Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Hasan dan Pembagiannya

 

Hadits Hasan dan Pembagiannya

A. Pengertian Hadits Hasan

Menurut bahasa, hasan berarti yang diingini dan disenangi. Sedangkanmenurut Istilah adalah sebagaimana yang disampaikan oleh ibnu Hajar:

ما نقله عدل قليل الضبط متسل اسنده غير معلل ولا شاذ

"Yaitu suatu hadits yang diperoleh dari  orang yang adil yang sedikit berkurang kekuatan hafalannya, bersambung mata rantai sanadnya sampai kepada Nabi Muhammad dan tidak memiliki cacat serta tidak bertentangan dengan hadits yang lebih rajih"

Menrut Imam turmuzi bahwa pengertian hadits Hasan Adalah:

إن الحسن عندنا ماسلم ن شذوذ ومن متهم ويروى من غير وجه

"Hasan menurut pandangan kami adalah hadits yang selamat dari syadz dan selamat dari orang-orang yang tertuduh dan hadits itu diriwayatkan dari beberapa  jalan/sanad"

Sedangan menurut Al-Khatthaby hadits Hasan adalah Hadits yang dikena perawinya dan masyhur sumber atau tempat keluarnya.

Baca juga: Karakteristik Makki dan Madani

B. Pembagian Hadits Hasan

Menurut Ibnu Shalah Hadits hasan itu dapat dibagi kepada dua macam yaitu:

  1. Hadits Hasan lizatihi yaitu Hadits yang terkenal para perawinya tentang kejujurannya dan amanahnya serta teguh hafalannya Tetapi tidak mencapai derajat perawi hadits shahih. definisi ini sama dengan definisi hadits hasan yang telah dikemukakan `oleh Ibnu Hajar dan Al-Khatthaby di atas. secara ringkas yang dimaksud dengan hadits hasan lizatihi yang dikemukakan oeh Ibnu Shalah adalah: ما اتصل سنده بنقل رجل عدل قل ضبطه غير شاذ ولا معلل "Hadits yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh orang yang adil yang kurang sedikit kedhabitannya, yang tidak syadz dan tidak berillat". sebagai contoh dari hadits asan lizatihi yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dalam kitab sunannya sebagai berikut: حدثنا ابو كريب حدثنا عبدة بن سليمان عن محمد بن عمرو وعن ابي سلمة عن ابي هريرة قال: قال رسول الله: لول ان اشق على امتى لأمرتهم بالسواك عند كل صلاة "Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib,` telah menceritakan kepada kami Abu 'Abdah bin Sulaiman dari Muhammad bin Amiir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata: Telah bersabda Rasulullah: Sekiranya tidak memberatkan umatku, tentu aku memerintahkannya untuk bersiwak pada tiap-tiap akan shalat". semua perawi hadits tersebut mulai dari Imam Turmuzi sampai kepada Nabi adalah bersambung sanadnya, yakni setiap orang mendengar langsung dari perawi yang lain. Dan juga semua perawinya termasuk orang yang adil dan dhabits hafalannya kecuali Muhammad bin Amir. Beliau agakkurang sedikit kedhabitannya. oleh karena itu Hadits tersebut dinamakan dengan hadits hasan lizatihi.
  2. Hadits Hasan lighairihi adalah hadits yang terdapat dalam sanadnya perawi yang mastur (yang tidak diketahui keadaannya), yang tidakkuat hafalannya, tidak dapat dipastikan keahliannya. Tetapi perwinya bukanah orang yang lengah da`n bukanlah orang yang banyak salah dalam meriwayatkan hadits, tidak tertuduh dusta dan tidak pula dinisbatkan kepada suatu pekerjaan yang dapat memfasikkan selain dari dusta tetapi hadits itu memiliki tabi' ata syahid. Definisi ini sama dengan yang dikemukan olehImam Turmuzi bahwa hadits hasan lighairihi adalah: الحديث الضعيف الذي توبع yaitu hadits dhaif yang ada muttabi'nya. Contohnya adalah hadits riwayat Imam Turmuzi: telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani', telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Yazid bin Abi ziyad dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Barra' bin 'Azib ia berkata: telah bersabda Rasulullah:  حقا على المسلمين أن يغتسلوا يوم الجمعة sesungguhnya suatu kewajiban atas setiap orang islam adalah mandi pada hari jum'at. Perawi yang ada di dalamnya semuanya orang yang kepercayaan kecuali Husyaim. Ia terkenal sebagai seorang yang Mudallis. Oleh karena itu riwayatnya dianggap lemah. Namun karena hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dengan jalur sanad yang lainnya. walaupun juga ada orang yang dianggap lemah. akan tetapi hadits tersebut terdapat pendukung dari hadits lainnya oleh karena itu hadits tersebut naik derajatnya menjadi adits Hasan lighairihi. 

Baca juga: Kedudukan dan fungsi hadits    

C. Martabat Hadits Hasan

Apabila ditinjau dari segi sanadmaka martabat perawinya dapat dibagi:

  1. Martabat Ulya, 
  2. Martabat Wustha
  3. Martabat Dunya
Di antara sanat yang bermartabat Ulya (tinggi) adalah:
  • Bahz bin Hakam bin Muawiyah bin Haidah dari bapaknya (Hakim) dari kakeknya (Muawiyah)
  • Amer bin Syuaib bin Muhammad bin Abdillah dari bapaknya (Amer) dari kakeknya (Abdillah)
  • Ibnu Ishak dari At-Taimi.
Baca juga: Tafsir Tematik

sedangkan martabat yang terletak di bawahnya yaitu martabat yang diperselisihkan tentang kehasanan dan kedhaifannya seperti hadits melalui jalur:
  •  Al-Harits bin Abdullah
  • 'Ashim bin Diamrah
  • Al-Hajjah bin Arthaah
D. Pengertian Hadits Hasan Shahih
Dalam Sunan At-Turmuzi, Beliau selalu menerangkan nilai setiap hadits yang terdapat di dalamnya dengan penilaian:
  • Hadza haditsun shahihun
  • Hadza Haditsun hasanun
  • Hadza haditsun hasanun shahihun
  • Hadza haditsun hasann gharibun
  • Hadza haditsun hasanun sahihun gharibun

Apakah yang dimaksud dengan hasan shahih oleh Imam Turmuzi..? berhubung beliau tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan pengertian hadits hasan shahih tersebut, maka timbullah beberapa penafsiran dikalangan ulama hadits, di antaranya:
  1. Ibnu Shalah. Beliau menjelaskan bahwa istilah tersebut berhubungan dengan sanad haditsnya. atau berhubungan dengan pengertian kata-kata itu sendiri. Artinya sebuah hadits yang dinytakan hasan shahih itu mempunyai dua keungkinan: yang pertama, hadits tersebut mempunyai dua sanad. Sanad yang pertama nilainya hasan dan sanad yang kedua nilainya shahih. Kemungkinan yang kedua yang dimaksud dengan hasan adalah dalam arti bahasa, sedangkan sahih dalam arti istilah.
  2. Ibnu Hajar. Pengertian Hadits Hasan Shahih, ialah bahwa dalam kata-kata hasan shahih itu mengandung أو (au) yang muqaddarah. Artinya At-Turmuzi meriwayatkan hadits itu melalui dua sanad. maka hadits itu mengandung makna (أو للتخيير)  dalam arti memilih. Sehingga bermaksud bahwa sanadnya yang satu dipandang hasan dan sanad yang lain bernilai Shahih. Tetapi jika hadits itu diriwayatkan dari satu sanad maka istilah tersebut mengandung makna (أو مقدرة) yang menunjukkan keragu-raguan dalam menilai hadits itu antara Bernilai hasan dan bernilai shahih. Ataupun ada perawi dalam hadits tersebut diperselihkan ketsiqahannya oleh para ulama seperti hadits Imam turmuzi: " telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abdul Azis bin Muhammad dari Al-'Ala bin Abdirrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah telah berkata: telah bersabda Rasulullah: إذا بقي نصف من شعبان فلا تصوموا (jika sudah tinggal setengah dari bulan sya'ban janganlah kalian berpuasa). hadits itu hanya memiliki satu jalur sanad. Perawi yang bernama Al-'Ala bing Abdirrahman itu diperselisihkan oleh para ulama tentang dirinya. Sebagian dari ulama menganggap bahwa hadits yang beliau riwayatkan bernilai shahih dan sebagian yang lain mengganggap bernilai hasan.
  3. Ibnu Wazir. Beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hasan shahih oleh Imam Turmuzi adalah Hasan dalan arti baik untuk berhujjah dengan hadits tersebut dan shahih maksudnya adalah shahih sanadnya.
Baca juga: Pemberian Hukuman kepada Anak 

E. Hukum Hadits Hasan

Menurut Imam Al-Bukhari dan Ibnul Arabi, kita tidak diperkenankan untuk mengamalkan hadits hasan karena dikhawatirkan kita mengamalkan sesuatu yang Nabi tidak memerintahkannya. Sedangkan menurut jumhur Ulama bahwa hadits hasan itu dapat dipakai untuk berhujjah sebagimana hadits shahih walaupun tingkatannya lebih rendah karena perawi adits hasan diduga keras akan ketsiqahannya, sehingga berita dari orang yang tsiqah itu harus dapat diterima.

F. Berhujjah dengan Hadits Hasan 

Hadits hasan dengan kedua jenisnya dapat dijadikan hujjah dan diamal kan sebagaimana hadits shahih. Meski hadits hasan memiliki kekuatan di bawah hadits shahih. Oleh karena itu, sebagian ulama ' memasukkannya ke dalam kelompok hadits shahih, antara lain al-Hakim, Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah, meskipun mereka jelas mengetahui bahwa hadits hasan memiliki kekuatan di bawah hadits shahih, dengan bukti dimenangkannya hadits shahih bila terjadi kontradiksi.

Naiknya Hadits Hasan ke Derajat Shahih 

Bila suatu hadits hasan diriwayatkan dari jalur lain, maka ia menjadi kuat dan naik dari derajat hasan menuju derajat shahih. Karena perawi hadits hasan berada di bawah derajat perawi yang sempurna hafalannya, namun tetap ber status adil. Sisi kekurangan daya fahal yang dikhawatirkan telah sirna dengan adanya jalur lain atau jalur-jalur lain yang menyumbat kekurangan itu dan naik dari hasan ke shahih, karena masing-masing saling mengukuhkan. Salah satu contohnya adalah hadits Muhammad ibn Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
لولا أن أشـق على أمتي لأمرتهم بالسواك عند كل صلاة. 
Seandainya saya tidak ( dianggap ) mempersulit umatku, niscaya aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali ( hendak ) shalat. 

Muhammad ibn Amr ibn ' Alqamah termasuk perawi yang terkenal jujur. tetapi tidak termasuk Ahlul Itqan ( mereka yang memiliki hafalan yang kuat ). Sehingga ada yang menilainya dha'if dari sisi hafalan, namun yang lain menilainya tsiqat dari sisi kejujurannya. Jadi haditsnya ini termasuk hasan li dzatihi dan shahih li ghairihi. Karena ia diriwayatkan dari guru Muhammad ibn Amr dari guru-gurunya, melalui jalur lain. Ada yang meriwayatkannya dari Abu Hurairah, yaitu al-A'raj, Sa'id al-Maqbariy, ayahnya dan lain-lain.

Dugaan Tempat-tempat Hadits Hasan 

Ulama' tidak menyusun karya mengenai hadits hasan secara khusus seperti halnya mengenai hadits shahih. Sebagian ulama ' menyusun hadits hasan bersama dengan hadits shahih, seperti yang telah saya jelaskan. Sehingga kita bisa menemukan hadits hasan dalam kitab- kitab itu. Karya yang mula-mula mengandung hadits hasan adalah Sunan at-Tirmidziy. Tirmidziy banyak menyebut hadits dengan sebutan hasan, di samping dengan sebutan shahih untuk hadits lainnya. Termasuk tempat yang mungkin memuat hadits hasan adalah as-Sunan al-Arba'ah dan Musnad Ahmad meskipun di dalam kitab-kitab itu ada yang shahih, hasan dan beberapa hadits dha'if.

Tingkat-tingkat Hadits Hasan 

Kita telah melihat bahwa hadits shahih memiliki beberapa tingkat. Para ulama telah berusaha untuk menjelaskan Ashahhul Asanid. Demikian pula dengan hadits hasan. Imam adz-Dzahabiy mengatakan: "Tingkat hasan ter tinggi adalah riwayat Bahz ibn Hukaim dari ayahnya dari kakeknya, Amr ibn Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, Ibn Ishaq dari at-Taimiy dan sanad sejenis yang menurut sebagian ulama ' dikatakan sebagai sanad shahih, yakni meru pakan derajat shahih terendah. Kemudian sanad yang diperselisihkan antara hasan dan dha'ifnya, seperti riwayat al-Harits ibn Abdillah, ' Ashim ibn Dham rah, Hajjaj ibn Arthat dan lain-lain. \
Seperti yang telah saya sinyalir di dalam pembahasan hadits shahih, bahwa kualitas shahih atau hasan suatu sanad tidak mesti menimbulkan penilaian shahih atau hasan atas matannya, demikian pula di sini. Sehingga kadang-kadang matannya syadz atau mu'allal. Dan tak syak lagi, bahwa para pakar tidak beralih dari term hadits shahih atau hadits hasan kepada term sanad shahih atau sanad hasan kecuali ada hikmah yang terkandung didalamnya.

Namun demikian, kami tetap menilai bahwa bila seorang imam mu tamad mengatakan isnad shahih atau isnad hasan, maka tidaklah logis bila matannya ber'illar tanpa menjelaskannya. 

Pemaduan Tirmidziy antara Terma Hadits Hasan dan Shahih 

Sering sekali terhadap suatu hadits, Imam Tirmidziy mengatakan: "Hasan Shahih". Sebagian ulama menganggap terma itu janggal. Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya hadits hasan terbatas dari jangkauan shahih, sehingga memadukan antara keduanya dalam satu penilaian merupakan pe maduan antara penegasian keterbatasan itu dengan pemositifannya. Ulama memberikan beragam tanggapan terhadap hal itu. Tanggapan yang paling baik adalah bahwa hadits yang dinilai hasan shahih oleh Tirmidziy yang hadits itu memiliki lebih dari satu sanad, maka artinya beliau menilai salah satunya shahih sedang lainnya hasan. 

Dan bila hadits yang dinilai dengan terma itu hanya memiliki satu sanad, maka hal itu merupakan kesimpulan dari penilaian para kritikus tentang pera winya. Ada yang menilai perawinya termasuk shahih dan ada pula yang menilainya hasan. Dan kedua pendapat itu tidak bisa ditarjihkan salah satunya. Atau bisa ditarjihkan salah satunya, hanya saja beliau mengatakan : Hadits itu hasan menurut sebagian ulama ' dan shahih menurut ulama ' lain. Seharusnya redaksi yang lebih baik untuk digunakan adalah Hasan atau Shahih. Namun harf taraddudnya dibuang. 

Pemaduan Tirmidziy antara Terma Hasan, Shahih dan Gharib 
Yang dimasksud gharib adalah hadits yang diriwayatkan seseorang secara sendirian. Kadang-kadang perawinya tsiqat, sehingga riwayatnya sha hih. Tetapi kadang-kadang ia di bawah kualitas tsiqat, sehingga riwayatnya hasan. Dan kadang-kadang ia dha'if, sehingga riwayatnya dha'if.

Sehingga tidak ada pertentangan bila suatu hadits disifati dengan gharib dan shahih atau gharib dengan hasan. Gharabah merupakan penilaian atas penyendirian yang dilakukan seseorang dalam periwayatannya. Sedang shahih dan hasan meru pakan penilaian atas hadits atau sanadnya karena memenuhi syarat-syarat shahih atau hasan. 

Sebelumnya, ulama hadits membagi hadits kepada shahih dan dha'if. Al-Imam Taqiyyuddin Ibn Taimiyyah mengatakan bahwa sebelum Tirmidziy di kalangan ulama ' belum dikenal pembagian hadits menjadi tiga bagian. Mereka mem baginya kepada hadits shahih dan dha'if. Dha'if menurut mereka ada dua bagian. yaitu dha'if yang tidak terlarang mengamalkannya. Inilah yang dekat dengan hasan menurut isitlah Tirmidziy.

Sumber:
Buku Ilmu Musthalah Hadits
Penulis: Moh. Anwar