Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Membaca Do'a Iftitah Dalam Shalat

Hadits Membaca Do'a Iftitah Dalam Shalat

MEMBACA DZIKIR IFTITAH ANTARA TAKBIRATUL IHRAM DAN AL-FATIHAH

639) Abu Hurairah ra. menerangkan:

اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ اِذَا كَبَّرَ فِى الصَّلَاةِ سَكَتَ هُنَيْهَةً قَبْلَ الْقِرَاءَةِ، فَقُلْتُ: يَارَسُوْلَ اللهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّى، أَرَأَيْتَ سُكُوْتَكَ بَيْنَ التَّكْبِيْرِ وَالقِرَاءَةِ مَاتَقُولُ؟ قَالَ: أَقُولُ: اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمُشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ تَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنسِ، اَلَّلهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ والثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.

"Rasulullah saw. apabila telah membaca takbiratul-ihram, berdiam sesaat lamanya sebelum beliau membaca Al-Fatihah. Maka pada suatu ketika aku bertanya: "Ya Rasulullah! demi ayahku dan ibuku, apakah yang Tuan baca ketika Tuan berdiri di antara takbir dengan Al-Fatihah itu? Nabi saw. menjawab: "Ketika saya berdiam itu saya membaca: "Allâhumma ba'id baini wa baina khathāyāya kama ba'ad ta bainal masyriqi wal maghribi. Allahumma naqqini min khathayaya kama yunaqqats-tsaubul abyadhu minad-danasi. Allahumm aghsilni min khatha yaya bil ma-i wats-tsalji wal-baradi "ya Allah ya Tuhanku, jauhkanlah daku dari berbagai rupa kesalahan, seperti Engkau telah menjauhkan masyriq dari maghnb". Ya Allah, sucikanlah daku dari pada kesalahan-kesalahanku, sebagaimana dibersihkannya kain putih dari daki dan kotoran. Ya Allah, basuhkanlah aku dari segenap kesalahanku dengan air, dengan salju dan dengan air embun." (HR. Al-Jama'ah, terkecuali At-Turmudzy; Al-Muntaqa 1: 366)

640) Ali ibn Abi Thalib ra. menerangkan:

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا أَقَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ: وَجَّهْتُ وَجْهِيَ الَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ حَنِيْفًا مُسلِماً وَمَاأَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَالِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِميْنَ اَلَّلهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا اِلَهَ اِلَّا اَنْتَ, اَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ, ظَلَمْتُ نَفْسِى وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي ذُنُوْبي جَمِيْعًا لَا يَغْفِرُ الذُّنُّوْبَ اِلاَّ اَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأخْلَاقِ لَا يَهْدِى لَِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ  عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا اَنْتَ , لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ والشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ إِنَّابِكَ وَإِلَيْكَ تَبارَكْتَ وَتَعَلَيْكَ اَسْتغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
"Nabi saw. apabila telah berdiri dalam shalat sesudah membaca takbir, beliau membaca: "Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardha hanifan musliman wa má ana minal musyrikin. Inna shalâti wa nusuki wa mahyâya wamamâti lillāhi rabbil 'alamin. La syarika lahu wabidzâlika umirtu wa ana minal muslimin. Allahumma antal maliku la ilaha illa anta. Anta rabbi wa ana 'abduka zhalamtu nafsi wa'taraftu bidzanbi faghfirli dzunübi jami'an fa innahu la yaghfirudz dzunüba illä anta, wahdini li ahsanil akhlaqi fa innahu là yahdi li ah- sanihá illä anta washrif 'anni sayyiahá la yashrifu 'anni sayyiaha illá anta. Labbaika wa sa'daika wal khairu kulluhu fi yadaika wasysyaru laisa ilaika. Anabika wa 'alaika. Tabárakta wa ta'alaita astaghfiruka wa atûbu ilaika", aku hadapkan diriku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi. Aku condongkan diriku kepada kebenaran lagi menyerahkan diri kepada-Nya dan aku sekali-kali bukan dari orang-orang yang memperserikatkan sesuatu dengan Allah. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semata-mata kepunyaan Allah, Tuhan yang memiliki sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku disuruh dan adalah aku ini dari orang-orang Islam (orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah swt.) Ya Allah, Engkaulah raja, tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkaulah Tuhanku, aku hamba-Mu. Aku telah berbuat aniaya terhadap diriku sendiri. Aku mengakui dosaku. Maka ampunilah diriku, ampunilah semua dosaku. Tidak ada yang mengampuni dosa, selain Engkau. Bimbinglah aku kepada sebaik-baik perangai, karena tidak ada yang dapat membimbing kepada sebaik-baik perangi, selain Engkau. Palingkanlah diriku dari segala perangai yang buruk. Tidak ada yang dapat memalingkan kejahatan dari ku, selain Engkau juga. Aku selalu berketapan dalam menaati-Mu dan aku mengerjakan perintah-Mu setiap masa. Segala kebajikan di tangan-Mu. Dan kejahatan itu, sedikitpun tidak kembali kepada-Mu (kejahatan sedikitpun tidak dapat mendekatkan diri kepada- Mu). Aku dengan-Mu dan kepada-Mu. Engkau yang Maha memiliki keberkahan dan Maha tinggi. Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertobat kepada-Mu." (HR. Ahmad, Muslim, dan At-Turmudzy; Al-Muntaqa 1: 367)

641) Aisyah Ummul Mu'minin ra berkata:

كَانَ النَّبِيُّ اِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلَاةَ قَالَ: سُبْحَانَكَ الَّلهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا اِلَهَ غَيْرُكَ.
"Nabi saw. apabila telah membaca takbiratul-ihram, beliau membaca: "Subhanakallahumma wa bihamdika wa tabarakasmuka wa ta'ala jadduka wa lâ ilâha ghairuka Mahasuci Engkau wahai Tuhanku aku memuji Engkau. Maha berbahagia nama Engkau, Mahatinggi kebesaran Engkau dan tidak ada Tuhan selain Engkau." (HR. Abu Dawud; Al-Muntaga 1: 368)

642) Abdah ibn Abi Lubabah, menerangkan:

اِنَّ عُمَرَ كَانَ يَجْهَرُ بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ يَقُولُ: سُبْحَانَكَ الَّلهُم وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا اِلَهَ غَيْرُكَ.

"Umar ibnul Khaththab pernah men-jahar-kan (mengeraskan pembacaan) antara takbir dan Al-Fatihah; beliau ucapkan: "Subhanakallahumma wa bihamdika wa tabarakasmuka wa ta'ala jadduka wa lâ ilâha ghairuka." (HR. Muslim; Al-Muntaga 1: 370)

643) Al-Aswad berkata:

كَانَ عُمَرَ اِذَا افْتَتَحَ الصَّلاةَ قَالَ: سُبْحَانَكَ الَّلهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ اِلَهَ غَيْرُكَ، يُسْمِعُنَا ذلِكَ وَيُعَلِّمُنَا.

"Umar ra. apabila telah membaca takbiratul-ihram, membaca: "Subhanakalla-humma wa bihamdika wa tabarakas-muka wa ta'ala jadduka wa la ilaha ghairuka. Kami mendengar ucapan itu. Maksudnya, untuk mengajarkannya kepada kami." (HR. Ad-Daraquthny; Al-Muntaqa 1: 370)

SYARAH HADITS

Hadits (639) menyatakan bahwa Nabi membaca dzikir tawajjuh antara takbiratul ihram dengan Al-Fatihah.

Hadits (640) diriwayatkan oleh Muslim dalam bab sifat shalat Nabi dan dalam doa Nabi pada shalat malam. At-Turmudzy meriwayatkannya dalam bab pembacaan Nabi ketika beliau bangun dari tidur di malam hari untuk shalat malam. At-Turmudzy berkata: "Hadits ini diriwayatkan dari banyak jalan, selain dari jalan ini, yaitu dari jalan Ibnu Abbas dan lain-lain.” Di dalam suatu riwayat Muslim, Nabi membaca: "Wa ana awwalul muslimin=dan aku orang yang mula-mula menyerahkan diri kepada Allah untuk kepentingan agama-Nya." 

Demikian juga dengan riwayat Abu Dawud. Menurut riwayat At- Thabary dan Al-Baihaqy, Nabi membaca doa tawajuh dalam shalat fardhu. Menyatakan bahwa Nabi membaca dzikir tawajjuh ini antara takbiratul-ihram dan Al- Fatihah di dalam shalat malam, menurut riwayat Muslim dan dalam shalat maktubah menurut riwayat Ath-Thabrany.

Hadits (641) menurut Abu Dawud, ma'lul Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Thalq ibn Ghinam dari Abdussalam ibn Harab. Juga diriwayatkan oleh Ad-Daraquthny dan Ibnul Mundzir dan Abdullah ibn Mas'ud. Menurut Syams Al-Haq dalam At-Ta'liq Al-Mughery, bahwa hadits ini diriwayatkan juga oleh Dawud, At-Turmudzy dan Ibnu Majah dari jalan Haritsah ibn Rijal dari Amrah dari 'Aisyah. 

At-Turmudzy berkata "Hadits ini kami memperolehnya dari suatu jalan saja, sedang Haritsah ini, diragukan keadaannya" Al-Hakim meriwayatkannya dalam Al-Mustadrak Menurut Al-Hakim, hadits ini sanad-nya shahih, walaupun Al-Bukhary dan Muslim tidak memasukkanya dalam kitab-kitabnya. Ringkasnya, hadits ini di- perselisihkan ulama. Namun dapat ditegaskan, bahwa Umar ra, benar membaca dzikir ini, begitu pula Abdullah ibn Mas'ud dan 'Aisyah. Hadits ini menyatakan bahwa Nabi saw. membaca tasbih tersebut antara takbiratul-ihram dengan iftitah.

Hadits (642) menurut Ad-Daraquthny, hadits ini mauquf kepada 'Umar Al- Hakim berkata: "Ucapan ini benar diucapkan Umar." Juga hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah. Hadits ini menyatakan bahwa 'Umar membaca tasbih ini sebagai doa iftitah.

Hadits (643) yang diriwayatkan oleh Ad-Daraquthny ini shahih, dan perawi- perawinya dapat dipercaya sebagaimana ditegaskan oleh Syamsul-Haqq. Hadits ini menyatakan bahwa kita disukai membaca tasbih tersebut di antara takbiranil-ihram dengan Al-Fatihah. Jumhur ulama berkata: "Dzikir iftitah adalah salah satu bacaan yang di-sunnat-kan kita membacanya dalam shalat."

Malik ibn Anas berkata: "Tidaklah disukai kita membaca dzikir iftitah antara takbir dan Al-Fatihah, karena mengingat hadits, Nabi saw., Abu Bakar dan Umar, memulai shalat dengan alhamdulillah."

Asy-Syafi'y dan Ibnul Mundzir menyunnatkan kita membaca untuk dzikir iftitah, dzikir tawajjuh yang diriwayatkan oleh 'Ali ra. Abu Hanifah dan Ahmad me-Ma'lul atau mu'allot: hadits yang dari segi sanadnya secara lahir baik, akan tetapi sebenarnya tidak, hal ini hanyalah diketahui oleh ahli hadits yang kenamaan. Ini adalah hadits yang paling sulit sekali diketahui keadaan yang sebenarnya. 

Menyunnatkan kita membaca tasbih hitah ini. Ahmad berkata Saya berpendapat, bahwa dzikir yang lebih baik untuk, iftitah, ialah: "subhanakallahumma...." tetapi, jika seseorang membaca yang selainnya, saya tidak memandangnya salah. Dan tidak disukai imam men-jahar-kan dzikir iftitah itu. Apabila lupa kita membacanya dan teringat sesudah membaca Al-Fatihah, tidak dituntut membacanya lagi.

At-Turmudzy berkata: "Kebanyakkan ahli ilmu dari golongan tabi'in dan lain- lainnya, menyukai dzikir subhinakallahumma." Ditegaskan oleh Majduddin Ibnu Taimiyah, bahwa pilihan sahabat-sahabat itu menegaskan: keutamaan dzikir subhâ- nakallahumma. "Umar telah men-jahar-kan pembacaannya di hadapan para sahabat untuk menjadi pelajaran bagi para pendengar yang mengikutinya, padahal me nurut Sunnah bacaan iftitah dibaca dengan suara rendah (di-israr-kan), tidak di- jahar-kan. Perbuatan Umar ini memberi pengertian, bahwa dzikir inilah yang utama kita baca. Dzikir ini pulalah yang sering Nabi ucapkan. Dalam pada itu, jika seorang membaca yang selainnya, tidak dapat juga kita mengatakan tidak baik, karena mengingat hadits-hadits Abu Hurairah dan Ibnu Abbas yang kedua-dua- nya itu, shahih sanad-nya.

Ibnul Qayyim berkata: "Doa tawajjuh menurut ahli hadits, Nabi membacanya dalam shalat malam. Asy-Syafi'y sendiri dan Ibnu Hibban menegaskan, bahwa Nabi membaca dzikir wajjahtu, dalam shalat fardhu. Imam Ahmad memilih subhâ- nakallahumma......, adalah karena beberapa sebab:

  • Karena dzikir itulah yang di-jahar-kan oleh 'Umar.
  • Karena dzikir itu seutama-utama bacaan sesudah Al-Qur'an. Seutama- utama bacaan sesudah Al-Qur'an ialah: "Subhanallahi wal hamdulillahi wa la ilaha ilallahu wallahu akbar." Bacaan-bacaan ini terdapat dalam dzikir subhanakallahumma yang di-jahar-kan 'Umar itu. 
  • Karena dzikir ini mengandung pujian kepada Allah swt. Kebanyakkan dzikir yang lain, Nabi membacanya dalam shalat malam. Karena orang yang membaca wajjahtu kerapkali membaca separohnya saja, yakni hingga wa ana minal muslimin. Dzikir tasbih ini dapat dihafal dengan segera dan dibaca dengan sempurna.

Asy-Syaukany berkata: "Hadits yang paling shahih dalam bab ini, hadits Abu Hurairah dan 'Ali. Maka tentulah yang afdhal kita membacanya ialah dzikir-zikir yang dikandung oleh hadits itu."

Pembacaan wajjahtu lebih kuat dalilnya. Karena lebih shahih sanad hadits yang meriwayatkannya. Maka membacanya lebih utama, asal saja dibaca dengan sem- purna dari awal sampai akhir. Demikianlah kalau kita hanya melihat kepada nilai sanad hadits. Tetapi apabila kita melihat kepada keutamaan lafazh, maka subhana- kallahumma-lah yang lebih utama. Lafazh inilah yang diucapkan oleh sahabat-sahabat besar dan ucapan itulah yang banyak dibaca oleh para salaf yang shalih. Apa- lagi mengingat keterangan yang menegaskan, bahwa Nabi membaca wajjahtu dalam shalat malam, sebagai yang ditegaskan oleh Muslim dalam kitab shahih-nya.

Sungguh cukup banyak rupa-rupa bacaan Nabi untuk dzikir iftitah. Maka sudah seyogianya kita lafazhkan dzikir-zikir itu, agar kita dapat mengikuti sunnah dengan sempurna. Dan dapat kita pilih salah satunya untuk dibaca, mengingat keadaan dan masa.

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Buku Koleksi Hadits-hadits Hukum-1 Bab Sifat-sifat Shalat Masalah  Membaca Dzikir Iftitah Antara Takbiratul Ihram Dan Al-Fatihah