Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Model Kooperatif Tipe Jigsaw

Model Kooperatif Tipe Jigsaw.

Perkembangan dan kemajuan suatu negara di tentukan oleh berbagai aspek. Baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Aspek yang sangat penting adalah pendidikan. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia, tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan tanpa kunci itu usaha mereka akan gagal. Oleh karena itu, pemerintah harus mempersiapkan kader-kader penerus bangsa yang berkualitas dan memiliki sumber daya manusia yang tinggi untuk menghadapi segala tantangan dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam dunia pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang berintelektual tinggi dan diharapkan mengalami perubahan, baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Tardif bahwa “Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”. Orang yang berpendidikan bisa lebih dewasa dan bijak dalam menentukan suatu masalah yang ada pada dirinya bahkan mereka bisa menjadi inspirator bagi negara.

Untuk mempersiapkan siswa dalam dunia pendidikan tersebut, perlu kiranya seorang guru memberikan bekal maksimal kepada peserta didiknya. Kualitas pendidikan juga sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran dan lebih khusus lagi proses yang terjadi di kelas. Untuk itu pada saat mengikuti pelajaran di kelas, semua siswa diharapkan aktif dalam proses pembelajaran.

Baca juga: Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan dengan yang lainnya. Karena, pencapaian mutu pendidikan yang tinggi tidak hanya ditentukan oleh siswa, tetapi ada kaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, serta pemilihan model, strategi, pendekatan, dan teknik pembelajaran yang tepat.

Oleh karena itu, dibutuhkan usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah dirancang. Sehingga, siswa perlu dibimbing dalam pembelajarannya untuk memicu keaktifan yang diharapkan, yang nantinya akan muncul ide-ide yang inovatif dari mereka yang dapat memperbaiki dunia pendidikan untuk masa depan. Salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya partisipasi aktif siswa yaitu dengan diberikannya masalah yang menantang didalam sebuah mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang diterapkan di sekolah dan yang mempunyai pengaruh besar adalah pelajaran matematika. Menurut Niss dan Hadi menyatakan bahwa “Salah satu alasan utama diberikan matematika kepada siswa-siswi disekolah adalah untuk memberikan kepada individu pengetahuan yang dapat membantu mereka mengatasi berbagai hal dalam kehidupan, seperti pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan sebagai warga negara”. Karena matematika adalah dasarnya ilmu pengetahuan. Baik itu ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial, kesemuanya itu mengandung unsur matematika.

Pada pembelajaran matematika, sistem pengajaran yang digunakan selama ini memandang matematika sebagai suatu produk yang siap pakai. Siswa diperlakukan sebagai obyek belajar dan guru lebih banyak memberikan siswa dengan konsep-konsep dan prosedur-prosedur baku. Dalam hal ini guru diharapkan dapat menerapkan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga siswa lebih aktif bekerja, karena model merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa, apakah model tersebut membuat siswa tertarik, termotivasi, dan timbul perasaan pada diri siswa untuk menyenangi proses pembelajaran dengan menggunakan model tersebut, atau justru membuat siswa jenuh. Terlebih dalam materi yang mengupas tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa.

Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai manipulasi informasi secara sistematis, langkah demi langkah, dengan mengolah informasi yang diperoleh melalui pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran sebagai respon terhadap problema yang dihadapi. Untuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi, menampilkannya dari ingatan, lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru. Memecahkan masalah adalah mengambil keputusan secara rasional. Walaupun kemampuan pemecahan masalah tidak mudah dicapai, akan tetapi oleh karena kepentingan dan kegunaannya, maka sudah seharusnya pemecahan masalah dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah untuk mengembangkan kemampuan siswa itu sendiri. Oleh karena itu, keterampilan memecahkan masalah harus dimiliki oleh siswa dan keterampilan ini akan merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Baca Juga: Materi Bangun Ruang Sisi Datar

Berdasarkan observasi awal pada SMP Negeri 7  di bulan September 2012 (saat sedang melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan), bahwa permasalahan diatas terjadi juga di SMP ini, dimana dalam proses pembelajaran guru masih banyak menjelaskan materi, menyelesaikan contoh soal, dan memberikan latihan yang hampir sama dengan contoh soal, maka siswa dalam menyelesaikan latihan hanya terfokus dengan cara gurunya tersebut. Siswa hanya mendengar, mencatat, dan menyelesaikan latihan dengan cara yang diajarkan oleh guru, jadi siswa segan untuk bertanya, dan akhirnya sebagian siswa menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang sulit dan membosankan. Masih banyak siswa yang kurang memahami pelajaran matematika sehingga hasil yang diperoleh siswa diakhir pembelajaran kurang memuaskan. Hal ini disebabkan guru belum memanfaatkan potensi yang ada pada diri siswa secara optimal, dan juga jarang memberikan contoh soal maupun latihan yang berkaitan dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa. Sangat sedikit siswa yang mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Pernah diuji cobakan pada salah seorang siswa kelas VIII SMP Negeri 7 , dengan masalah berikut: “Pak Ali hendak membuat subuah lemari dengan ukuran 2 m x 1 m x 4 m. Lemari pak Ali tersebut akan ditutup dengan tripleks berbentuk persegi dengan sisi 2 m2. Berapa banyak tripleks yang diperlukan pak Ali untuk menutupi lemari tersebut?

Jawaban dari salah seorang siswa,


Dari jawaban siswa diatas, terlihat bahwa tingkat pemecahan masalahnya masih rendah. Jawaban tersebut memang benar, namun bisa diselesaikan sebagai berikut:

Dik : Ukuran lemari = 2 m x 1 m x 4 m
Berarti, p = 2 m
l = 1 m
t = 4 m
Panjang tripleks = 2 m, berarti s = 2 m

Dit : banyak tripleks yang diperlukan?

Jawab :

Luas lemari pak Ali = luas permukaan balok
= 2(pl + pt + lt)
= 2(2 x 1 + 2 x 4 + 1 x 4)
= 2(2 + 8 + 4)
= 2(14)
= 28 m2

Luas tripleks = luas persegi
= s x s
= 2 m x 2 m
= 4 m2

Banyak tripleks yang diperlukan = = 7

Jadi, banyak tripleks yang diperukan oleh pak Ali untuk menutupi lemarinya yang berukuran 2 m x 1 m x 4 m adalah 7 tripleks.

Dari permasalahan diatas, diperlukan suatu model yang cocok untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam suatu pembelajaran. Untuk itu peneliti mengajukan model pembelajaran jigsaw sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam bertanya maupun berpendapat.

Alasan dipilihnya model jigsaw adalah karena model ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model lainnya. Kelebihan model ini antara lain siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pelajaran karena setiap kelompok memiliki permasalahan yang berbeda. Melalui model ini siswa dituntut untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing terkait materi pelajaran yang akan dipelajari. Dengan demikian keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran dapat meningkat, tidak adanya persaingan antar siswa atau kelompok, siswa dapat bekerja sama dengan temannya untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikir yang berbeda, serta dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses pembelajaran. Jigsaw sangat membantu siswa dalam bertanggung jawab secara individu sekaligus kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompok belajar yang saling bekerja sama dan tanggungjawab terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.

Dalam pembelajaran model jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4 atau 5 orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakangnya. Kemudian pada kelompok asal guru membagikan materi yang berupa teks dengan judul yang berbeda-beda, siswa dengan materi yang sama membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli, dalam hal ini siswa menemukan sendiri setiap permasalahan dengan menggabungkan ilmu yang dimiliki setiap siswa dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok belajarnya. Karena dalam langkah-langkah jigsaw ada diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal. Diskusi merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap pemecahan masalah matematika sehingga dengan begitu siswa akan lebih terlatih dalam mengolah informasi.

Diskusi tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga mempelajari keterampilan khusus diantaranya menggunakan kesepakatan, menghormati perbedaan individu, mendengar dengan aktif bertanya, memeriksa dengan aktif bertanya, memeriksa dengan cermat dan kompromi. Diskusi berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antara anggota kelompok selama kegiatan. Karena tujuan diskusi adalah untuk memberikan suasana kelas yang hidup, mendekati suasana kehidupan sehari-hari yang sesungguhnya.

Melalui model pembelajaran jigsaw diharapkan dapat memberi solusi dan suasana baru yang menarik dalam pembelajaran, ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif jigsaw ini siswa belajar dengan cara berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam diskusi kelompok ahli dan kelompok asal. Sehingga siswa dapat memecahkan masalah dalam diskusi tersebut dengan saling bekerja sama, memikirkan dan menyelesaikan masalah yang diberikan.