Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Membuka Rakaat Kedua Dengan Al-Fatihah

Hadits Membuka Rakaat Yang Kedua Dengan Al-Fatihah

MEMBUKA RAKAAT YANG KEDUA DENGAN AL-FATIHAH TIDAK BER-TA'AWWUDZ DAN MEMBACA SUATU DOA

743) Abu Hurairah ra. berkata:

كَانَ رَسُولُ الله إِذَا نَهَضَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ افْتَتَحَ الْقِرَاءَةَ بِالْحَمْدُ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَلَمْ يَسْكُت.
"Rasulullah saw. apabila berdiri ke rakaat yang kedua, memulai bacaanya dengan al-hamdu lillāhi rabbil 'alamin, dengan tanpa diam." (HR. Muslim; Al-Muntaqa 1: 434)

SYARAH HADITS

Hadits (743) diriwayatkan juga oleh An-Nasa'y dan Ibnu Majah. Menurut riwayat Abu Daud, Nabi diam dalam rakaat yang pertama untuk membaca iftitah. Menurut riwayat An-Nasa'y, Nabi diam untuk membaca iftitah di permulaan shalat atau permulaan rakaat.

Menyatakan bahwa kita tidak disuruh berdiam sebelum memulai bacaan Al- Fatihah, pada awal rakaat yang kedua. Juga menyatakan bahwa ta'awwudz untuk Al-Fatihah, tidak lagi dibaca di rakaat yang kedua. Demikian juga di rakaat yang ketiga dan yang keempat. Diam sebelum pembacaan Al-Fatihah, hanya tertentu bagi rakaat yang pertama saja.

Abu Hanifah dan Asy-Syafi'y berkata: "Ta'awwudz itu sunnat dibaca di permulaan tiap-tiap rakaat." Malik berkata: "Ta'awwudz hanya dibaca dalam shalat malam di bulan Ramadhan, dimalam pertamanya saja, tidak di malam lainnya. Dalam shalat fardhu dan tathawwu' yang lain, tidak dibaca."

Diriwayatkan oleh Abdurrahman ibn Abi Laila, bahwa Umar berkata: "Imam menyembunyikan empat bacaan: Ta'awudh, bismillahi arahmani Ar-rahimi, Amin dan allahumma rabbana walakal hamdu.

Ibrahim An-Nakha'y berkata: "Lima bacaan disembunyikan yang Subha nakallahumma wa bihandika, ta'awwudz, bismillahir rahmanirrahim, amin dan allahumma rabbana walakal hamdu. Al-Hasan Al-Bishry, hanya membaca isti'azah dalam yang pertama dengan bunyi: "Adzubillahis sami'ul 'alimi minasyaithanirrajim."

Ibnu Sirin membaca istiadsah di tiap-tiap rakaat. Diriwayatkan oleh Abdur Razzak dalam Musannafnya.

Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla menguatkan paham yang memfaridhukan kira membaca ta'awwudz, di tiap-tiap rakaat sebelum Al-Fatihah ibnu Chudamah ber kata: "Tiga bacaan, tidak ada lagi di rakaat yang dua, yaitu takbirana ihram, niat dan iftitah. Tentang hal ta'awwudz, menurut suatu pendapar Ahmadi, udak dibaca lagu ch awal rakaat yang kedua. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Au-haus Al Hasan dan An-Nakha'i.

Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma'ad berkata: "Para fuqaha relah berselisihan. apakah diam di rakaat yang kedua (menurut riwayat An-Nasa'y dari Abu Hurairah) untuk ber-istiadzah, ataukah bukan. Perselisihan ini terjadi sesudah mereka sepakat menetapkan bahwa diam di permulaan rakan yang kedua bukan untuk iftitah. Dari Ahmad diperoleh dua riwayat.

Sebagian ashhab Ahmad berpendapat, bahwa semua bacaan yang dibaca sa lam shalat dari rakaat yang pertama hingga ke rakaat yang terakhir, dipandang satu. Kalau demikian cukuplah ta'awwalz sekali saja dibaca sebelum Al Fahah dalam rakaat yang pertama. Sebagian ashhab yang lain berpendapat, bahwa bacaan untuk masing-masing rakaat, berdiri sendiri-sendiri. 

Kalau demikian, anew.k dibaca di tiap-tiap permulaan rakaat. Dalam pada itu mereka semua sependapat dalam menetapkan, bahwa doa iftitah dibaca sekali saja untuk semua rakaat shalat Mengingat alasan-alasan tersebut, maka isti'azah dibaca sekali saja, itulah pendapat yang lebih tegas.

Dicukupkan sekali ta'wudz, mengingat bahwa bacaan itu dari rakaat tidak diselangi oleh diam, hanya diselangi oleh zikir. Kalau demikian dapatlah semuanya dipandang suatu qira'ah yang disclangi untuk memuji Allah, mentashbihkan-Nya, membaca tahlil, membaca shalawat, atau yang serupa itu.

Dalam pada itu sebagian ahli tahqiq berpendapat, bahwa dia yang dinafikan oleh riwayat Abu Hurairah itu, tidak berlawanan dengan diam nuk ta'awwudz dan basmalah yang hanya sebentar saja Diam yang sebentar ini tidak di sadari makmum, karena ketika imam berdiam sementara itu mereka sedang bangkit ke rakaat berikutnya.

Mewajibkan ta'awwudz sebelum qira'ah, itulah paham yang terkuat, karena perintah ber-ta'awwudz tidak ada yang memalingkannya kepada sunat. Hanya hal itu tertentu bagi rakaat yang pertama saja. Sebagaimana iftifah dibaca sekali saja di awal rakaat yang pertama untuk seluruh rakaat, demikian jugalah ta'awwufz dibaca sekali saja untuk setiap qira'ah dalam satu shalat.

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy  Dalam Buku Koleksi Hadits-hadits Hukum Jilid 1 Bab Sifat-sifat Shalat Masalah Membuka Rakaat Yang Kedua Dengan Al-Fatihah Tidak Ber-Ta'awwudz Dan Membaca Suatu Do'a