Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Shalat 'Idul Fitri dan tata caranya

Shalat 'Idul Fitri dan tata caranya

SHALAT ID

Kaum Muslimin mempunyai dua 'Id yaitu Idul fitri dan Idul adha.

Idul adha jatuh pada hari setelah selesai wuquf di 'Arafah untuk menunjukkan kegembiraan hati terhadap Allah SWT. dan menampakkan kesenangan. Diperoleh keterangan dari Rasulullah SAW. bahwa beliau mensyari'atkan dua hari raya ini, sebagai ganti dua hari raya jahiliyah yang dipergunakan orang Arab untuk masa-masa keramaian dan riang gembira. Rasulullah berkata kepada penduduk Madinah :

أَبْدَ لَكُمُ اللهُ بِهِمَا - أَيْ بِيَوْمَيْنِ الْجَاهِلِيَّةِ - خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْأَضْحَى وَيَوْمَ الفطْرِ

"Allah telah menggantikan kedua hari jahiliah ini dengan yang lebih baik dari keduanya itu, yaitu: yaumul adlha dan yaumul fithri (H.R. Abu Daud)

Menghidupkan malam hari raya

Disukai kita menghidupkan malam-malam hari raya dengan dzikir, takbir, do'a dan istighfar, sebagaimana disukai banyak memberi shadaqah.

Waktu membaca Takbir diperselisihi para Ulama. Kami mengatakan, bahwa Takbir itu pada 'idul fithri dari nampak bulan hingga manusia pergi ke mushalla dan naik Imam ke atas mimbar, mengingat firman Allah:

وَلِتُكَبِّرُوْا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

"Dan hendaklah kamu bertakbir membesarkan Allah terhadap petunjuk yang telah diberikan kepada kamu. Mudah-mudahan kamu mensyukuri-Nya." (Ayat 185: S. 2: Al Baqarah).

Adapun pada idul adha, maka waktu bertakbir, ialah dari shubuh hari 'Arafah hingga asar akhir hari-hari Mina (akhir hari tasyriq) mengingat firman Allah:

وَاذْكُرُوْا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُوْدَاتٍ 

"Dan sebutkanlah Allah di hari-hari yang berbilang." (Ayat 203: S.2; Al Baqarah).

Menurut Ibn Abbas, hari yang berbilang-bilang itu, hari-hari tasyriq yang tiga. Disukai kita ucapkan takbir di segala waktu di hari-hari ini, baik sebelum shalat, atau sesudahnya, baik di rumah, ataupun di jalan-jalan umum, juga di majlis-majlis khusus, karena takbir itu adalah Syi'ar hari ini.

Lafadh Takbir

Lafadh Takbir menurut yang diterima dari Umar r.a. dan ibn Mas'ud, ialah:

ُاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْد

Menurut lafadh Salman tiga kali takbir dipermulaan. Kedua-duanya boleh dipakai.

Hukum shalat 'Id 

Shalat 'Id menurut Jumhur Ulama adalah sunat muakkadah hukumnya, atas orang yang wajib atasnya shalat jum'at. Menunaikannya secara berjama'ah, adalah suatu sunnah menurut Asy Syafi'i dan boleh shalat sendiri-sendiri di rumah. Imam-imam yang lain berpendapat, bahwa berjama'ah itu suatu Syarath; dan shalat 'Id tidak didahulukan oleh azan dan iqamah.

Waktu shalat 'Id

Waktu shalat id, ialah dari tinggi matahari sekedar tiga meter, hingga tergelincir matahari. Yang utama kita segerakan.

Kaifiat shalat 'Id

Shalat 'Id dikerjakan dua raka'at sebagai shalat yang lain; hanya di raka'at yang pertama di bacakan tujuh kali takbir beriring-iring sesudah takbiratul ihram dan do'a iftitah sebelum ta'awwudz dan qiraah, dipisahkan antara dua Takbir sekedar satu ayat pendek. Kemudian berta'awwudz, membaca Al Fatihah dan surah. Di raka'at yang kedua sesudah takbir qiyam bertakbir lima kali Kemudian membaca Al Fatihah dan surat. Disukai supaya membaca dalam raka'at yang pertama, sesudah Al Fatihah surat Al A'la dan di raka'at yang kedua surat Al Ghasyiyah.

Jika diketemukan imam susah membaca beberapa takbir, maka bacalah takbir yang dapat saja, tidak diulangi yang ketinggalan. Andai kata lupa membaca takbir, tidak diulanginya, sedang shalatnya shah.

Disukai shalat 'id itu dikerjakan di tanah lapang yang luas agar suara takbir membahana di lapangan luas.

Hanya golongan Syafi'iyah saja yang berpendapat, bahwa shalat itu dikerjakan di mesjid, jika memungkinkan; jika mesjid sempit baru dikerjakan di tanah lapang.

Dan disunatkan pergi ke tanah lapang dengan berjalan kaki sambil menyaringkan Takbir dan terus menerus ber Takbir hingga Imam masuk shalat. Yang utama menurut Sunnah, pergi melalui jalan yang satu dan kembali melalui jalan yang lain. Disunatkan pula kita makan sedikit makanan sebelum pergi shalat idul fithri; sebaliknya disunatkan kita tidak makan apa-apa sebelum pergi shalat idul adha.

Khutbah 'Ied dan bilangannya

Sesudah selesai shalat 'id naiklah khathib ke mimbar untuk membacakan khuthbahnya. Tak ada Hadits yang dapat dipegang bahwa khuthbahnya, dua juga seperti halnya khutbah Jum'at. Dan di celah-celah khuthbah itu dibacakan "Takbir." Dan sangat baik diakhiri khuthbah dengan firman Allah:

سُبحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى المُرْ سَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 

Dan amat disukai pula supaya mandi dan memakai bau-bauan pada pagi hari raya serta memakai pakaian yang terbaik yang kita milikinya. Bila 'id itu jatuh pada hari Jum'at, maka cukup dengan shalat 'Id saja. Demikian menurut pendapat Ahmad.

Tahni'ah 'Id / Ucapan Selamat Hari Raya

Disukai supaya kita satu sama lain bila berjumpa pada hari 'id, mengucapkan "Tahni'ah." Diriwayatkan oleh Jubair Ibn Nufair, ujarnya:

َكَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ إِذَا تَلَقُوا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضِ تَقَبَّل اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

"Adalah shahabat Rasulullah SAW. apabila berjumpa satu sama lain di hari 'id, mereka mengucapkan: "Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan engkau.

Berkatalah Al Hafidh ibn Hajar dalam Fathul Bari: Sanad Hadits ini Hasan.

Berdasarkan pada keterangan ini, maka hendaklah kita menjadikan kalimah ini lafadh tahni'ah yang tetap sebagai ganti kalimah "minal 'aidin wal faizin" yang kita tidak tahu asal usulnya. Dan marilah kita menghidupkan satu sunnah 'id yang berkembang di masa Rasulullah dan para Shahabat.

Referensi Berdasarkan Buku Pedoman Puasa Karangan Hasbi Ash-Shiddieqy