Gizi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu yang mendasari llmu Gizi adalah Biokimia, Faal dan limu Bahan Makanan. Manusia hidup dalam alam semesta yang menghasilkan makanan- nya yang berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta mengadakan hubungan timbal balik, aksi interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini disiplin ilmu vang terkait adalah llmu Alam serta hukum- hukumnya, Biologi dan Ekologi.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, maka perhatian imu ozi dimulai dari produksi, distribusi dan pengolahan bahan makanan. Disiplin ilmu yang terkait dengan upaya ini adalah Agronomi, Peternakan, Perikanan, Mikrobiologi dan Teknologi Pangan.

Konsumsi makanan dan proses pencernaan, metabolisme serta penggunaan makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat dan sakit me. merlukan ilmu-ilmu Kesehatan, Kedokteran dan akhir-akhir ini termasuk pula Biologi Molekuler. Karena konsumsi makanan dan pola makanan dipengaruhi oleh budaya, kebiasaan, perilaku makan dan daya beli, maka llmu Gizi berkaitan pula dengan ilmu-ilmu Sosial, antara lain Sosiologi, Antro- pologi, Psikologi, Ekonomi dan Pendidikan. Di Eropa, setelah perang dunia kedua pada awal tahun 40-an, banyak penelitian limu Gizi yang dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari para tawanan perang di penjara-penjara massal yang menderita kelaparan dengan segala akibatnya. Di Indonesia limu Gizi mulai diperkenalkan dan diterapkan pada awal tahun 1950-an. Ilmu Gizi disebut juga limu Nutrisi (Nutrition Science).


Sumber:

Buku Makanan Dalam Perspektif  Al-Qur’an dan Ilmu Gizi oleh Dr. Hj. Tien Ch. Tirtawinata Sp.GK.