Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendidikan Islam di Aceh Pada Masa Kerajaan

Pendidikan Islam di Aceh pada masa kerajaan
Wilayah Aceh terletak di ujung pulau sumatra. Dulunya adalah sebuah bangsa yang paling besar kekuasaannya di pulau-pulau asia timur pada akhir abad ke 16 sampai pertengahan abad ke 17. Setelah itu pada tahun 724 M. Bertolak lagi expedisi dari persia dengan tujuan serupa juga singgah di tempat yang pernah disinggahi sebelumnya.[1] Berdasarkan seminar yang diselenggarakan oleh yang dilakukan di Medan tahun 1963 dan di Banda Aceh pada tahun 1978 tentang sejarah masuk dan perkembangan Islam dinusantara menyimpulkan bahwa:
  1. Bahwa menurut sumber yang dapat dipercaya, Islam pertama masuk ke Indonesia (aceh) pada abad pertama Hijriyyah ( abad ketujuh masehi) langsung dari arab.
  2. Kerajaan Islam pertama-tama adalah peurlak, samudra Pasai, dan Lamuri.
  3. Penyiaran Islam kenusantara secara damai dan Islam berkembang di Aceh secara hikmah dan bijaksana.[2]
Masa kerajaan islam di Aceh, merupakan salah satu dari periodesasi perjalanan Sejarah Pendididkan Islam di Aceh. Sebagaimana lahirnya kerajaan Islam yang disertai dengan berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu, sangat mewarnai Sejarah Pendidikan Islam di Aceh, terlebih-lebih agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi kerajaan pada saat itu. Karena itulah kajian tentang sejarah pendidikan Islam di Aceh harus seiring dengan kajian tentang keadaan Islam itu sendiri pada masa kerajaan Islam. Berikut ini beberapa kerajaan Islam di Aceh yang berperan dalam pendidikan Islam dan dakwah islamiyah. Kerajaan peurlak

Dalam catatan Marcopolo pada tahun 1292 M. Menyebutkan bahwa ketika ia tiba di bagian utara pulau sumatra (peurlak) menjumpai penduduk asli di kerajaan kecil itu telah memeluk Islam dan berlaku hukum Islam bagi warganya.[3]

Adapun sultan pertama yang dinobatkan sebagai sultan kerajaan peurlak 01 Muharram 225 H adalah Sayyid Abdul azis yang diberi gelar Sultan Alaiddin sayyid maulana abdul Azis Syah dengan nama kota yaitu Bandar Khalifah sebagai nakhoda khalifah yang membawa angkatan dakwah Islam ke Peurlak. Sultan Alaiddin sayyid maulana abdul Azis Syah memerintah sampai tahun 249 H (864 M). Dalam pendirian kerajaan peulak ada 18 orang sultan dengan sulthan yang terakhir adalah sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan (dari tahun 662 H s/d 692 H bertepatan dengan 1263 s/d 1292 M). Ini merupakan sultan terakhir dari kerajaan Islam peurlak karena setelahnya kerajaan peurlak disatukan dengan kerajaan samudra pasai. [4]

Sistem pemerintahan yang ditetapkan oleh kerajaan islam peurlak, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab idhharul haq adalah mengikuti sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh daulah abbasiah (750 s/d 1258 M) di Baghdad.[5]

Lembaga pendidikan di Kerajaan Peurlak.

Setelah berdirinya kerajaan Peurlak (kerajaan pertama di Nusantara) pada tanggal 01 Muharram 225 H. Langkah pertama yang diambil oleh kerajaan Islam tersebut adalah mendirikan lembaga pendidikan ditiap-tiap kampung dengan nama madrasah (orang aceh mengucapkannya Meunasah). Disetiap mukim didirikan lembaga pendidikan lanjutan yang bernama Zawiyah (orang aceh menyebutnya Dayah) yang diajarkan pengetahuan umum dan bahasa arab. Pada tempat tertentu dipusat-pusat kerajaan didirikan lembaga pendidikan lanjutan atas yang dinamakan dengan Zawiyah Teungku Chik. Didayah ini diajarkan berbagai macam ilmu agama dan ilmu umum untuk pembangunan sumber daya manusia dalam kerajaan tersebut.[6] Diantara orang yang berhasil dididik dalam Zawiyah adalah Meurah Johan yang nantinya menjadi raja pertama dari kerajaan Aceh Darusslam.

Kerajaan samudra pasai

Setelah kerajaan peurlak mengalami kemunduran, maka berdirilah kerajaan baru yang disebut dengan kerajaan Samudra Pasai. Raja yang pertama bernama Malikussaleh. Menurut catatan Marcopolo yang mengunjungi Pasai pada akhir tahun 1292 M bertepatan dengan tahun 635 H bahwa di Pasai diperintah oleh seorang Raja yang bernama malikussaleh seorang raja yang besar dan kerajaannya kaya. [7]

Peranan Kerajaan samudera Pasai dalam bidang pendidikan dan dakwah

Kerajaan Samudera Pasai menjadi kerajaan yang sangat berpengaruh di kawasan Asia tenggara karena hubungan perdagangan dengan bangsa besar pada sa’at itu seperti Arab, Cina, India dan lainnya pada abad ke 14 dan 15 M. Pada masa pemerintahan Malik Ad-Dahir. Karena kebesarannya itu, maka kerajaan Samudera pasai maka sangat berpengaruh dalam pendidikan dan pengajaran agama Islam di Nusantara pada masa itu. Diantaranya penyebaran dakwah kedaerah Minangkabau, Palembang, Jambi, Patani, malaka, jawa dan daerah lainnya.[8] Menurut catatan Ibnu Batutah bahwa pada masa itu banyak datang ulama India, persia (bagian darai kekuasaan Daulah Abbasiyah) untuk mengajarkan agama kepada masyakat dan berdiskusi dengan ulama pada masa itu.[9] Kerajaan pasai juga kerajaan berpola maritim islam yang memiliki armada yang kuat dengan menjalin hubungan dengan kerajaan lain baik dari hubungan perdagangan dan pertanahan kemaritiman.


Referensi:
[1] Larouse Grand Dictionnaire Universelle, jilid I, Paris tahun 1866, h. 70.
[2] Keputusan Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di daerah istimewa Aceh (Banda Aceh: Panitia Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di daerah istimewa Aceh), h. 2.
[3] Mahammad Ibrahim dan Rusydi Sufi, Proses Islamisasi dan Munculnya Kerajaan Islam di Aceh, (Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 8.
[4] Mahammad Ibrahim dan Rusydi Sufi, Proses Islamisasi dan Munculnya Kerajaan Islam di Aceh, (Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 14 s/d 17.
[5] Mahammad Ibrahim dan Rusydi Sufi, Proses Islamisasi dan Munculnya Kerajaan Islam di Aceh, (Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 20.
[6] Majelis Pendidikan Aceh, Perkembangan Pendidikan di Nanggroe Aceh Darussalam, (Banda aceh: Gua Hira’, 1995), h. 41-42.
[7] H.M. Zainuddin, Tarikh Aceh dan Nusantara, Cet. II, (Banda Aceh: LSKPM, tahun 2012), h. 146-148.
[8] Mahammad Ibrahim dan Rusydi Sufi, Proses Islamisasi dan Munculnya Kerajaan Islam di Aceh, (Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 31-32.
[9] A. Hasjmy, Sejarah Pemerintahan Selama Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam di Aceh, prasaran pada seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh, (Banda Aceh: tahun 1978), h. 3.