Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SEBAB MENDAPAT AMPUNAN DAN KEBEBASAN DARI API NERAKA DI BULAN RAMADAN

SEBAB MENDAPAT AMPUNAN DAN KEBEBASAN DARI API NERAKA DI BULAN RAMADAN

SEBAB-SEBAB MENDAPAT AMPUNAN (MAGHFIRAH) DAN KEBEBASAN DARI API NERAKA DI BULAN RAMADLAN

Di antara sebab-sebab mendapat ampunan di bulan Ramadan, ialah karena:

  1. Berpuasa.
  2. Mengerjakan shalat qiyam pada malamnya.
  3. Membanyakkan tilawat. 
  4. Mengerjakan ibadat pada lailatul qadar.
  5. Memberi jamuan pada fakir miskin di kala berbuka dan bersahur.
  6. Beri'tikaf.
  7. Beristighfar dan berdzikir di dalamnya.
  8. Istighfar para Malaikat dalam sepanjang hari.
Ibnu Umar r.a. berkata kala berbuka puasa:

 اللَّهُمَّ يَا وَاسِعَ المَغْفِرَةِ اِغْفِرلِي 

"Wahai Tuhanku, Wahai Tuhan Yang Maha luas ampunan-Nya ampunilah kiranya dosaku"

Karena itu hendaklah kita membanyakkan tahlil dan istighfar di tiap-tiap malam memohon syorga dan meminta perlindungan yang sungguh-sungguh dari api neraka.

Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyat dalam daerahnya supaya mengakhiri puasa dengan membanyakkan istighfar dan memberikan shadaqah fithri, karena sesungguhnya sedekah fithri menyucikan kita dari perkataan yang sia-sia dan keji, sedang istighfar menambal yang robek-robek, atau yang pecah dari puasa.

Oleh karena ampunan dan terlepas dari api neraka digantungkan kepada puasa, maka diperintahkanlah kita menyudahi puasa dengan takbir dan syukur.

Allah berfirman:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 

"Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangan dan hendaklah kamu membesarkan Allah atas petunjuk-petunjukNya yang telah dianuge- rahkan kepada kamu, dan mudah-mudahan kamu mensyukuriNya (Ayat 185 S 2; Al Baqarah)

Mensyukuri Allah, ialah dengan berdzikir dan bertaqwa.

KEWAJIBAN BERDAYA UPAYA UNTUK MENYEMPURNAKAN AMAL DAN UNTUK DITERIMANYA

Ulama Salaf berijtihad benar-benar untuk menyempurnakan amal dan kemudian berijtihad benar-benar pula untuk diterimanya amal-amal itu oleh Allah, karena mereka sangat takut akan ditolak amal-amal mereka dengan percuma, tidak diterima Allah:

1. Diriwayatkan dari Ali ibn Abi Thalib r.a. bahwa beliau berkata:

 كُوْنُوْا لِقَبُوْلِ الْعَمَلِ أَشَدَّاهْتِمَا مََا مِنْكُمْ بِالْعَمَلِ ، أَلَمْ تَسْمَعُوْا قَوْلَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

"Hendaklah kamu, untuk diterima ibadat-ibadat (amal-amal)mu lebih sangat memperhatikan dari beramal sendiri Apakah kamu tidak mendengar firman Allah:

َإِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِيْن

"Hanya sanya Allah menerima amal ibadat dari orang yang taqwa kepada-Nya saja. "

2. Diriwayatkan dari Fadlalah ibn Ubaid, katanya: "Aku mengetahui bahwa Allah telah menerima (mengabul) amalku sebesar biji sawi, lebih aku sukai dari (diberikan) dunia dan isinya (kepadaku), karena Allah telah berfirman:

َإِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِيْن

"Hanya sanya Allah menerima amal ibadat dari orang yang taqwa kepada-Nya saja. "

3. Kata Ibn Dinar: "Takut kepada tidak diterima amal ibadat kita di sisi Allah, hendaklah lebih keras dari pada takut kepada tidak dapat beramal."

4. Seorang ulama Salaf pada suatu hari raya terlihat pada wajahnya tanda-tanda kegundahan, maka ditanyakanlah kepada- nya: "Mengapa tuan bermuram durja, bukankah hari ini hari kita bersenang-senang dan bergembira ?" Beliau menjawab : "Benar apa yang telah engkau katakan, akan tetapi saya ini, seorang hamba yang diperintahkan mengerjakan sesuatu amal. Sa- ya tidak mengetahui apakah amalan (yang telah saya kerjakan itu diterima ataukah ditolah Allah."

Referensi Berdasarkan Buku Pedoman Puasa Karangan Hasbi Ash-Shiddieqy