Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Wajib Mentaati Pemimpin

Hadits Wajib Mentaati Pemimpin80-Wajib Mentaati Pemimpin Terhadap Hal Yang Tidak Dilarang Oleh Allah

Allah SWT berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ [النساء : 59] .

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu.” (Qs. An-Nisaa’ (4): 59).

668- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَرَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِي  قَالَ: ((عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إلاَّ أنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإذاَ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

668. Dari Ibnu Umar RA, Nabi SAW bersabda, “Seorang muslim wajib mendengarkan dan mentaati terhadap perintah yang disukainya maupun yang tidak. Kecuali bila ia diperintah mengerjakan kemaksiatan, maka ia tidak boleh mendengar dan mentaati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

669- وَعَنْهُ قَالَ: كُنَّا إذَا بَا يَعَنَا رَسُوْلُ اللهِ  عَلَى السَّمْعِ والطَّاعَةِ يَقُوْلُ لَنَا: ((فِيْماَ اسْتَطَعْتُمْ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

669. Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, “Ketika kami berbaiat (berjanji setia) kepada Rasulullah SAW untuk selalu mendengar dan taat, beliau bersabda kepada kami, “Sebatas kemampuanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

670- وَعَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ: ((مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَحُجَّةَ لَهُ، وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ في عَنْقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
وَ فِيْ رِوَايَةٍ لَهُ : وَ مَنْ مَاتَ فَهُوَ مُفَارِقٌ لِلْجَمَاعَةِ فَإِنَّهُ يَمُوْتُ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً.

670. Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang melepaskan diri dari mentaati pemimpin,[1] pada hri kiamt ia akan bertemu Allah tanpa dapat mengajukan alasan. Dan siapa saja yang meninggal dunia sedang di lehernya tidak ada tanda bai’at (janji setia), maka ia mati seperti pada jaman Jahiliah.[2]” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: Siapa saja yang mati sedang ia memisahkan diri dari jama’ah, sungguh ia telah mati seperti pada jaman Jahiliah.”

671- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((إِسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا، وَإِنِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشيٌّ، كَأَنَّ رأسَهُ زَبِيْبَةٌ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي.

671. Dari Anas RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Dengarkan oleh kalian dan taatilah!, walaupun yang memimpinmu adalah seorang budak Habsyi yang bentuk kepalanya seperti biji kurma.” (HR. Bukhari).

672- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((عَلَيْكَ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِي عُسْرِكَ وَيُسْرِكَ وَمَنْشَطِكَ وَمَكْرَهِكَ وَأَثَرَةٍ عَلَيْكَ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

672. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu mendengar serta taat kepada penguasa, baik kamu dalam kondisi kesulitan,[3] lapang, cinta maupun benci, walaupun ia tidak memperdulikan kamu[4].” (HR. Muslim).

673- وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ  فِي سَفَرٍ، فَنَزَلْنَا مَنْزِلاً ، فَمِنَّا مَنْ يُصْلِحُ خِبَاءَهُ ، وَمِنَّا مَنْ يَنْتَضِلُ ، وَمَنَّا مَنْ هُوَ فِي جَسْرِهِ، إِذْ نَادَى مُنَادِي رَسُوْلِ اللهِ  : الصَّلاَةُ جَامِعَةٌُ، فَأجْتَمَعْنَا إِلَى رَسُوْلِ اللهِ  فَقَالَ: ((أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبيٌّ قَبْلِي إِلاَّ كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرٍ مَايَعْلَمُهُ لَهُمْ، وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ. وَإنَّ أُمَّتَكُمْ هذِهِ جُعِلَ عَافِيَتُهُاَ فِي أوَّلِهَا، وَسَيُصِيْبُ آخِرَهَا بَلاَءٌ وَأمُورٌ تُنْكِرُونَهَا، وَتَجِيءُ فِتُنَةُ يُرَقِّقُ بَعْضُهَا بَعْضًا، وَتَجِىءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُوْلُ المُؤْمِنُ هَذِهِ مُهْلِكَتِي، ثُمَّ تَنْكَشِفُ، وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُوْلُ المُؤْمِنُ: هَذِهِ هَذِهِ. فَمَنْ أَحَبَّ أنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ، وَيُدْخَلَ الجَنَّةَ، فَلْتَأْتِهِ مِنْيَتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤتَى إِلَيْهِ. وَمَنْ بَايَعَ إِمَاماً فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ، وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ، فَلْيُطِعْهُ إِنِ استَطَاعَ، فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوْا عَنْقَ الآخَرِ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

673. Dari Abdullah bin Umar RA, ia berkata, “Kami pernah bepergian bersama Rasulullah SAW, lalu kami berhenti untuk membuat kemah. Di antara kami ada yang memperbaiki kemah dan ada yang bermain panah dan batu, serta ada pula yang menggembala ternak yang kami kendarai. Tiba-tiba muadzin Rasulullah SAW berseru, ‘Mari kita shalat berjama’ah.’ Setelah menunaikan shalat kami menemui beliau, seraya bersabda, ’Tidak ada seorang Nabi pun sebelumku melainkan ia berkewajiban menunjukkan kebaikan, dan memperingatkan kejahatan kepada umatnya. Dan sesungguhnya bagi umat ini pada mulanya ditentukan keselamatan, tetapi pada akhirnya banyak cobaan dan hal-hal yang tidak diingini. Kemudian datanglah fitnah-fitnah yang sebelumnya dianggap ringan[5] di banding yang berikutnya. Pada saat fitnah itu datang, orang yang beriman berkata, ”Inilah yang membinasakan aku.” Kemudian sirnalah fitnah itu, lalu datang lagi. Sehingga orang yang beriman berkata, ‘Inilah, inilah yang membinasakan aku.’ Maka siapa saja yang ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, hendaklah ia meneguhkan keimanan kepada Allah dan hari akhir dan memperlakukan sesama manusia sebagaimana ia senang diperlakukan seperti itu. Siapa saja yang telah berbai’at (berjanji setia) kepada seorang penguasa, serta telah menumpahkan kepercayaannya, ia harus mentaatinya dengan sekuat tenaga. Apabila ada orang lain yang bermaksud merebut kekuasaannya, maka penggallah leher orang itu.’” (HR. Muslim).

674- وَعَنْ أَبِي هُنَيْدَةَ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلَ سَلَمَةُ بْنِ يَزيْدَ الجُعْفِيُّ رَسُوْلَ اللهِ ، يَا نَبِيَّ أَرَأَيْتَ إِنْ قَامَتْ عَلَيْنَا أُمَرَاءُ يَسْألُوْنَا حَقَّهُمْ، وَيَمْنَعُوْنَا حَقَّنَا ، فَمَا تَأْمُرُنَا؟ فَأَعْرَضَ عَنْهُ ، ثُمَّ سَأَلَهُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((إِسْمَعْوْا وَأَطِيْعُوا، فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَاحُمِّلُوا، وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

674. Dari Abu Hunaidah Wa`il bin Hujr ia berkata, “Salamah bin Yazid Al-Ju’fi bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Nabi Allah, apa pendapatmu seandainya para pemimpin menuntut hak kepada kami, tetapi tidak mau memenuhi hak kami. Apa yang engkau perintahkan kepada kami?.’ Beliau semula bersikap acuh pada perintah itu. Kemudian Salamah mengulanginya, maka Rasulullah bersabda, “Dengarkan dan taatilah mereka! Sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas kewajiban mereka, dan kamu juga akan dimintai pertanggungjawaban atas kewajibanmu.” (HR. Muslim).

675- وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((أَنَّهُا سَتَكُوْنُ بَعْدِي أثَرَةٌ وَأُمُوْرٌ يُنْكِرُوْنَهَا))! قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ ، كَيْفَ َُأْمُرُ مَنْ أدْرَكَ مِنَّا ذَلِكَ ؟ قَالَ: ((تَؤَدُّونَ الحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ، وَتَسْأَلُونَ اللهَ الَّذِي لَكُمْ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

675. Dari Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Sepeninggalku akan muncul sikap mementingkan diri sendiri dan kemunkaran.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan untuk kami?.” Beliau menjawab, ”Kamu harus menunaikan kewajibanmu dan memohon kepada Allah atas apa yang menjadi hakmu!.” (HR.Bukhari dan Muslim).

676- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ يُطِعَ الأَمِيْرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ يَعْصِ الأَمِيْرَ فَقَدْ عَصَانِي)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

676. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang taat kepadaku, berarti ia taat kepada Allah SWT. Dan barangsiapa yang durhaka kepadaku, berarti ia durhaka kepada Allah SWT. Barang siapa yang taat kepada pemimpin, berarti ia taat kepadaku dan barang siapa yang durhaka kepada pimpinan, berarti ia durhaka kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim).

677- وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  قَالَ: ((مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيْرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

677. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Barang siapa yang membenci tindakan penguasanya, hendaklah ia bersabar!. Sesungguhnya orang yang keluar dari raja (membelot) walau hanya sejengkal,[6] ia akan mati seperti mati pada jaman Jahiliyah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

[1] . yaitu keluar dari ketaatan pada pemimpin dan tidak mengikuti perintahnya yang bukan berupa maksiat.
[2] . Maksudnya ia mati dalam kesesatan, sebagaimana kaum jahiliyyah mati dalam kesesatan. Karena mereka tidak masuk dalam lingkaran ketaatan pada pemimpin.
[3] . Maksudnya adalah kamu dalam kefaqiran atau berkecupukan. Adapun kata ‘وَمَنْشَطِكَ وَمَكْرَهِكَ artinya baik terhadap sesuatu yang kamu cintai ataupun yang kamu, maksudnya sesuai dengan keinginanmu atau tidak sesuai dengan keinginanmu selama bukan dalam hal maksiat, jika tidak demikian maka tidak wajib mentaatinya.
[4] . yang dimaksud dengan kata وَأَثَرَةٍ adalah khusus dalam urusan dunia, artinya hendaklah kalian mentaati walaupun para pemimpin memfokuskan diri pada masalah dunia serta hak-hak kalian tidak terpenuhi.
[5] . Kata يُرَقِّقُ adalah teks asli, adapun yang terdapat di shahih Muslim tertulis فيرقق .
[6] . Maksudnya keluar dari ketaatan padanya walaupun terhadap hal yang sepele.