Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Larangan Berpakaian Isbal

Hadits Larangan Isbal
118- SUNNAT MEMAKAI KEMEJA PANJANG

793- وَعَنْ أُمِّ سَلَمَة رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ أَحَبُّ الثِّيَابِ إِلَى رَسُوْلُ اللهِ  الْقَمِيْصُ. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدُ , وَالتِّرْمِذِى وَ قَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ.

793. Dari Ummu Salamah RA, dia berkata: “Pakaian yang paling disukai Rasulullah SAW. adalah qamis (kemeja panjang)”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata: “hadis ini hasan.”)

119- PANJANG PAKAIAN DAN SARUNG SERTA LARANGAN MEMANJANGKANNYA KARENA KESOMBONGAN

795- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُما، أَنْ النَّبِيّ  قَالَ : ((مَنْ جَرَّثَوْبَهُ خُيَلاَءَ لَمْ يَنْظُرِ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ)) فقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ : يَارَسُوْلُ اللهِ إِنَّ إِزَارِي يَسْتَرْخِي إِلاَّ أَنْ أَتَعَاهَدَهُ، فقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ  : ((إِنَّكَ لَسْتَ مِمَّنْ يَفْعَلُهُ خُيَلاَءَ)) رَوَاهُ اْلبُخَارِي.

795. Dari Ibnu Umar RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang menurunkn kainnya di bawah mata kaki karena kesombongan, maka pada hari kiamat nanti Allah tidak akan melihatnya.” Kemudian Abu Bakar RA. berkata: “ Wahai Rasulullah, sesungguhnya kain saya selalu turun sampai dibawah mata kaki, kecuali apabila saya sangat berhati-hati.” Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “ Sesungguhnya kamu tidaklah termasuk orang-orang yang berbuat semacam itu karena kesombongan.” (HR. Bukhari)

796- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ  قَالَ : ((لاَ يَنْظُرُ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا )) ٌََمُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

796. Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW. bersabda, “Nanti pada hari kiamat Allah tidak akan melihat orang yang menurunkan kainnya di bawah mata kaki karena sombong.” (HR. Bukhari dan Muslim)

797- وَعَنْه عَنْ النَّبِيّ  قَالَ : ((مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ اْلإِزَارِ فَفِي النَّارِ)) رَوَاهُ اْلبُخَارِي.

797. Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Kain yang berada di bawah mata kaki, adalah bagian dari api neraka[1].” (HR. Bukhari)

798- وَعَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ الله عَنْهُ، عَنْ النَّبِيّ  قَالَ : ((ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ، وَلاَ يُزَكِّيْهِمْ، وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ )) قَالَ : فَقَرَأَهَا رَسُوْلُ اللهِ  ثَلاَثَ مِرار، قَالَ أبو ذَرٍّ : خَابُوْا وَخَسِرُوْا ! مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلُ اللهِ ؟ قَالَ : ((اَلْمَسْبِلُ، وَالْمَنَّانُ، وَالْمُنْفِقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكاذِبِ )) رَوَاهُ مُسْلِمُ. وفي رواية له : ((اَلْمُسْبِلُ إِزَارَهُ))

798. Dari Abu Daud Dzar RA, dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Ada tiga kelompok manusia yang kelak pada hari kiamat tidak akan diajak bicara oleh Allah. Allah juga tidak akan melihat mereka, dan tidak pula mengampuni dosa mereka bahkan mereka akan mendapat siksaan yang pedih. “ Rasululah SAW. mengucapkan kalimat itu tiga kali. Kemudian Abu Dzar berkata: “Alangkah kecewa dan ruginya mereka. Wahai Rasulullah, siapakah mereka?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang menurukan (kainnya), orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan menggunakan sumpah palsu.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain disebutkan: “yang menurunkan sarungnya.”

799 - وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُما , عَنِ النَّبِيّ  قَالَ : ((َاْلإِسْبَالُ فِي اْلاِزَارِ , وَالْقَمِيْصِ , وَالْعِمَامَةِ . مَنْ جَرَّ شَيْئًا خُيَلاَءَ لَمْ يُنْظُرِ الله إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ)) رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدُ وَ النَّسَائِي بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

799. Dari Ibnu Umar RA, Dari Nabi SAW. Beliau bersabda, “Orang yang menurunkan kain, kemeja dan sorbannya. Barang siapa yang memanjangkan sesuatu karena sombong, maka kelak pada hari kiamat, Allah tidak akan melihat kepadanya.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’I dengan sanad yang shahih)

800 – وَعَنْ أبيِ جُرَيٍّ جَابِرْ بِنْ سُلَيْم رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ رَأَيْتُ رَجُلاً يَصْدُرُ النَّاسُ عَنْ رَأْيِهِ , لاَ يَقُوْلُ شَيْئًا إِلاَّ صَدَرُوْا عَنْهُ , قُلْتُ : مَنْ هَذَا ؟ قَالُوْا : رَسُوْلُ اللهِ . قُلْتُ, عَلَيْكَ السَّلاَمُ يارَسُوْلُ اللهِ مَرَّتَيْنِ قَالَ: ((لاَ تَقُلْ عَلَيْكَ السَّلاَمُ, - عَلَيْكَ السَّلاَمُ تَحِيَّةُ الْمَوْتَى – قُلْ : اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ)) قَالَ قُلْتُ أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ ؟ قَالَ: ((أَنْا رَسُوْلُ اللهِ اَلَّذِي إِذَا أَصَابَكَ ضُرٌّ فَدَعَوْتَهُ كَشَفَهُ عَنْكَ, وَإِذَا أَصَابَكَ عَامُ سَنَةٍ فَدَعَوْتَهُ أَنْبَتَهَالَكَ , وَإِذَا كُنْتَ بِأَرْضٍ قَفْرٍ أَوْفَلاَةٍ فَضَلَّتْ رَاحِلَتُكَ , فَدَعَوْتَهُ رَدَّهَا عَلَيْكَ )) قَالَ: قُلْتُ أِعْهَدْ إِلَيَّ قَالَ : ((لاَ تَسُبَّنَ أَحَدًا)) قَالَ : فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ حُرًّا, وَلاَعَبْدًا, وَلاَبَعِيْرًا, وَلاَشَاةَ, ((وَلاتَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا , وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ , إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوْفِ, وَارْفَعَ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ , فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ , وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالُ اْلِإزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ المخِيْلَةِ . وَأَنْ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيْلَةَ, وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ أَوْعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيْكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيْهِ, فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ)) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدُ وَالتِّرْمِذِي بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ , وقَالَ التِّرْمِذِي : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ .

800. Dari Abu Jurayz (Jabir) bin Sulaim RA,, ia berkata: “Saya melihat seseorang yang pendapatnya selalu diikuti oleh orang banyak, apapun yang dikatakannya pasti diikuti mereka.” Saya bertanya: “ Siapakah orang itu?” Para sahabat menjawab: ‘ Itu adalah Rasulullah SAW.” Saya mengucapkan “ALAIKASSALAAMU YAA RASULULLAAH dua kali.” Kemudian beliau bersabda, “Janganlah kamu mengucapkan ALAIKASSALAM, karena ucapan ALAIKASSALAM adalalah salam untuk orang yang sudah meninggal, tetapi ucapkanlah ASSALAMU’ALAIKUM.” Jabir bertanya: “Benarkah engkau utusan Allah?” Beliau menjawab: “ Ya, Aku adalah utusan Allah, Dzat yang apabila kamu tertimpa sesuatu musibah kemudian kamu berdoa kepada-Nya, niscaya Dia akan menghilangkan musibah yang menimpamu. Apabila kamu tertimpa paceklik, kemudian kamu berodoa kepada-Nya, niscaya Dia akan segera menumbuhkan tanaman untukmu. Apabila kamu berada di tengah gurun pasir atau tanah lapang, kemudian kendaraanmu atau ternakmu hilang lantas kamu berdoa kepada-Nya, niscaya Dia akan mengembalikannya kepadamu.” Jabir berkata kepada beliau: “Berilah saya nasehat.” Beliau bersabda, “Janganlah kamu sekali-kali memaki seseorang.” Jabir berkata: “Maka setelah itu saya tidak pernah memaki orang merdeka, budak, onta dan kambing.” Beliau juga bersabda, “Janganlah kamu sekali-kali meremehkan sesuatu kebaikan, dan berkatalah kepada temanmu dengan muka yang manis. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk kebaikan. Dan tinggikanlah kainmu sampai pada pertengahan betis, dan kalau kamu enggan, maka boleh sampai pada kedua mata kaki karena itu termasuk perbuatan sombong, dan sesungguhnya Allah tidak suka pada sifat sombong. Dan apabila ada seseorang memaki dan mencela kamu dengan apa yang dia ketahui tentang dirimu, maka janganlah kamu mencelanya dengan apa yang kamu ketahui tentang dirinya, karena sesungguhnya akibat dari caci maki itu akan kembali kepadanya.” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi dengan sanad yang shahih. Tirmidzi berkata: “hadis ini hasan-shahih)

802 – وَعَنْ قَيْسِ بْنِ بَشَرْ اَلتَّغْلِيْبِيّ قَالَ : أَخْبَرَنِي أَبِي – وكَانَ جَلِيْسًا لِأَ بِي الدَّرْدَاءِ, قَالَ: كَانَ بِدِمَشْقٍ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيّ  يقَالَ لَهُ ابن الْحَنْظَلِيَّةِ , وَكَانَ رَجُلاً مُتَوَحِّدًا قَلَّمَ يُجَالِسُ النَّاسَ , إِنَّمَا هُوَ صَلاَة ٌ, فَإِذَا فَرَغَ فَإِنَّمَا هُوَ تَسْبِيْحٌ وَتَكْبِيْرٌ حَتَّى يَأْتِ
أهْلَهُ، فَمَرَّ بِنَا ونَحْنُ عِنْدَ أَبِيْ الدَّرْدَاءِ فقَالَ لَهُ أَبُو الدَّرْدَاءِ : كَلِمَةً تَنْفَعَنْا وَلاَ تَضُرُّكَ. قَالَ : بَعَثَ رَسُوْلُ اللهِ  سَرِيَّةً فَقَدِمَتْ، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْهُمْ فَجَلَسَ فِى الْمَجْلِسِ الَّذِى يَجْلِسُ فِيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ، فَقَالَ لِرَجُلٍ إِلَى جَنْبِهِ : لَوْ رَأَيْتَنَا حِيْنَ الْتَقَيْنَا نَحْنُ وَالْعَدُوُّ فَحَمَلَ فُلاَنٌ وَطَعَنَ، فقَالَ : خُذْهَا مِنِّى وَأَنَا الغُلاَمُ الغِفَارِيُّ، كَيْفَ تَرَى فِى قَوْلِهِ؟ قَالَ : ماَ أَرَاْهُ اِلاَّ قَدْ بَطَلَ أَجْرُهُ فَسَمِعَ بِذَلِكَ آخَرُ فَقَالَ : مَا أَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا، فَتَنَازَعَا حَتىَّ سَمِعَ رَسُوْلُ اللهِ  فقَالَ : ((سُبْحَانَ الله)) لاَ بَأْسَ أَنْ يُؤْجَرَ وَيُحْمَدَ)) فَرَأَيْتُ أبَاَ الدَّرداء سُرَّ بِذَلِكَ، وَجَعَلَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ اِلَيْهِ وَيَقُوْلُ: اَأَنْتَ سَمِعْتُ ذَلِكَ مِنْ رَسُوْلُ اللهِ  ؟ فيَقُوْلُ : نَعَمْ، فَمَازَالَ يُعِيْدُ عَلَيْهِ حَتَّى أَنْى لَأَقُوْلَ لَيَبْرُكَنَّ عَلَى رُكْبَتَيْهِ، قَالَ : فَمَرَّ بِنَا يَوْمًا آخَرَ. فَقَالَ لَهُ أَبُو الدَّرْدَاءِ : كَلِمَةً تَنْفَعَنْا وَلاَ تَضُرُّكَ، قَالَ : قَالَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ  : ((اَلْمُنْفِقُ عَلَى الْخَيْلِ كَالبَاسِطِ يَدَهُ باِلصَّدَقَةِ لاَ يُقْبِضُهَا)) ثُمَّ مَرَّ بِنَا يَوْمًا آخَرَ، فَقَالَ لَهُ أبو الدَّرداء كَلِمَةً تَنْفَعَنْا وَلاَ تَضُرُّكَ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((نِعْمَ الرَّجُلُ خُرَيْمٌ الأَسديُّ! لَوْلَا طُوْلُ جُمَّتِهِ وَإِسْبَالُ إِزَارِهِ! فَبَلَغَ ذَلِكَ خُرَيْدًا فَعَجَّلَ. فَأَخَذَ شَفْرَةً فَقَطَعَ بِهَا جُمَّتَهُ إِلَى أُذُنَيْهِ وَرَفَعَ إِزَارَهُ إِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ. ثُمَّ مَرَّبِنَا يَوْمًا آخَرَ فقَالَ لَهُ أَبُو الدَّرْدَاءِ : كَلِمَةً تَنْفَعَنْا وَلاَ تَضُرُّكَ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ  يَقُوْلُ : ((إِنَّكُمْ قَادِمُوْنَ عَلَى إِخْوَانِكُمْ فَأَصْلِحُوْا رِحَالَكُمْ، وَأَصْلِحُوْا لِبَاسَكُمْ حَتَّى تَكُوْنُوا كَأَنَكُمْ شَامَةٌ فِى النَّاسِ، فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْفُحْشَ وَلاَ التَّفَحُّش)) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدُ بِإِسْنَاٍد حَسَنٍ.

802. Dari Qais bin Basyir At Taghlibi, ia berkata: “Ayahku yang menjadi teman dekat Abu Darda memberitahukan kepadaku dimana ia berkata: “Di Damaskus ada seseorang sahabat Nabi SAW. yang bernama Ibnu Hanzhaliyyah, ia adalah seorang yang senang menyendiri, jarang sekali duduk-duduk bersama orang lain, kecuali untuk salat. Apabila selesai salat ia terus membaca tasbih dan takbir, kemudian pulang ke rumah keluarganya.” Ketika kami sedang berada di tempat Abu Darda, ia pun lewat, maka Abu Darda berkata kepadanya: “Sampaikanlah suatu kalimat yang bermanfaat bagi kami dan tidak merugikan engkau.” Ia berkata: “Rasulullah SAW. mengutus suatu pasukan[2], kemudian setelah kembali, salah seorang di antara mereka duduk pada suatu majlis dimana Rasulullah SAW berada. Ia berkata kepada seseorang yang berada di sampingnya: “Sekiranya engkau mengetahui, bagaimana kami berhadapan dengan musuh, maka seorang dari kami menyerang musuh, dan setelah menikamnya, ia berkata: “Ambillah ini, dan aku adalah pemuda Ghifar.” Bagaimana pendapatmu tentang apa yang dikatakan orang itu?” Orang itu berkata: “Menurut pendapatku orang tadi kehilangan pahalanya.” Orang lain yang mendengar apa yang dikatakannya berkata: “Menurut pendapatku orang itu tidak bersalah ketika berakata demikian (masih tetap pahalanya).” Maka bertengkarlah kedua orang itu sehingga Rasulullah SAW. mendengar, kemudian beliau bersabda, “Maha suci Allah, tidal apa-apa, ia tetap mendapat pahala dan tetap terpuji.” Saya melihat Abu Darda nampak gembira sekali dan mengangkat kepalanya dtitujukan kepada Ibnu Hanzhaliyah serta bertanya: “Apakah engkau mendengar sendiri keterangan itu dari Rasulullah SAW? Ibnu Hanzhaliyah menjawab: ”Ya.” Abu Darda mengulang-ulang pertanyaan itu kepadanya sehingga aku mengira ia akan menunduk di hadapannya diatas kedua lututnya.”
Ayah berkata lagi: “Pada saat yang lain ia lewat, maka Abu Darda’ berkata kepadanya: “Sampaikanlah satu kalimat yang bermanfaat untuk kami dan tidak merugikanmu.” Ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda kepada kami: “orang yang memberi belanja untuk kudanya itu bagaikan orang yang membentangkan tangannya dengan sedekah, ia tidak menggenggam tangannya itu.”
Pada saat yang lain ia lewat, maka Abu Darda’ berkata: “Sampaikanlah satu kalimat yang bermanfaat untuk kami dan tidak merugikan kamu.” Ia berkata: “Rasulullah SAW. Bersabda “Sebaik-baik orang adalah Khuraim Al Usaidy, seandainya ia tidak berambut panjang dan tidak menurunkan kainnya sampai di bawah mata kaki.” Setelah berita itu terdengar oleh Khuraim maka ia langsung mengambil pisau untuk memotong rambutnya sampai sebatas kedua telinganya dan menaikkan kainnya sampai ke pertengahan kedua betisnya.”
Pada saat yang lain ia lewat, maka Abu Darda’ berkata kepadanya: “Sampaikanlah suatu kalimat yang bermanfaat untuk kami dan tidak merugikanmu. Ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada saudara-saudaramu, maka perbaikilah kendaraanmu dan baguskanlah pakaianmu sehingga kamu seolah-olah merupakan tahi lalat yang menjadi hiasan bagi manusia. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang kotor, baik dalam pakaiannya maupun perkataannya.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang hasan)[3]

803- وَعَنْ أَبِي سَعِيْدْ اَلْخُدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ, وَلاَ حَرَجَ-أَوْلاَ جُنَاحَ-فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ, مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فيِ النَّارِ, وَمَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظُرِ اللهُ إِلَيْهِ)) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدُ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

803. Dari Abu Sa’id Khudriy RA, Ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, “Kain sarung seorang muslim adalah sampai pertengahan betis. Dan tidaklah berdosa jika sampai pada diantara betis dan mata kaki. Sedangkan yang sampai dibawah mata kaki itu adalah begian neraka. Dan barang siapa yang menurunkan kain sarungnya sampai di bawah mata kaki karena sombong maka kelak Allah tidak akan melihat kepadanya.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)

804- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُما قَالَ: مَرَرْتُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ  وَفِي إِزَارِي اِسْتِرْخَاءٌ, فقَالَ: (( يَا عَبْدَ الله إِرْفَعْ إِزَارَك )) فَرَفَعْتُهُ ثُمَّ قَالَ:( زِدْ) فَزِدْتُ , فَمَا زِلْتُ أَتَحَرَّاهَا بَعْدُ. فَقَالَ بَعْضُ الْقَوم: إِلَى أَيْنَ؟ فقَالَ: إِلَى أَنْصَافِ السَّاقَيْنَ,, رَوَاهُ الْمُسْلِمُ.

804. Dari Ibnu Umar RA,, ia berkata: “Saya berjalan di depan Rasulullah SAW. Sedangkan kain saya terlalu rendah, kemudian beliau bersabda, “Wahai Abdullah, naikkanlah kainmu itu.” Maka saya pun menaikkan kain sesuai dengan petunjuknya.” Sebagian orang bertanya: ”Sebatas mana kamu menaikkan?” Abdullah menjawab: “Sebatas pertengahan kedua betis.” (HR. Muslim)

805- وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  (( مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَالاَءَ لَمْ يَنْظُرِ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ)) فقَالَت أُمُّ سَلَمَة: فَكَيْفَ تَصْنَعُ النِّسَاءُ بِذُيُوْلِهِنَّ, قَالَ: (( يُرْخِيْنَ شِبْرًا)) قَالَتْ : إِذَا تَنْكَشِفُ أَقْدَامُهُنَّ. قَالَ: (فَيُرْحِيْنَهُ ذِرَاعًا لاَ يَزِدْنَ) رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدُ, وَالتِّرْمِذِي وقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

805. Dari Ibnu Umar RA,, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menurunkan kainya karena sombong maka kelak pada hari kiamat, Allah tidak melihat kepadanya.” Salamah bertanya bertanya: “Maka bagaimana cara wanita menurukan tepi kain mereka?” Beliau bersabda, “Diturunkan sejengkal.” Salamah berkata: “Kalau begitu telapak kaki mereka terbuka?” Beliau bersabda, “Boleh diturunkan sehasta, tidak boleh dari itu.” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi. Tirmidzi berkata: “hadis ini hasan-shahih.”)

[1] Al Khataby berkata: “Maksudnya: Bagian kaki yang tertutupi oleh sarung.”
[2] Pasukan yang disebut sariyyah, yaitu sekelompok kecil pasukan yang terdiri dari beberapa orang saja.
[3] Kecuali Qais bin Basyar, para ulama berselisih paham tentang kapabilitas dia. Namun Imam Muslim sendiri ada meriwayatkan hadis dari Qais)