Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Mengucapkan “Selamat" Kepada Orang Yang Memperoleh Kebahagiaan

Hadits Mengucapkan “Selamat" Kepada Orang Yang Memperoleh Kebahagiaan

95 SUNNAH IKUT BERGEMBIRA DAN MENGUCAPKAN “SELAMAT” KEPADA ORANG YANG MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN

قَالَ الله تعالى : )فَبَشِّرْ عِبَادِ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحَسَنٌهُ( [الزمر : 17-18]

Allah SWT. berfirman: “Dan oleh sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. (QS. Az Zumar (39): 17-18)

وقَالَ تعالى : )يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيْهِا نَعِيمٌ مُقِيمٌ( [التوبه : 21]

Allah SWT. berfirman: “Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal”. (QS. At Taubah (09): 21)

وقَالَ تعالى : )وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ( [فصلت : 30]

Allah SWT. berfirman: “dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushshilat (40): 30)

وقَالَ تعالى : فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلاَمٍ حَلِيمٍ( [الصافات : 101]

Allah SWT. berfirman: “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (QS. Ash-Shuffat (37): 101)

وقَالَ تعالى : )وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى( [هود : 69]

Allah SWT. berfirman: “Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. (QS. Hud (11): 69)

وقَالَ تعالى : )وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ( [هود : 71]

Allah SWT. berfirman: “Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya`qub. (QS. Hud (11): 71)

وقَالَ تعالى : )فَنَادَتْهُ الْمَلاَئِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى( [العمران : 39]

Allah SWT. berfirman: “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." (QS. Ali Imran (03): 39)

وقَالَ تعالى : )إِذْ قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَامَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ( [العمران : 45]

Allah SWT. berfirman: “ (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)” (QS. Ali Imran (03): 45).

713- وَعَنْ أََبِي إِبْرَاهِيْمَ – وَيُقَالُ : أَبُوْ مُحَمَّد، وَيُقَالُ : أَبُوْ مُعَاوِيَةَ – عبدِ اللهِ بْن أَبِي أوفى رَضِيَ الله عَنهُمَا، أنَ رَسُوْل الله  بَشَّرَ خَدِيجَةَ رَضِيَ الله عَنهُا، ببَيْتٍ في الجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ، لاَ صَخَبَ فِيْهِ وَلاَ نَصَبَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

713. Dari Abu Ibrahim –ada yang mengatakan Abu Muhammad, ada yang mengatakan Abu Mu’awiyah, Abdullah Ibn Abu Aufa- RA, dia berkata: “Rasulullah SAW. menyampaikan berita gembira kepada Khadijah, yaitu rumah yang terbuat dari mutiara di surga. Di dalamnya tidak ada keributan dan kesukaran”. (HR. Bukhari dan Muslim)

714- وَعَنْ أَبِي مُوْسَى اَلْأَشْعَرِي رَضِيَ الله عَنهُ، أنَّهُ تَوَضَّأ في بَيْتِهِ، ثُمَّ خَرَجَ فقَالَ: لأَلْزَمَنَّ رَسُوْل الله ، وَلأَكُونَنَّ مَعَهُ يَوْمِي هذَا، فَجَاءَ الْمَسْجِدَ، فَسَألَ عَن النبيِّ  ، فَقَالُوا ههُنَا، قَالَ: فَخَرَجْتُ عَلَى أثَرِهِ أسْألُ عَنهُ، حَتَّى دَخَلَ بِئْرَ أريسٍ، فَجَلَسْتُ عِنْدَ الْبَابِ حَتَّى قَضَى رَسُوْل الله  حَاجَتَهُ وَتَوَضَّأ، فَقُمْتُ إلَيْهِ، فَإذَا هُوَ قَدْ جَلَسَ عَلَى بِئْرِ أريسٍ، وَتَوَسَّطَ فُقَّهَا، وَكَشَفَ عَن سَاقَيْهِ وَدَلاَّهُمَا فِي الْبِئْرِ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ، فَجَلَسْتُ عِنْدَ الْبَابِ فَقُلْتُ: لأَكُونَنَّ بَوَّاَب رَسُوْل الله  الْيَوْمَ، فَجَاءَ أَبُوْ بَكْرٍ رَضِيَ الله عَنهُ فَدَفَعَ الْبَابَ فَقُلْتُ: مَنْ هذَا؟ فقَالَ: أَبُوْ بَكْرٍ فَقُلْتُ عَلَى رِسْلِكَ، ثُمَّ ذَهَبْتُ فَقْلْتُ يَا رَسُوْل الله هذَا أَبُوْ بَكْرٍ يَسْتَأْذِنُ، فَقَالَ: ((ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ)) فّأقْبَلْتُ حَتَّى قُلْتُ لأَبِي بَكْرٍ: ادْخُلْ ورَسُوْل الله  يُبَشِّرُكَ بِالْجَنَّةِ، فَدَخَلَ أَبُوْ بَكْرٍ حَتىَّ جَلَسَ عَن يَمِينِ النَّبيِّ  مَعَهُ في القُفِّ، وَدَلَّى رِجْلَيْهِ في البِئْرِ كَمَا صَنَعَ رَسُوْل الله  ، وَكَشَفَ عَن سَاقَيْهِ، ثُمَّ رَجَعْتُ وَجَلَسْتُ، وَقَدْ تَرَكْتُ أخِي يَتَوَضَّأ وَيَلْحَقُنِي، فَقُلْتُ: إنْ يُرِدِ الله بِفُلانٍ – يُريدُ أخَاهُ – خَيْرًا يَأْتِ بِهِ. فَإذَا إنْسَانٌ يُحَرِّكُ الْبَاب، فقلتُ: مَنْ هذَا؟ فقَالَ: عُمَرُبْن الْخَطّابِ، فَقُلْتُ: عَلَى رِسْلِكَ، ثمَّ جِئْتُ إلَى رَسُوْل الله فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ وَقُلْتُ: هَذَا عُمَرَ يَسْتَأْذِنُ؟ فقَالَ: ((ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بالجَنَّةِ)) فَجِئْتُ عُمَرَ، فقلتُ: أَذِنَ وَيُبَشِّرُكَ رَسُوْل الله  بِالْجَنَّةِ، فَدَخَلَ فَجَلَسَ مَعَ رَسُوْل الله  في الْقُقِّ عَن يَسَارِهِ وَدَلَّى رِجْلَيْهِ في الْبِئْرِ، ثُمَّ رَجَعْتُ فَجَلَسْتُ فَقَلْتُ: إنْ يُرِدِ اللهُ بِفُلاَن خَيْرًا –يَعَنى أخَاهُ – يَأْتِ بِهِ. فَجَاءَ إنْسَانٌ فَحَرَّكَ الْبَابَ. فَقُلْتُ: مَنْ هذَا؟ فقَالَ: عُثْمَانُ بْن عَفَّانَ. فَقُلْتُ: عَلَى رِسْلِكَ ، وَجِئْتُ النَّبِيَّ  فَأَخْبَرَتُهُ فَقَالَ : (( ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ مَعَ بَلْوَى تُصِيْبُهُ )) فَجِئْتُ فَقُلْتُ: ادْخُلْ وَيُبَشِّرُكَ رَسُوْل الله  بِالْجَنَّةِ مَعَ بَلْوَى تُصِيْبُكَ ، فَدَخَلَ فَوَجَدَ اْلقُفَّ قَدْ مُلِئَ ، فَجَلَسَ وَجَاهَهُمْ مِنَ الشِّقِّ اْلآخِرِ . قَالَ سَعِيْدُبْن الْمُسَيِّبِ: فَأَوَّلْتُهَا قُبُوْرَهُمْ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

714. Dari Abu Musa al-Asy’ari RA, dia berkata: “Suatu hari Aku berwudhu di rumah, kemudian Aku pergi dan berkata dalam hati: “Hari ini Aku akan selalu mendampingi dan menyertai Rasulullah SAW.” Ia terus ke masjid dan menanyakan Rasulullah SAW. Para sahabat menjawab: “Beliau ada di sana”. Abu Musa menuju ke arah yang ditunjukkan itu dan mencari-cari beliau sampai menuju ke sumur Aris. Sesampainya di sana, Aku duduk di depan pintu, Aku menunggu sampai Rasulullah menyelesaikan hajatnya dan berwudhu. Setelah itu Aku menghampiri beliau yang ketika itu, sedang duduk di tepi sumur dan menurunkan kedua kakinya ke sumur. Kemudian Aku memberi salam kepada beliau dan kembali ke depan pintu. Aku berkata dalam hati: “Hari ini saya benar-benar menjadi penjaga pintu Rasulullah SAW.” Kemudian Abu Bakar RA. datang dan mengetuk pintu, Aku bertanya: “Siapa ini?”, dia menjawab: “Abu Bakar”. Aku berkata: “Tunggu sebentar!” Aku menghampiri Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, Abu Bakar minta izin untuk masuk”. Beliau bersabda: “Izinkan dia untuk masuk dan gembirakanlah dengan surga!”. Maka Aku menyambut Abu Bakar dan berkata: “Silakan masuk! Rasulullah SAW. menggembirakanmu dengan surga”. Abu Bakar pun masuk dan duduk di sebelah kanan Nabi SAW. sambil menurunkan kedua kakinya ke sumur sebagaimana yang dilakukan Rasulullah. Kemudian Aku kembali ke pintu dan duduk sambil mengingat saudaraku yang sedang berwudhu dan akan menyusulku. Aku berkata dalam hati: “Seandainya Allah menghendaki kebaikan kepada Fulan, maka Allah juga menghendaki kebaikan kepada saudaranya, mudah-mudahan ia akan datang kemari”. Tiba-tiba ada seorang yang menggerakkan pintu, maka Aku bertanya: “Siapa itu?” Ia menjawab: “Umar Ibn Khathab”. Lantas Aku menyuruhnya menunggu. Aku mendatangi Rasulullah. Setelah mengucapkan salam, Aku berkata: “Umar minta izin mau masuk”. Beliau menjawab: “Izinkan dia masuk dan gembirakanlah dia dengan surga!”. Maka Aku menyambut Umar dan berkata: “Silakan masuk! Rasulullah menggembirakan kamu dengan surga”. Umar pun masuk dan duduk di sebelah kiri Rasulullah SAW. di tepi sumur seraya menurunkan kedua kakinya ke sumur. Kemudian Aku kembali ke pintu dan duduk sambil bergumam dalam hati: “Seandainya Allah menghendaki kebaikan kepada Fulan, maka Allah juga menggerakkan hati saudaranya untuk datang kemari”. Tiba-tiba ada seorang yang menggerakkan pintu, maka Aku bertanya: “Siapa itu?” Ia menjawab: “Utsman Ibn Affan”. Aku menyuruhnya menunggu. Aku mendatangi Rasulullah SAW. dan memberi tahu bahwa Utsman minta izin untuk masuk. Maka beliau bersabda: “Izinkan dia masuk dan gembirakanlah dia dengan surga, tetapi ia nanti akan terkena musibah”. Maka saya menyambut Utsman dan berkata: “Silakan masuk! Rasulullah SAW. menggembirakan kamu dengan surga, tetapi nanti kamu akan tertimpa suatu musibah”. Utsman pun masuk, tetapi tepi sumur itu sudah penuh, sehingga ia duduk di depan mereka sebelah kiri. Sa’id Ibn Al-Musayyab berkata: “Aku menakwilkannya (tempat duduk mereka) dengan kuburan mereka”.[1] (HR. Bukhari dan Muslim)

715- وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنهُ قَالَ : كُنَّا قُعُوْدًا حَوْلَ رَسُوْل الله  ، وَمَعَنا أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ رَضِيَ الله ُعَنهُمَا فيِ نَفَرٍ ، فَقَامَ رَسُوْل الله  مِنْ بَيْنِ أَظْهُرِنَا فَأَبْطَأُ عَلَيْنَا ، وَخَشِيْنَا أَنْ يُقْتَطَعَ دُوْنَنَا وَفَزِعَنا فَقُمْنَا ، فَكُنْتُ أَوَّلَ مَنْ فَزِعَ ، فَخَرَجْتُ أَبْتَغِي رَسُوْل الله  ، حَتَّى أَتَيْتُ حَائِطًا لِلأَنْصَارِ لِبْني النَّجَارِ ، فَدُرْتُ بِهِ هَلْ أَجِدُ لَهُ بَابًا ؟ فَلَمْ أَجِدْ ! فَإِذَا رَبِيْعٌ يَدْخُلُ فيِ جَوْفٍ حَائِطٍ مِنْ بِئْرٍ خَارِجَهُ – وَالرَّبِيْعُ الْجَدْوَلُ الصَّغِيْرُ – فَاحْتَفَرْتُ ، فَدَخَلْتُ عَلَى رَسُوْل الله  فَقَالَ : (( أَبُوْ هُرَيْرَةَ )) ؟ فَقُلْتُ : نَعَمْ يَارَسُوْل الله ، قَالَ : (( مَاشَأْنُكَ )) قُلْتُ : كُنْتَ بَيْنَ أَظْهُرِنَا فَقُمْتَ فَأَبْطَأتَ عَلَيْنَا ، فَخَشِيْنَا أَنْ تُقْتَطَعَ دُوْنَنَا ، فَفَزِعْنَا ، فَكُنْتُ أَوَّلَ مَنْ فَزِعَ ، فَأَتَيْتُ هَذَا الْحَائِطَ ، فَاحْتَفَرْتُ كَمَا يُحْتَفِرُ الثَّعْلَبُ ، وَهَؤُلاَء النَّاسُ وَرَائِي . فَقَالَ : (( يَا أَبَا هُرَيْرَةَ )) وَأَعْطَانِي نَعْلَيْهِ فَقَالَ : (( اذْهَبْ بْنعْلَيَّ هَاتَيْنِ ، فَمَنْ لَقِيْتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِِلاَّ الله مُسْتَيْقِنَا بِهَا قَلْبُهُ ، فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ )) وَذَكَرَ الْحَدِيْثٌ بِطُوْلِهِ ، رَوَاهُ مُسْلِمُ.

715. Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: “Ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW. bersama dengan Abu Bakar, Umar Ra. dan sahabat-sahabat yang lain, tiba-tiba Rasulullah SAW. berdiri dan meninggalkan kami. Kami menunggu beliau, tetapi tak kunjung kembali. Kami khawatir dan cemas kalau-kalau ada sesuatu yang menimpa pada diri beliau, maka kami semua berdiri dan Aku lah orang pertama yang merasa cemas. Kemudian Aku keluar mencari Rasulullah SAW. Ketika sampai pada pagar tembok seorang sahabat Anshar dari Bani Najjar, Aku mencari-cari pintu tetapi tidak menemukannya, hanya ada sebuah parit yang masuk ke balik tembok yang menghubungkan dengan sumur yang berada di luar. Aku menerobosnya, sehingga dapat masuk dan menjumpai Rasulullah SAW. Kemudian beliau menyapa: “Wahai Abu Hurairah.” Aku menjawab: “Ya, wahai Rasulullah SAW?” Beliau bertanya: “Ada apa?”, Aku menjawab: “Tadi engkau berada di tengah-tengah kami kemudian engkau berdiri dan meninggalkan kami, kami khawatir kalau terjadi sesuatu denganmu. Kami semua merasa cemas. Oleh karena itu, Aku datang ke pagar tembok ini dan menerobosnya seperti kijang. Sesungguhnya di balik tembok ini banyak orang yang menunggu”. Beliau bersabda: “Wahai Abu Hurairah, sambil memberikan kedua sandalnya kepadaku, pergilah dengan membawa kedua sandalku ini. Siapa saja yang kamu jumpai di balik tembok ini yang bersaksi dengan sepenuh hati, bahwa tidak ada Tuhan selain allah, maka gembirakanlah ia dengan surga…” (HR. Muslim)

716- وَعَنِ ابْنِ شَمَاسَةَ قَالَ: حَضَرْنَا عَمْرَو بْن اْلعَاصِ رَضِيَ الله ُعَنهُ ، وَهُوَ فيِ سِيَاقَةِ الْمَوْتِ فَبَكَى طَوِيْلاً ، وَحَوَّلَ وَجْهَهُ إِلىَ الْجِدَارِ ، فَجَعَلَ ابْنهُ يَقُوْلُ : يَا أَبَتَاهُ ، أَمَابَشَّرَكَ رَسُوْل الله  بِكَذَا ؟ أَمَا بَشِّرَكَ رَسُوْل الله  بِكَذَا ؟ فَأَقْبَلَ بِوَجْهِهِ فَقَالَ : إِنَّ أَفْضَلَ مَانُعِدُّ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْل الله ، إِنيِِّ قَدْ كُنْتُ عَلَى أَطْبَاقٍ ثَلاَثٍ : لَقَدْ رَأَيْتُنِي وَمَا أَحَدٌ أَشَدُّ بُغَضًا لِرَسُوْل الله مِنيِّ ، وَلاَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَكُوْنَ قَدِ اسْتَمْكَنْتُ مِنْهُ فَقَتَلْتُهُ ، فَلَوْ مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَكُنْتُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ ، فَلَمَّا جَعَلَ الله اْلإِسْلاَمِ فيِ قَلْبِي أَتَيْتُ النَّبِيَّ  فَقُلْتُ : ابْسُطْ يَمِيْنَكَ فَلأُبَايِعُكَ ، فَبَسَطَ يَمِيْنَهُ فَقَبَضْتُ يَدِي ، فَقَالَ : (( مَالَكَ يَاعَمْرُو )) ؟ قُلْتُ : أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِطَ قَالَ : (( تَشْتَرِطْ مَاذَا ؟ )) قلت : أَنْ يُغْفَرَ لِي ، قَالَ : (( أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ اْلإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ ، وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا ، وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ )) ؟ وَمَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ رَسُوْل الله  ، وَلاَ أَجَلَّ فيِ عَيْنِى مِنْهُ ، إِجْلاَلاً لَهُ ، وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ أَصِفَهُ مَا أَطِقْتُ، لِأَنِّي لمَ ْأَكُنْ أَمْلَأُ عَيْنِي مِنْهُ وَمَا كُنْتُ أُطِيْقُ أَنَّ أَمْلأََ عَيْنِي مِنْهُ ، ولومُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَرَجَوْتُ أَنْ أَكُوْنَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، ثُمَّ وَلِينَا أَشْيَاءَ مَا أَدْرِي مَا حَالِي فِيْهِا ؟ قَإِذَا أَنَا مُتَّ فَلاَتَصْحَيَنيِّ نَائِحَةٌ وَلاَ نَارٌ ، فَإِذَا دَفَنْتُمُوْنِي ، فَشُنُّوا عَلَيَّ التُّرَابَ شَنًّا ، ثُمَّ أَقِيْمُوا حَوْلَ قَبْرِي قَدْرَمَا تُنْحَرُ جَزُوْرٌ ، وَيُقْسَمُ لَحْمُهَا . حَتَّى أَسْتَأْنِسَ بِكُمْ ، وَأَنْظُرَ مَا أُرَاجِعُ بِهِ رَسُلَ رَبِّي . رَوَاهُ مُسْلِمُ.

716. Dari Abu Syumasah, dia berkata: Menjelang wafatnya Amru Ibn Al-Ash RA, kami mengujunginya. Waktu itu ia sedang menangis tersedu-sedu dan memalingkan mukanya ke arah dinding, sehingga putranya berkata: “Wahai ayahku, bukankah Rasulullah SAW. pernah menyampaikan berita gembira kepadamu dengan ini, bukankah Rasulullah SAW. pernah menyampaikan berita gembira dengan itu?”. Kemudian Amru memandang anaknya dan berkata: “Sesungguhnya sebaik-baik yang kami persiapkan adalah suatu persaksian, bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Aku telah mengalami tiga zaman. Pertama, Aku pernah membenci Rasulullah SAW. Barangkali tidak ada seorang pun yang membencinya melebihi aku. Waktu itu tidak ada yang aku inginkan kecuali membunuh beliau. Seandainya Aku meninggal pada waktu itu, aku pasti termasuk ahli neraka. Kedua, ketika Allah memasukkan Islam di hatiku, kemudian Aku mendatangi Rasulullah dan berkata: “Ulurkan tangan kanganmu, karena Aku akan membai’atmu”. Setelah Rasulullah mengulurkan tangan kanannya, Aku menariknya. Beliau bertanya: “Ada apa wahai Amru?” Aku menjawab: “Aku ingin mengajukan syarat”. Beliau bertanya: “Syarat apakah yang kamu maksud?”. “Aku menginginkan dosaku diampuni”, jawabku. Kemudian beliau bersabda: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Islam itu menghapus dosa-dosa sebelumnya, hijrah itu menghapuskan dosa-dosa sebelumnya, demikian pula dengan haji, juga menghapuskan dosa-dosa sebelumnya?”. Pada waktu itu tidak ada seorang pun yang Aku cintai melebihi cintaku kepada Rasulullah SAW., dan tidak ada orang yang lebih mulia di hadapanku melebihi beliau, sehingga Aku tidak mampu untuk memandang beliau dengan kedua mata, karena Aku sangat mengagungkannya. Sekiranya Aku diminta untuk menerangkan sifat-sifat beliau, niscaya Aku tidak mampu untuk mengungkapkannya, karena Aku tidak memandang beliau dengan kedua mataku. Seandainya saat itu aku meninggal, niscaya besarlah harapanku agar diriku termasuk ahli surga. Ketiga, ketika memegang beberapa jabatan, Aku sendiri tidak tahu bagaimana sebenarnya keadaan diriku. Oleh karena itu apabila Aku meninggal, janganlah diiringi dengan tangisan dan api. Apabila kamu menguburku, maka cepat-cepat timbunilah dengan tanah, kemudian berdirilah kalian di sekeliling kuburku kira-kira selama tukang jagal menyembelih dan membagi-bagikan dagingnya, sehingga Aku merasa senang dengan adanya kalian, sambil Aku berpikir apa yang harus Aku jawabkan kepada utusan Tuhanku”. (HR. Muslim)

[1] Dalam riwayat lain ditambahkan: Rasulullah SAW. menyuruh saya untuk menjaga pintu. Ketika berita itu disampaikan kepada Utsman, dia memuji Allah Ta’ala dan berkata: “Hanya Allahlah yang dapat dimintai pertolongan”.