Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Marah Karena Allah

Hadits Marah Karena Allah
77-Marah Karena Melanggar Larangan Allah dan Selalu Menolong Agama-Nya

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عَنْدَ رَبِّهِ

“Dan siapa saja mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.” (Qs. Al-Hajj (22):30).

إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad (47): 7).

654- وَعَنْ أَبِي مَسْعُوْدِ عَقَبَةِ بْنِ عَمْرُوالبَدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إلَى النَّبِي  فقَالَ : إنِّي لأ تَأخَّرُ عَنْ صَلاةِ الصُّبْحِ مِنْ أجْلِ فلانٍ مِمَّا بُطِيلُ بِنَا! فَمَا رَأيْتُ النَّبِي  غَضِبَ في مَوْعِظَة قَطُّ أشَدَّ مِمَّا غَضِبَ يَوْمَئذٍ, فقَالَ )) ياَ أَيُّهَا النَّاسُ! إنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ, فَأَيُّكُمْ أمَّ النَّاسَ فَلْيُوجِزْ فإنَّ مِنْ وَرَا ئِهِ الكَبِيرَ وَالصَّغِيرَ وَذَا الحَاجَة ِ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

654. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Badri RA, ia berkata, “Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan berkata, Saya terpaksa mundur dari jama’ah Shubuh karena si pulan memanjangkan bacaan shalatnya. Saya belum pernah melihat Nabi SAW marah ketika memberikan nasehat, melebihi kemarahannya pada saat itu. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya ada di antara kalian orang yang menjadikan dirinya dijauhi. Siapa saja di antara kalian yang menjadi imam, hendaklah mempersingkat bacaan.[1] Karena di belakang ada orang tua, lemah dan ada orang yang mempunyai keperluan lain.” (HR Bukhari dan Muslim).

655- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ  مِنْ سَفَرٍ, وَقَدْ سَتَرْتُ سَهْوَةً لِي بِقِرَامٍ فِيْهِ تَمَاثِيْلُ, فَلَمَّا رَاهُ رَسُوْلُ اللهِ  هَتَكَهُ وتَلَوَّنَ وَجْهُهُ وَقَالَ: (( ياَ عَائِشَةُ : أَشَدُّ الناَّسِ عَذَابًا عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُضَاهُوْنَ بِخَلْقِ اللهِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

655. Dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW tiba dari bepergian, sedangkan di rumah saya terpasang tabir yang ada lukisannya. Tatkala beliau melihatnya, berubahlah wajah beliau, seraya, “Wahai Aisyah, “Siksaan yang paling berat di sisi Allah pada hari kiamat adalah bagi siapa yang menyamai ciptaan-Nya.” (HR Bukhari dan Muslim).

656- وَعَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ المَرأَةِ الْمَخْزُوْمِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا : مَنْ يُكَلِّمُ فِيْهَا رَسُوْلُ اللهِ  ؟ فَقَالُوا : مَنْ يَجْتَرِىءُ عَلَيْهِ إِلاَّ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُوْلِ اللهِ  ؟ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةَ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( أتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُوْدِ اللهِ تعالى ؟! )) ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ ثُمَّ قَالَ " (( إنَّمَا أهْلَكَ مَنْ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كاَنوُا إذَا سَرَقَ فِِْيهِِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ, وَإذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الحَدَّ! وَايْمُ اللهِ, لَوْ أَنَّ فاَطمَةَ بِنْتَ مُحَمّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتَ يَدَهَا )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

656. Dari Aisyah RA, ia berkata, “Orang-orang Quraisy yang sedang berunding tentang masalah seorang perempuan dari suku Ma’zumi yang telah mencuri. Mereka berkata, “Siapa yang harus menyampaikan masalah ini kepada Rasulullah? Mereka menjawab, “Tiada lagi yang pantas selain Usamah bin Zaid kekasih Rasulullah SAW.” Usamah pun menyampaikan hal itu kepada beliau. Lalu beliau bertanya, “Akankah kalian melindungi orang yang terkena salah satu dari hukuman Allah. Beliau berdiri dan berpidato: Sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan orang-orang sebelum kamu, jika orang terpandang di antara mereka mencuri, mereka membiarkan. Tapi bila yang mencuri orang lemah, mereka melaksanakan hukuman. Demi Allah, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

657- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِي  رَأَى نُخَامَةً فيِ الْقِبْلَةِ، فَشَقِّ ذَلِكَ عَلَيْهِ حَتَّى رُؤِيَ في وَجْهِهِ، فَقَامَ فَحَكَّهُ بِيَدِهِ فقَالَ: ((إِنَّ أَحَدَكُمْ إذَا قَامَ فِي صَلاَتِهِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ، وَإنَّ رَبَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ، فَلاَ يَبْزُقَنَّ أَحَدُكُمْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ، وَلَكِنْ عَنْ يِسَارِهِ، أَوْ تَحْتَ قَدَمِهِ)) ثُمَّ أَخَذَ طَرْفَ رِدَائِهِ فَبَصَقَ فِيْهِ، ثُمَّ رَدَّ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فقَالَ: ((أوْيَفْعَلُ هَكَذَا)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

657. Dari Anas RA, ia berkata, Nabi SAW melihat dahak di arah kiblat. Melihat itu beliau tidak senang, sehingga wajahnya berubah, lalu berdiri dan membuang dahak itu dengan tangannya, seraya bersabda, “Apabila salah seorang di antarA kalian mengerjakan shalat, berarti ia sedang berbisik dengan Tuhannya. Sedang Tuhan berada di antara ia dan kiblat. Oleh karena itu, hendaklah kalian tidak meludah ke arah kiblat, melainkan ke arah kiri atau ke bawah kaki. Kemudian beliau mengambil ujung serbannya dan meludah di situ serta melipat-lipatnya seraya bersabda, “Atau lakukanlah seperti ini.” (HR Bukhari dan Muslim).

[1] . kata فَلْيُوجِزْ, pada kitab Bukhari ‘فَلْيُتَجَوَّزْ artinya hendaklah imam memperpendek bacaannya sebagaimana yang tercantum dalam sunnah, tidak melebihkannya dengan tetapi menjaga rukun dan sunnah shalat.