Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Larangan Menganggap Sial Sesuatu

Hadits Larangan Menganggap Sial Sesuatu
304- LARANGAN MENGANGGAP SIAL KARENA SESUATU

1683- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  (( لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ)) قَالُوا : وَمَا الْفَأْلُ، قَالَ : ((كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ)).. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1683. Dari Anas RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “ Tidak ada sakit menular dan tidak ada kesialan[1] karena sesuatu. Dan aku heran tentang ‘Al Fa`lu’.” Para sahabat bertanya, “Apakah itu ‘Al Fa`lu’? Beliau menjawab, “Kata yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1684- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ. وَإِنْ كَانَ الشُّؤْمُ فِي شَيْءٍ فَفِي الدَّارِ، وَالْمَرْأَةِ، وَالْفَرَسِ)). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1684. Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Tidak ada sakit menular dan tidak ada kesialan karena sesuatu, seandainya itu terjadi, maka hanya terbatas di dalam rumah, isteri dan kuda (binatang).” (HR. Bukhari dan Muslim)

1685- وَعَنْ بُرَيْدَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ  كَانَ لاَ يَتَطَيَّرُ. رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

1685. Dari Buraidah RA, bahwasanya Nabi SAW. tidak pernah merasa sial karena sesuatu.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih)

[1] . kata ‘at-Tathayyur’ artinya memaki atau mencela-cela. Ibnu Atsir berkata: “terbang dengan leluasa dan membelok-belok, dan ini dapat memalingkan mereka dari tujuan-tujuan mereka. Oleh karena itu dilarang oleh agama.