Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MEMBACA AL-QUR'AN DIBULAN RAMADAN DAN KEUTAMAANNYA

TILAWATUL QUR-AN DIBULAN RAMADAN DAN KEUTAMAANNYA

MEMBANYAKKAN MEMBACA QUR-AN DIBULAN RAMADAN DAN KEUTAMAANNYA

a. Al Qur-anul 'Adhim

Allah SWT. telah memilih Ramadlan untuk masa buat menampakkan nikmat besar-Nya kepada para hamba. Dalam bulan Ramadlan Allah menurunkan permulaan Al Qur'an yang mulia yaitu ayat Risalah.

Al Quran adalah kitab petunjuk yang paling akhir yang diturunkan untuk mensucikan akidah para hamba, mensucikan jiwa mereka dari akidah-akidah yang karut dan salah dan untuk memperbaiki amal ibadah, serta hal kemasyarakatan yang mendatangkan kebahagiaan dan kesentausaan.

Al Qur-an mengajak manusia membuka akalnya untuk me- mahami alam dan cakrawala. Al Qur-an adalah Syi'ar kita umat Islam. Dialah wird kita dan dialah penawar dan penyejuk hati kita. Dialah taman yang indah yang kembang-kembangnya berseri-seri menyebarkan wangi yang harum.

Para shalihin memahami makna Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Usman, ujarnya: 

ُقالَ رَسُولُ الله صلعم  خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَه.

"Bersabda Renlullah SAW: "Sebaik-baik kamu, adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengaiamya kepada orang lain."

Para Shalihin mengetahui bahwasanya fadlailatul Qur-an tidak dapat dihitung dan tidak dapat ditinggalkan. Karenanya, mereka menekunkan diri untuk membaca Al Qur-an di dalam bulan Ramadlan. Para Shalihin mengetahui akan hadits yang diriwayatkan At Turmudzi dari Abdullah Ibn Mas'ud, ujarnya:

 قَالَ رَسُولُ اللهِ صلعم : مَنْ قَراحَرْفًا مِن كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ  وَالحَسَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الَم حَرْفُ وَلكِن أَلِف حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ 
"Bersabdalah Rasulullah SAW: "Barangsiapa membaca suatu haraf Kitab Allah, memperoleh suatu kebajikan Saya tidak mengatakan Alif lam mim itu suatu huruf, tetapi Alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf."

b. Al Qur-an Dzikir dan Do'a

Al Qur-an itu dzikir dan do'a. Membaca Al Qur-an adalah merupakan sarana permohonan kepada Allah, memohonkan kebajikan, kerahmatan dan keampunan. Diriwayatkan oleh At Turmudzi dari Abu Sa'id, ujarnya:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلعم ، يَقُولُ رَبَِّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ عَنْ ذِكْرِى ومَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفَضَلَ مَا أَعْطِى السَّائِلُونَ وَفَضْلُ كَلامِ اللَّهِ عَلَى سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ

"Bertitah Allah tabaraka wata'ala: "Barangsiapa disibukkan oleh Al Quran dari membaca dzikir dan memohon sesuatu permohonan kepada-Ku, niscaya Aku berikan kepadanya seutama apa yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Keutamaan Kalam Allah atas segala perkataan yang lain itu, adalah seperti keutamaan Allah atas hamba-Nya."

Sesungguhnya bulan Ramadlan mempunyai beberapa khusu- siyah bagi Al Qur-an. Dia diturunkan di salah satu malamnya. Menurut pendapat umum di Indonesia Al Qur-an diturunkan pada malam 17 bulan Ramadlan. Ini menurut pendapat Ibnu Ishaq.

Berfirman Allah SWT.:

شهرُ رَمَضَانَ الَّذي أنزل فيه القران

"Bulan Ramadlan adalah bulan diturunkan Al Qur-an di dalamnya." (Ayat 185; S. 2; Al Baqarah). dan berfirman Allah pula:

"Jika kamu percaya akan Allah dan akan Al Qur-an yang diturunkan kepada hamba kami di hari Al Furqan, hari bertemu dua pasukan (pa- sukan Islam dan pasukan Quraisy) di peperangan Badar." (Ayat 41; S. 8; Al Anfal),

Kedua ayat ini apabila dipautkan yang satu kepada yang lain, menerangkan bahwa Al Qur-an diturunkan di bulan Ramadlan pada hari perjumpaan dua pasukan, hari pemisahan kebenaran dengan ke bathilan.

Berkata Ibn Abbas: Al Qur-an diturunkan sekaligus dari lauhul Mahfudh ke Baitul 'Izzah di malam Al Qadar. Turun di malam Al Qadar, telah ditunjuki oleh Firman Allah SWT.:

إِنَّا أَنزَلْنَا فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ 
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur-an) di malam Qadar." (Ayat 1; S. 98; Al Qadar).

Dan firman Allah:

 إِنَّا أَنزَلَهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَة

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Quran) di malam keberkatan " (Ayat 3: S. 44: Ad Dhukhan).

Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Nu'man ibn Basyir, bahwa Rasulullah SAW, bersabda:

أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي تِلَاوَةِ القُرْانِ 

"Seutama-utama ibadat umatku, ialah membaca Al Qur-an."

Diriwayatkan oleh Ibn Majah, bahwa Nabi SAW bersabda:

 مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ يَقُوْمُ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ يُحِلُّ حَلَا لَهُ وَيُحَرِّمُ حَرَامَهُ حَرَّمَ الله لَحْمهُ وَدَمَهُ عَلَى النَّارِ 

"Barangsiapa membaca Al Qur-an, dia berdiri dengan Al Qur-an ini, (beribadat dengan membaca Al Qur-an) pada sebahagian malam dan sebahagian siang, dia menghalalkan apa yang dihalalkan Al Qur-an dan mengharamkan apa yang diharamkan Al Qur-an, niscaya Allah haram- kan dagingnya atas api neraka."

c. Al Qur-an dan puasa bantu membantu

Diriwayatkan oleh Ibn Abid Dun-ya dan Al Hakim dari Abdullah ibn Umar bahwa Nabi SAW. bersabda:

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الْصِّيامَ إِى رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهْوَةَ  فَشَفَِعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَقِعْنِي فِيهِ قَالَ، فَيَتَفَعَانِ فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ 

"Puasa dan Al Qur-an memberi syafa'at kepada para hamba di hari qlamat. Puasa berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah menghalangi- nya dari makan dan minum dan syahwat di siang hari, maka berilah aku keizinan memberi syafa'at kepadanya." Al Qur-an berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka berilah keizinan kepadaku untuk memberikan syafa'at kepadanya. Maka diterimalah syafa'at puasa dan Al Qur-an dan para shahabat lalu masuklah ia ke dalam sorga."

d. Bacaan Rasulullah SAW. dan para sahabat di qiyam Ramadlan

Adalah Rasulullah SAW. memanjangkan bacaan shalat malam di bulan Ramadlan, lebih banyak dari bulan-bulan yang lain. 

Pernah pada suatu malam Abu Hudzaifah bershalat bersama Rasulullah SAW. Rasulullah membaca surat Al Baqarah, kemudian surat An Nisa' dan sesudahnya surat Ali Imran. Tiada beliau lalui suatu ayat takhwif (ayat mempertakutkan), melainkan berhenti dan beliau memohonkan perlindungan kepada Allah. Karena itu sesudah dua raka'at Rasulullah SAW. bershalat, Bilalpun mengumandangkan azan subuh.

Sayidina Umar ibn Khathab menyuruh Ubai ibn Ka'ab dan Tamim Ad Daari, supaya membaca dua ratus ayat tiap-tiap rakaat.

Dikala hampir shubuh barulah keduanya selesai shalat. Semenjak itu, tetaplah di zaman Shahabat, setiap raka'at shalat malam bulan Ramadlan dibacakan dua ratus ayat. Ulama-ulama Salaf yang shalih membaca surat Al Baqarah didalam delapan raka'at. Kata Ibn Mansur: "Dimajukan pertanyaan kepada Ishaq tentang kadar pembacaan ayat dalam tiap-tiap raka'at. Beliau menjawab: "Jangan kurang dari sepuluh ayat. Kalau mereka tidak senang, janganlah engkau menjadi Imam mereka."

Para Shahabat menamatkan Al Qur-an di dalam shalat ma- lam bulan Ramadlan dengan berangsur-angsur. Ada yang di antara mengkhatamkan Al Qur-an (dalam shalat) di malam tanggal 27 bulan Ramadlan.

Dari perbuatan-perbuatan yang telah disunnahkan Rasulullah SAW. kita memperoleh kenyataan bahwa apabila kita mendirikan sepertiga malam beserta imam, maka telah dipandang kita mendirikan shalat semalam suntuk.

Dan sebahagian ulama Salaf mengkhatamkan Al Qur-an di dalam shalat malam pada tiap-tiap tiga malam sekali khatam.

Sebahagiannya pada tiap-tiap tiga malam. Sebahagiannya pada tiap-tiap tujuh malam dan sebahagian lagi pada tiap-tiap sepuluh malam sekali khatam. Demikianlah kadar bacaan Al Qur-an dalam shalat malam di bulan Ramadlan.

e. Tata adab membaca al Qur-an

Al Gazali dalam kitab Ihya Ulumuddin berkata: Untuk membaca Al Qur-an ada beberapa adabnya: 

Pertama: Hadir hati. Semua pikiran tertuju pada yang dibacakan itu. Tidak mungkin dilakukan oleh mereka yang memusatkan fikiran dan tenaga keahliannya untuk memelihara seni suaranya dan pendahuluan suaranya dalam suatu pertarungan (perlombaan).

Adalah para Shahabat apabila membaca Al Qur-an, tanpa hadir hatinya, niscaya diulangi lagi bacaan ayat itu.

Kedua: Memahami kebesaran Kalamullah, ketinggiannya dan keutamaan Allah serta kemurahan-Nya.

Ketiga: Membesarkan Zat Allah yang kita hadapi di kala membaca Al Qur-an.

Hendaklah para qari di kala hendak membaca Al Qur-an membayangkan dalam hatinya kebesaran Al Qur-an yang dibaca- nya. Dan hendaklah diresapi bahwa yang dibaca itu bukanlah kalam manusia.

Keempat: Mentadabburkan Al Qur-an. Selain dari hadir hati, hendaklah kita memikiri dan memahami apa yang kita baca itu, dan diharuskan tartil agar dapat kita peroleh maknanya.

'Ali berkata: "Tak ada sesuatu kebajikan pada ibadat yang tak dapat dicapai rahasianya dan tak ada kebajikan qiraat (bacaan) yang tidak ditadabburinya."

Kelima: Berlepas dari (berkosong hati) dari segala yang menghalangi pemahaman Al Qur-an. Banyak manusia yang tidak dapat memahami Al Quran, karena ada sebab-sebab yang menghalanginya.

Keenam: Hendaklah setiap perintah Allah yang kita bacakan kita anggap dihadapkan kepada diri kita. Kitalah yang diperintah dan kitalah yang dilarang, kitalah yang diancam dan kitalah yang digembirakan.

Ketujuh: Merasa berkesan dengan apa yang kita bacakan itu. Maka apabila kita lampaui ayat-ayat "takhwif," kita merasa takut dan apabila kita melampuai ayat-ayat "tabsyir" kita merasa gembira.

Kedelapan: Hendaklah kita berusaha supaya suara yang kita dengar, seolah-olah langsung kita dengar dari Allah SWT.

Dengan demikian para qari itu terbagi kepada tiga martabat:

  • Qari yang menganggap bahwa ia membaca Al Qur-an di hadapan Allah. Allah melihat dan mendengar bacaannya. 
  • Qari yang menghadirkan dalam hati, bahwasanya Allah melihatnya dan mendengar bacaannya, serta berbicara dengan dia. Karenanya hendaklah kita merasa malu dan ta'dhim kepada Allah.
  • Qari yang melihat kepada Allah, di waktu membaca Al Qur'an dan menampakkan sifat-sifat Allah dalam sinar kalimat Al Qur-an itu. 
  • Keharusan memahami apa yang dibacakan 
  • Hendaklah para pembaca Al Qur-an memperhatikan sabda. Nabi SAW yang mengharuskan kita memahami apa yang kita bacakan.
Rasulullah bersabda: 
 ويل لمن قرآ القرأن ولم يتدبره
"Neraka wail (kecelakaan di akhirat) disediakan untuk orang yang membaca Al Qur-an padahal dia tidak mentadabburkannya." (HR. Abdullah Ibn Humaid dan Ibn Abid Dun-ya dari 'Aisyah).

Kadar bacaan Ulama Salaf setiap hari

Ulama Salaf dalam membaca Al Qur-an di bulan Ramadlan dan di bulan-bulan yang lain berbeda.

Al Aswad membaca Al Qur-an tiap dua malam sekali khatam.

An Nakha-'i mengerjakan yang demikian di puluhan yang akhir. Di likur yang lain, tiap-tiap tiga malam satu kali khatam. Asy Syafi'iy mengkhatam Al Qur-an 60 kali dalam bulan

Ramadlan yang dibacanya dalam shalat dan di luar shalat. Qatadah mengkhatamkan Al Qur-an tiap-tiap tujuh hari se- kali khatam pada bulan-bulan yang lain. Dalam bulan Ramadlan beliau mengkhatamkan dalam tiap tiga malam. Dalam likur yang akhir tiap malam sekali khatam.

Tadarus para Salaf di bulan Ramadlan

Az Zuhri berkata: "Apabila telah masuk bulan Ramadlan, bulan ini adalah bulan tilawatul Qur-an dan memberi makanan fakir miskin."

Ibnu Abdul Hukam di ketika telah masuk bulan Ramadlan tidak lagi mengadakan majlis untuk mempelajari ilmu. Beliau memusatkan himmahnya untuk menghadapi Al Qur-an dan beliau membacanya dengan mempergunakan mushaf.

Adalah Sufyan Ats Tsauri apabila masuk bulan Ramadlan memusatkan himmahnya untuk membaca Al Qur-an dan mengu- rangi ibadat-ibadat yang lain. Sufyan berkata: Adalah Zaid Al Balakhi apabila telah hadir

Ramadlan menyediakan mushhaf dan mengumpulkan teman-temannya. 'Aisyah RA. membaca Al Qur-an di Mushhaf di awal siang sebelum terbit matahari, sesudah terbit matahari beliau tidur. Zubaid al Yami, apabila telah masuk bulan Ramadlan, men- datangkan sejumlah Mushhaf ke rumahnya dan mengajak teman- temannya untuk membaca Al Qur-an.

Malik apabila telah memasuki bulan Ramadlan tidak lagi duduk bersama ahli-ahli ilmu memperkatakan masalah keagamaan. Beliau menghadapkan diri kepada membaca Al Qur-an di Mushhaf.

Larangan kita mengkhatamkan Al Qur-an dalam waktu ku- rang dari tiga malam, maka adalah atas dasar tetap melakukan yang demikian sepanjang tahun.

Adapun pada waktu-waktu yang utama seperti bulan Ramadlan istimewa di malam-malam yang diharapkan adanya lailatul qadar, tidak terkena larangan ini.

Surat-surat dan ayat-ayat yang sangat baik dibaca dalam bulan Ramadlan Biasakanlah membaca dalam bulan Ramadlan, setidak-tidaknya ayat-ayat atau surat-surat yang tersebut di bawah ini:

  1. Surat yang menjadi jantung Al Qur-an yaitu surat Yasin, sebagai yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, An Nasa-i, Ibnu Majah dan Al Hakim.
  2. Surat yang merupakan gadis penganten bagi Al Qur-an yaitu surat ar Rahman, sebagai yang diriwayatkan oleh al Hakim.
  3. Surat yang dicintai Rasulullah SAW. yaitu surat Sabbi hisma Rabbikal a'la, sebagai yang diriwayatkan oleh Ahmad.
  4. Surat yang menjadi indeks Al Qur-an surat al Fatihah, yang selalu kita mengulang-ulangi membacanya, yang dipandang paling 'adhim dari antara Surat-surat Al Qur-an dan dialah surat yang dianjurkan Nabi kepada Abu Sa'id bin al Mu'alla supaya surat itu selalu dibacanya, seperti yang diriwayatkan Al Bukhari.
  5. Surat Az Zahrawani, yaitu surat Al Baqarah dan Surat Ali Imran yang menjadi naungan bagi yang membacanya di hari qiyamat, sebagai yang diriwayatkan Muslim. Dan surat al Baqarah adalah yang apabila kita membacanya, berdatanglah Malaikat untuk mendengarnya, sebagai yang diriwayat- kan Al Bukhari dari Abu Sa'id.
  6. Surat al Kahfi, yaitu surat yang apabila kita membacanya datanglah naungan Malaikat menghampiri kita, sebagai yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim.
  7. Surat al Muluk, yaitu surat yang memberi Syafa'at di hari kiamat kepada siapa yang membacanya. Nabi menerangkan. bahwa di dalam Al Qur-an ada suatu surat yang terdiri dari 30 ayat yang memohon kepada Allah supaya Allah meng- ampuni orang yang membacanya, yaitu surat "tabarakal ladzi biyadihil Mulk," sebagai yang diriwayatkan oleh Ah- mad, At Turmudzi, Abu Daud, An Nasa-i dan Ibnu Majah. Sanadnya Hasan.
  8. Surat Alif Lam Tanzil dan Taharakal ladzi, yaitu surat yang selalu Nabi bacakan sebelum beliau tidur, sebagai yang diriwayatkan oleh Ahmad, At Turmudzi dan Ad Darimi.
  9. Surat al Mu'awidzat, vaitu surat al Falak dan surat an Nas, yaitu surat yang Nabi suruh 'Uqbah berlidnung diri dengan surat itu, sebagai yang diriwayatkan oleh Abu Daud.
  10. Ayat-ayat yang diambil dari perbendaharaan Allah di bawah 'Arasy-Nya yaitu dua ayat yang terakhir dari Surat al-Baqarah. Nabi selalu menyuruh para Shahabat mengajarkan ayat-ayat itu kepada isteri-isteri mereka, sebagaimana yang diri- wayatkan oleh Ad Darimi.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibn 'Abbas bahwasanya Jibril menandaskan kepada Rasulullah bahwa Surat al Fatihah dan dua ayat di akhir Surat al Baqarah, adalah dua nur yang diberikan kepada Muhammad, yang belum pernah diberikan ke- pada Nabi-Nabi yang lain, yang besar sekali pahalanya, sebagai yang diriwayatkan oleh Muslim.

Bersabda Nabi SAW. menurut riwayat Al Hakim dan dishahihkannya dari Abdullah ibn Umar bahwa Nabi SAW. bersabda:

 مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فَقَدِ اسْتَدْرَجَ النُّبُوَّةَ بَيْنَ جَنْبَيْهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يُوْحَى إِلَيْهِلَا يَنْبَغِي لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ أَنْ يَجِدَ مَعَ مَنْ وَجَدَ وَيَجْهَلَ مَعَ مَنْ جَهِلَ وَفِي جَوْفِهِ كَلاَمُ اللهِ

"Barangsiapa membaca Al Qur-an, maka sungguhlah dia telah memasukkan kenabian ke dalam lambungnya, hanya dia tidak menerima wahyu. Tidak seyogianya bagi orang yang membaca Al Qur-an, turut berbuat kekeliruan (kemaksiatan) bersama orang-orang yang berbuat kemaksiatan, sedang dalam perutnya ada kalam Allah."

Keutamaan Mudarasah

Adalah Rasulullah SAW. pada tiap-tiap bulan Ramadlan didatangi Jibril, lalu Rasulullah membaca Al Qur-an sejumlah untuk didengar Jibril. Kemudian Jibril membaca jumlah apa yang dibaca Rasulullah, untuk didengar Rasulullah. Dalam istilah dina- makan "mudarasah" atau "mu'aradlah."

Ibnu 'Abbas berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صلعم . أجودَ النَّاسِ وَكَانَ أَجُودَ مَا يَكُونَ فِي رَمَضَانَ حِيْنَ يلْقَاهُ جِبْرِيلُ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنُ فَلَرَسُولُ اللَّهِ حِيْنَ يَلْقَاءُ جِبْرِيلُ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسِلَةِ لَا يُسْأَلُ عَنْ شَيْءٍ إِِلَّا أَعْطَاهُ 

"Adalah Nabi SAW. orang yang paling murah tangannya. Dan beliau paling bermurah tangan di bulan Ramadlan, di ketika Jibril menjumpainya untuk memudarasahkan Al Qur-an. Maka sungguhlah Rasulullah, ketika Jibril menjumpainya lebih cepat memberikan sesuatu kebajikan, dari pada kecepatan angin berhembus yang dilepaskan Allah. Tidak dimintakan sesuatu kepadanya, melainkan diberinya." (H.R. Bukhari Muslim).

Ibnu Abbas berkata pula:

إِنَّ الْمُدَارَسَةَ كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ جِبْرِيلَ لَيْلًا 

. "Sesungguhnya mudarasah di antara Nabi dan Jibril, adalah di malam hari." (HR. Bukhari dan Muslim).

Ditandaskan oleh Fathimah dalam suatu riwayat yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, ujarnya:

إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ يُعَارِضُهُ الْقُرْآنَ كُلُّ عَامِ مَرَّةٍ وَإِنَّهُ عَارَضَهُ فِي عَامِ وَفَاتِهِ مَرَّتَيْنِ 

"Sesungguhnya Jibril datang kepada Rasulullah SAW. buat memperdengarkan bacaannya kepada Rasulullah SAW. dan buat memperdengar kan bacaan Rasulullah, setiap tahun sekali. Dan sesungguhnya Jibril telah melaksanakan yang demikian pada tahun Nabi wafat, dua kali."

Hadits-hadits yang tersebut ini menunjukkan bahwa mudarasah Al Qur-an dalam bulan Puasa di malam hari, adalah suatu amal yang sangat disukai. Mudarasah Al Qur-an, ialah "menyuruh seseorang yang benar-benar ahli membaca Al Qur-an serta menerangkan isi kandungannya kepada orang lain. Dan membaca Al Qur-an di hadapan orang yang ahli dan menanyakan kepadanya makna dan Tafsir serta maksud-maksud yang dikandung oleh Al Qur-an."

Demikianlah arti mudarasah yang sebenarnya. Maka hendaklah umat Islam memperkatakan Al Qur-an dan memudarasahkannya sesamanya, baik dia bertindak sebagai pengajar, ataupun selaku pelajar. Dan amat baik diusahakan adanya halaqah-halaqah ilmu di mesjid sepanjang bulan Ramadlan, untuk memenuhi Sabda Rasulullah SAW:

مَا الجُتَمَعَ قَوْمُ فِي بَيْتِ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَا رَسُونَهُ فِيْمَا بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَة وَعَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَن عِنْدَهُ، مَنْ أَبْطَابِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعُ بِهِ نَسَبَهُ 

"Tiada berkumpul sesuatu kaum di suatu rumah dari Rumah-rumah Allah, mereka membacakan Kitab Allah dan mentadaruskannya di antara mereka, melainkan turunlah kepada mereka ketenangan, ditutupilah mereka oleh rahmat, dilindungilah oleh Malaikat dan Allah menyebut mereka bersama-sama dengan orang yang ada di sisi-Nya. Barangsiapa dilambatkan oleh amalnya, tidaklah dapat dicepatkan oleh hubungan darahnya."

Apabila kita memperhatikan Hadits-hadits dan perkataan-perkataan para Shahabat, nyatalah bahwa kita sangat disukai membanyakkan Tilawatil Qur-an di malam hari, karena di malam hari itu, kita lepas dari kebimbangan dan kemasygulan. Dan di malam hari, berkumpul segala kemauan dan dapat bersatu hati dengan lidah untuk membaca dan mentadabburkan Al Qur-an.

Referensi Dari Buku Pedoman Puasa Karangan Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy