Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PUASA PADA PERMULAAN ISLAM

PUASA PADA PERMULAAN ISLAM

SIFAT PUASA PADA PERMULAAN ISLAM

Diberitakan, bahwa kaum muslimin di permulaan Islam, yakni di ketika baru-baru datang perintah wajib puasa, menyelenggarakan makan minum dan bersetubuh di kala telah terbenam matahari, sehingga shalat 'isya, atau sehingga tidur saja. Sesudah itu tidak dibolehkan lagi makan minum dan menjima'i isteri. Sekali peristiwa terjadilah pelanggaran atas aturan itu yang dilakukan Saidina Umar ibn Khathab.

Pada suatu malam sesudah Umar shalat isya, beliau mendekati isterinya dengan karena terlupa akan hukum mendekati isteri itu. Sesudah terjadi pelanggaran itu, beliaupun merasa menyesal, maka pergilah beliau kepada Rasulullah SAW. menanyakan hukum yang wajib dijalani, lantaran pelanggaran itu.

Demi Umar menceritakan kesalahannya dengan terus terang, bangunlah beberapa shahabat yang lain, menyatakan, bahwa merekapun pernah melanggar peraturan itu. Umar memohon maaf tentang kesalahannya.

Pada suatu kali lagi terjadi pula suatu peristiwa pelanggaran terhadap hukum puasa yang dilakukan oleh Qais ibn Syirmah, yaitu sesudah Qais shalat 'isya pada suatu malam, beliaupun pulang ke rumahnya untuk makan. Kiranya tak ada sedikitpun makanan yang telah disediakan oleh isterinya, isterinya minta izin untuk mencahari barang sedikit makanan dari salah seorang shahabat. 

Sementara isteri Qais pergi mencahari makanan itu, Qaispun berbaring-baring dan kemudian terus pula tertidur. Di kala isteri Qais pulang ke rumah, Qais telah tertidur nyenyak. Isteri Qais melihat Qais telah tertidur nyenyak, lalu menyimpan makanan itu; karena ia mengetahui tak ada faedahnya lagi mem- bangunkan suaminya, lantaran tidak dibolehkan makan lagi. Qais tidur dengan tidak makan sedikitpun.

Pada hari esoknya terasalah kepayahan puasanya, karena dua hari berturut-turut tidak makan. Setelah mendekati kepayahan yang sangat berat itu, pergilah ia mengadukan halnya itu kepada Rasulullah SAW., Rasulullah membenarkan Qais berbuka dengan menggadla kelak.

Berkenaan dengan perbuatan Umar dan Qais ini, Allah menurunkan ayat yang membolehkan bersetubuh dengan isteri, membolehkan jima', dan membolehkan makan minum di malam hari bulan puasa hingga terbit fajar, dengan tak ada perbatasan sebagai yang sudah-sudah.

Referensi berdasarkan Tulisan Tgk. Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Buku Pedoman Puasa