Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HADITS PENTINGNYA MENTADABBURI AL-QUR'AN

HADITS PENTINGNYA MENTADABBURI AL-QUR'AN

MENGHAYATI MAKNA YANG DIBACA

690) Hudzaifah ibn Yaman berkata:

صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فَمَا مَرَّتْ بِهِ آيَةُ رَحْمَةٍ اِلاَّ وَقَفَ عِنْدَهَا يَسْئَلُ وَلَا آيَةَ عَذَابٍ اِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْهَا.

"Saya shalat beserta Nabi saw. Saya dapati beliau di setiap melalui ayat rahmat, berhenti dan memohonkan rahmat, dan di setiap melalui ayat azab, beliau memohon perlindunganNya." (HR Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'y, At-Turmudzy dan Ibnu Majah; Subulus Salam 1: 242)

691) Aisyah Ummul Mu'minin ra berkata:

قُمْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ لَيْلَةَ التَّمَامِ ، فَكَانَ يَقْرَأُ بِالْبَقَرَةِ وَالنِّسَاءِ وَآلِ عِمْرَانَ وَلاَيَمُرُّ بِايَة منْهَا تَخْوِيْفٌ اِلاَّ دَعَا اللهَ عَزَّوَجَلَّ وَاسْتَعَاذَ وَلا يَمُرُّ بِآيَةٍ فِيهَا اسْتِشَارٌ إِلاَّ دَعَا اللهَ عَزَّوَجَلَّ وَرَغَبَ إِلَيْهِ.

"Pada suatu malam yang panjang (yakni malam yang lebih dari 12 jam), saya shalat malam beserta Rasulullah saw., beliau membaca surat Al-Baqarah, surat An-Nisa' dan surat Ali-Imran. Ketika beliau melalui ayat-ayat takhwif (ayat-ayat yang berisi kabar menakutkan) beliau berlindung diri kepada Allah seraya berdoa; dan tiap-tiap beliau melalui ayat istibsyar (ayat-ayat yang berisi kabar menggembirakan), beliau memohon kepada Allah dan mengharap akan memperolehnya." (HR Ahmad; Subulus Salam 1: 242)

SYARAH HADITS

Hadits (690), menurut At-Turmudzy, hasan. Hadits ini menyatakan bahwa bagi para pembaca Al-Fatihah dan surat, seyogianya men-tadabbur-kan (menghayati) apa yang dibacanya, serta memohon rahmat Allah ketika melalui ayat-ayat rahmat dan ber-isti'adzah (memohon perlindungan) ketika melalui ayat-ayat azab.

Hadits (691) menyatakan bahwa kita dituntut membaca secara tadabbur (memperhatikan maksud dan kandungan yang kita baca). Dengan demikian terasalah oleh kita perbedaan antara ayat rahmat dengan ayat azab.

Tidak ada khilaf antara ulama-ulama Islam tentang dituntutnya kita meng- hayati dan memahami apa yang kita baca di dalam shalat. Tidak dapat diragukan barang sedikit pun, bahwa memahami dan men-tadabbur-kan makna-makna yangkita baca adalah pekerjaan yang dituntut oleh agama. Memahami makna yang dibaca dan men-tadabbur-kannya, berkaitan erat dengan mengetahui makna-maknanya. Mengetahui makna-maknanya, bertalian erat dengan mengetahui bahasa yang dipergunakan untuk ucapan-ucapan itu.

Maka oleh karena itu, hendaklah kita membaca Al-Fatihah dan surat, baik di dalam shalat, maupun di luarnya dengan perlahan-lahan, khusyu' dan tadabbur, dengan berhenti di tiap-tiap akhir ayat dan memenuhi hak tajwid dengan sempurna serta menjauhkan hal-hal yang membimbangkan hati.

Dengan memperhatikan nash-nash Al-Qur'an, kita mendapat kesan, bahwa mengetahui makna yang dibaca adalah suatu hal yang diwajibkan, yang berhubungan erat dengan kesempurnaan shalat atau dengan sah dan tidaknya. Lantaran inilah, kita tidak boleh sama sekali mempermudah soal mengetahui makna yang dibaca. Fatwa-fatwa yang membolehkan kita mencukupkan dengan mengetahui bunyi lafazh saja, sungguh berlawanan dengan kehendak dan maksud dari nash Al-Qur'an."

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy Bab Hukum Kiblat dalam Shalat Dalam Buku Koleksi Hadits-Hadits Hukum Jilid 1 Masalah Menghayati Makna Yang Dibaca