Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Isyarat Al-Qur'an Tentang Sumber Protein Nabati

Isyarat Al-Qur'an Tentang Sumber Protein Nabati

Dalam Al-Qur'an sebagai acuan pertama dan utama bagi manusia untuk kemeslahatan hidupnya. Terdapat banyak ayat- ayat di dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang bahan makanan nabati. Khususnya mengenai dengan kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati. Itu dapat dirujuk pada surat Al-Baqarah (2) ayat yang ke-61 yang artinya:

“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata: Hai Musa, kami tidak sabar hanya dengan satu macam makanan saja. (kemudian kaum musa mengatakan kepada musa) maka mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu. Agar Dia (Allah) mengeluarkan untuk kami (kaum Musa) dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi (oleh Allah), yaitu sayur-mayumya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya ....”

Dalam kelompok ini termasuk semua kacang-kacangan, yaltu: kacang kedele, kacang tanah, kacang ijo, kacang merah, kacang tolo, mente (biji jambu monyet), wijen, kemiri, kenari dan kelapa serta semua hasil olahannya. Makanan yang dapat diolah dengan itu misalnya tempe, tahu, oncom, tauco, kecap, keju kacang tanah (peanut butter) dan bumbu pecel.

Baca juga: Fungsi Karbohidrat Bagi Tubuh

Apabila dikaji secara ilmiah, maka kandungan nutrien (kandungan gizi) dari kacang-kacangan termasuk sangat lengkap. Baik yang berupa makronutrien maupun mikronutriennya yaitu mineral dan vitamin. Dalam setiap 100 gram bahan makanan, kandungan proteinnya berkisar antara 22 g (kacang ijo) dan 35 g (kacang kedele). Bila dibandingkan dengan daging sapi-yang kandungan protein- nya 18,8 g maka kandungan protein kacang-kacangan lebih tinggi. Namun demikian, kualitas protein kacang-kacangan rendah, karena susunan asam aminonya kurang lengkap dan jumlahnya pun kurang memadai.

Umumnya kacang-kacangan kekurangan asam amino esensial lisin, metionin dan triptofan. Protein scorenya berkisar antara 55 sampai 73. Derajat cernanya rendah, karena bahan makanan sumber protein habati mengandung unsur-unsur lain yang tidak dapat atau sukar dicena atau yang dapat menimbulkan efek samping yang merugikan. Sebagai contoh misalnya:

  1. Dalam kacang-kacangan terdapat selulosa yaitu serat makanar (dietary fiber) yang sukar dicerna oleh enzim pencemaan manusie dan juga tidak menghasilkan energi. Beberapa jenis kacang mengandung asam sianida yang bersifa racun.
  2. Kacang kedele mengandung zat penghambat tripsin. Sebagaimani kita ketahui, tripsin adalah enzim pencerna protein. Dengan adanya zat penghambat itu, maka pencernaan protein menjadi kurang lancar.
  3. Jenis kacang tertentu mengandung legumin yang dapat membentuk senyawa dengan zat kapur. Senyawa legumin kapur itu suka dicerna, sehingga zat kapur tidak berfungsi.
Baca juga: Pentingnya Air Bagi Kehidupan

Untuk meningkatkan derajat cerna dan menghilangkan unsur-unsu yang merugikan itu, semua jenis kacang perlu dimasak lama dan dihaluskan. Cara lain untuk meningkatkan derajat cerna adalah dengan proses peragian atau fermentasi misalnya dari kedele diolah menjadi tempe dengan pertolongan jamur tempe.

Beberapa sifat bahan makanan sumber protein nabati yang menguntungkan adalah kandungan lemaknya sebagian besar terdiri dari asam lemak tidak jenuh atau asam lemak esensial yang mempunyai efek melindungi jantung dan pembuluh darah. Berbeda dengan bahan makanan hewani, semua bahan makanar nabati sama sekali tidak mengandung kolesterol.

Kenyataan ini pun mempunyai efek yang menguntungkan bagi kesehatan jantung dari sistem peredaran darah. Sebagaimana dikatakan di atas, bahan makanan nabati termasul kacang-kacangan mengandung serat selulosa yang tidak larut dalam air dan sukar dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Justru karena suka dicerna itu maka dia memberi isi atau volume dalam alat pencernaan sehingga menimbulkan rasa kenyang yang lama.

Disamping itu selulosi dapat memperbesar massa feses dan merangsang peristaltik, sehingga memperlancar buang air besar, yang berarti mencegah terjadinya sembelit (obstipasi). Hasil olahan kacang kedele adalah tempe, tahu dan sebagainya sedangkan hasil olahan kacang tanah adalah minyak kacang tanah dan bungkil yang dapat diolah menjadi oncom.

Dalam pola makanan Indonesia, kacang-kacangan dan hasil olahannya merupakan lauk-pauk yang memberikan sebagian besar protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Secara kuantitatif, perbandingan konsumsi protein hewani dan protein nabati yang dianjurkan adalah 1: 2 atau dengan perkataan lain, konsumsi protein hewani idealnya 1/3 bagian dari protein total yang dibutuhkan.

Kenyataannya, dewasa ini di Indonesia konsumsi protein hewani hanya sekitar 1/10 bagian. Hal ini disebabkan karena protein nabati lebih murah dan lebih cepat memberikan rasa kenyang. Pola makanan semacam ini merupakan fenomena umum di negara- negara sedang berkembang, yang daya beli pendudduknya masih rendah.

Pengawetan kacang-kacangan tidak sukar; dalam keadaan kering, dapat disimpan untuk waktu yang sangat lama. Dari aspek pertanian, penanaman kacang relatif mudah karena dapat ditanam di tanah yang kurang subur atau ditumpang-sarikan dengan tanaman palawija lainnya. Akarnya mempunyai bintil-bintil berisi bakteri nitrogen yang dapat menyuburkan struktur tanah. Di kalangan pertanian, tanaman kacang- kacangan dikenal sebagai pupuk hijau.



Sumber:

Buku Makanan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Ilmu Gizi oleh Dr. Hj. Tien Ch. Tirtawinata Sp.GK