Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pentingnya Ilmu Tentang Kehidupan Rumah Tangga

Pentingnya Ilmu Tentang Kehidupan Rumah Tangga

llmu tentang kehidupan rumah tangga adalah suatu cabang ilmu yang haik dan sangat penting untuk diketahui, karena sedikit sekali orang yang (mau) mengetahuinya, sehingga terjadi berbagai kesulitan dan krisis di antara hanyak pasangan suami-istri yang merupakan dampak dari kebodohan dari pemahaman ilmu ini. Bahkan, terhadap ibadah yang suci ini.

Di samping itu, banyak keluarga yang terkondisikan kepada kehancuran dan banyak pula yang menyebabkan tercerai-berainya elemen-elemen keluarga, termasuk berdampak kepada anak- anak Sering penulis berharap akan dirintisnya suatu paket (semacam mata pelajaran) khusus untuk mempelajari seni perkawinan sebelum pemuda pemudi dihadapkan pada suatu pernikahan yang sesungguhnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak pemah terealisir.

Dari pihak Departemen Pendidikan sendıri, yang mana dalam hal ini mereka bertugas untuk mempersiapkan generasi mendatang guna menghadapi kehidupan, tidak menyediakan untuk pembahasan ini- suatu sarana yang pantas dalam berbagai jenis programnya. Bahkan, sama sekali cenderung untuk tidak memberi perhatian. Bagaimana bangsa semacam ini tidak mewajibkan pada setiap individu masyarakatnya sebelum menikah untuk mempelajari pernikahan serta adabnya dan mempelajari psikologi anak serta metode pendidikannya.

Tidak saja bangsa semacam ini dapat dikatakan bodoh akan seni pemikahan. bahkan cenderung untuk mengotorinya dengan kitab-kitab seksiologi yang kebanyakan tidak memiliki manfaat dan tujuan yang benar, kecualı menabur benih-benih penyimpangan untuk menyesatkan para pemuda dan pemudi dengan dalıh mengajari mereka tentang pernikahan, yang sebenarnya justru menjerumuskan mereka ke dalam tabiat yang tercela lagi hina.

Dalam kaitannya tentang pembahasan mengenai pentingnya ilmu tentang berumah tangga ini bahwa banyak Institut Adab di negeri-negeri muslim yang mengajarkan  kepada mahasiswa dengan ilmu yang salah, sedangkan mereka masih berada dalam puncak perkembangan dan berusaha utntuk melepaskan diri dari masa-masa krisis. Laksana seorang pemabuk yang liberalis, dengan cara memperkuat keahlian bahasa semata dan mengembangkan daya rasa serta adab (watak) orang-orang fasik. Seolah-olah adab yang diajarkan Islam itu tidak pernah ada, kecuali berasal dari adab yang rusak (Jahiliyah), yang kerenanya -dalam hal ini- menyebabkan kegelisahan Abu Ishaq Al Hashari.

Sementara itu, para ulama Islam terdahulu juga menganjurkan hal yang sama, karena mereka khawatir jiwa pemuda/i bertabiat liberal dan terbiasa menyaksikan pesta arak serta kemesuman yang akan menggiring mereka ke lembah kenistaan. Penulis sangat berharap, bahwa para ahli adab yang buruk selayaknya diganti dengan ulama ahli adab yang shalih semisal Asy-Syafi'i, Ibnu Jauzi, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan orang-orang seperti mereka, sehingga hasil dari pendidikan mereka akan terasa manfaatnya. Masih banyak di kalangan umat Islam orang yang berusaha menisbatkan kesemuanya itu pada diri Rasulullah, di mana Rasulullah pernah mendengar qasidah yang dimainkan oleh Ka'ab bin Zubair yang di dalamnya terdapat keterangan tentang terpenggalnya tubuh Sa'ad. Ini adalah berita dusta yang terburuk atas diri Rasulullah, dan hadits ini tidak benar adanya. Sangat disayangkan scbagian orang menganggap diri mereka mengemban pikiran Islam dan menentang pendapat yang penulis kemukakan. Mereka menyebutnya sebagai ritual asing serta tidak mencegah pelajar kita mempclajan syan-syair buruk dan orang orang yang sombong, seperti Umar bin Abi Rabi'ah, Abu Nawas, Basyar bin Bard dan lainnya yang merupakan penyair-penyair fasik Jika Allah Subhanahu wa Ta 'ala menyifati orang-orang Mukmin, sebagaimana disebutkan di dalam firman-Nya dalam surat Al Furqaan ayat yang ke 72).

Maka bagaimana dengan orang-orang yang membenarkan untuk mempelajani syair orang-orang fasik yang mempopulerkan zina, khamer, homoseksual dan menghiasi semua itu dalam kehidupan manusia. Sebagian dari tipu muslihat dan rujukan para pengarang kitab-kitab seksiologi adalah mengajak kepada pergaulan bebas dengan berbagai polanya; seperti tarian, wisata dan pacaran di antara muda-mudi.

Mereka menganggap semua itu dapat menjamin pendidikan insting biologis para pria dan wanita. Akan tetapi, semua itu pada hakikatnya berbeda dengan kebenaran dan realita. Adapun maksud dari semua itu adalah memberlakukan perbuatan fasik dan mesum dari pemuda/pemudi kita untuk merusak akhlak mereka serta menjerumuskan kita semua kepada kehancuran.

Pergaulan bebas di negeri Barat mendatangkan dua bahaya yang menakutkan. Pertama, menyebarnya kerusakan, penggambaran hawa nafsu yang melampaui batas, lunturnya nilai-nilai kekeluargaan, merebaknya sikap masa bodoh terhadap perbuatan-perbuatan nista dan runtuhnya nilai-nilai sosial di dalam tatanan masyarakat. Di samping itu, juga menyebabkan tumbuhnya "free seks " (seks bebas) di kalangan wanita karena adanya kesulitan ekonomi dan sosial yang menimbulkan bahaya besar, sehingga para pria di Amerika berpaling dari pernikahan. Terlebih lagi, para wanita di sana menginginkan kebebasan seksual. Karena itu, mereka (para wanita di Amerika) menurut pandangan pria tidak layak berkeluarga serta mendidik anak-anak mereka.

Dengan demikian, kontrol terhadap nilai-nilai perkawinan semakin sulit dan jumlah wanita yang menamakan diri mereka kelompok Nudis (orang yang gemar melakukan tradisi tidak mengenakan pakaian atau bertelanjang bulat pada waktu tertentu dan ditempat terpencil, menurut kamus besar Bahasa Indonesia-ed) menjadi meningkat pula. Apabila kita memperhatikan lebih dalam tentang apa yang menjadi sebab gentingnya problema sosial ini, maka akan jelaslah bagi kita bahwa faktor yang sangat dominan adalah adanya kecenderungan untuk mengikuti hawa nafsu. Yaitu, bahwa pemuda di Amerika cukup senang melakukan cara-cara termudah untuk melampiaskan keinginan (kebutuhan) seks mereka.

Untuk itu, para wanitanya menyediakan diri bagi pria di setiap tempat yang mereka kencan, baik di kantor-kantor sampai di klab-klab malam, warung, restoran atau pantai. Para pria tersebut akan memilih wanita mana yang disenangi untuk dijadikan kekasih tanpa adanya ikatan waktu (sementara) dan para wanita itu pun tidak membebani sang pria dengan segala macam tuntutan atau nafkah zhahir baginya. Sehingga hal ini mengundang para wanita yang berstatus sebagai mahasiswi dan pelajar berlomba untuk menjadi waiters (pelayan) di restoran-restoran dan warung-warung, bahkan di tempat-tempat pelacuran.

Para pemuda di Amerika terbiasa untuk lebih cenderung pada para wanita yang berpengalaman (dalam seks) daripada para pemudi yang memiliki kehidupan sederhana, yang konservatif dan mengajak mereka untuk menikah secara baik! Di tengah-tengah perjalanan yang permah penulis lakukan di Eropa dan Amerika, penulis memperhatikan bahwa tempat-tempat pelacuran yung resmi tampak bebas.

Semua itu merupakan akibat dari merajalelanya perbuatan nista yang terikat dengan sistem di negara-negara tersebut. Sedangkan kenyataan yang menyakitkan adalah justru sebaliknya, di mana tempat-tempat pelacuran resmi telah membuka suatu persaingan di kalangan para pemudi pencari kenikmatan seks dan para pelacur jalanan, yang mana tempat semacam itu seakan-akan telah menakdirkan sebagian besar dari mercka dengan kehancuran. Pada tahun-tahun terakhir ini telah tumbuh (muncul) cara-cara baru yang bergerak bersamaan dengan perkembangan zaman dan dengan cepat bergeser dan waktu ke waktu, sehingga semakin merebak pelacur jalanan yang biasa dapak pergs kapan saja dan para wanita panggilan yang biasa dipanggal melalui homor telepon tertentu Di kota kota besar Amerika seperti Chicago, bermacam jenis pemudi penjaja seks begitu dielu-elukan. 

Para pemudi itu dijanjikan oleh orang yang merekrut mereka bahwa akan mendapat mobil dan rumah mewah negara-negara Kado Perkawinan dengan segala macam hadiah yang memabukkan mereka. Cara yang mereka (manajer) gunakan dalam merekrut para penjaja seks tersebut adalah dengan memberikan sejumlah uang kepada para perekrut (suatu perkumpulan pelacur) agar pergi dani satu tempat ke tempat yang lain untuk mencan pemudi penjaja seks yang cantik,guna menyambut para pelanggan yang royal (boros)di dalam mengeluarkan uangnya.

Kemudian para pemudi hasil perekrutan tersebut dikumpulkan di sebuah tempat seperti numah atau hotel yang dapat dihubungi oleh siapa saja (dari para lelaki yang berminat) melalui telepon. Atau untuk menentukan kepada salah satu dari mereka (para wanita penjaja seks) melalui suatu perjanjian untuk menemaninya pada jamuan malam di suatu tempat hiburan atau di tempat mana saja yang dikehendaki. Meskipun para kesatuan polisi sering melakukan penyergapan ke tempat- tempat prostitusi, akan tetapi para penjaja seks seperti itu terus tumbuh dan mereka melakukan pekerjaan (pelacuran)nya dengan teman, tanpa ada perasaan bersalah. Anehnya, orang asing kerap kali tidak mampu untuk membedakan antara perempuan baik-baik dengan para pelacur di sana, karena keduanya sering terlihat berbuat hal yang sama dengan para pemuda yang disebabkan oleh cinta (menurut mereka -ed.), hanya sekedar hiburan atau karena keduanya.

Bahaya lain yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas adalah penyakit "Frigid" (tidak bergairah lagi dalam unusan seks, tidak mudah terangsang) yang akan mewabah pada diri pria maupun wanita. sebagaimana yang dijelaskan oleh  Muhammad bin Muhammad Husein semakin banyaknya penyelewengan (baik suami maupun istri) dan menjalarnya penyakit berbahaya seperti Aids. Bahaya tersebut akan menimpa kepada pria yang senang melayani godaan wanita, sehingga ia tidak lagi bergairah terhadap istrinya yang sah.

Adapun untuk menumbuhkan kembali kegairahannya itu, maka ia memerlukan adanya perubahan sudut pandang terhadap apa yang disebut sebagai seks dan merubah semua kebiasaan buruk yang selama ini pernah menjangkitinya. Frigid yang tengah menjangkit akan mencegahnya untuk menikmati sesuatu yang scharusnya dapat ia nikmati dan kesenangan terbesar yang merupakan salah satu rahasia syariat. Yaitu, suatu kenikmatan yang dapat menyenangkan jiwa, menentramkan hati dan sekaligus menimbulkan kepelisahan (apabila tidak terpenuhi).

Dampak lain yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah dapat mencegah seseorang untuk merasakan kenikmatan hidup, hingga jiwanya merasakan pendentaan yang mendalam atas apa yang dialaminya. Di samping itu, akan mendorongnya untuk berusaha dengan cara apapun-meski itu dilarang guna mewujudkan kenikmatan seks yang dibutuhkan, seperti dengan cara melakukan hubungan intim dengan teman-teman wanitanya serta para pelacur dan teman kencan.

Terkadang juga mendorongnya untuk tenggelam ke dalam dunia narkotika sebagai pelampiasan gairah seksnya yang telah hilang, atau melakukan tindakan kriminal berupa petualangan sebagai pengukuhan atas kejantanannya. Penyimpangan semacam ini terjadi pada pria maupun wanita. Impotensi yang disebabkan oleh pergaulan ini (hal-hal yang dihasilkan oleh pergaulan behas) merupakan penyakit yang mempunyai dua dimensi, yang dampaknya akan mengenai kaum pria dan wanita, sehingga hilanglah kecenderungan untuk melakukan hubungan seks pada kedua belah pihak pada saat bertemu dan bersenda gurau.







Sumber:
Buku Kado Perkawinan yang ditulis oleh Mahmud Mahdi Al-Istanbuli