Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HADITS BERHARAP KEPADA ALLAH

HADITS BERHARAP KEPADA ALLAH
51- BERHARAP KEPADA ALLAH SWT

Firman allah tentang berharap kepada manusiaAllah SWT berfirman:

قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِيْنَ أََسْرَفُوْا عَلَى أََنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُالذُّنُوْبَ جَمِيْعًا إِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ (الزمر : 53)

“Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs.Az-Zumar (39):53)

Firman Allah SWT:

وَهَلْ نُجَازِى إِلاَّ الْكَفُورُ ( سبأ : 17 )

“Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (Qs. Saba’ (34):17).

Firman Allah SWT:

إِنَّا قَدْ أُوْحِي إِلَيْنَا أََنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى ( طه : 48)

“Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.”(QS.Thaaha (20):48)

Firman Allah SWT:

وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْئٍ (الاعراف :15)

"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (Qs.Al-A’raaf (7):156)
417. وَعَنْ عُبَادَةَ بِنْ الصَامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ, قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ  : مَنْ شَهِدَ أََنْ لأََاِلَهَ إِلأََ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأََنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأنَّ عِيْسَىعَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أََلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَأََنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ، وَالنَّارَ حَقٌّ، أََدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلىَ مَاكَانَ مِنَ الْعَمَلِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
وفي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ, ( مَنْ شَهِدَ أََنْ لاَاِلَهَ اِلأََ اللهُ وَأََنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ النَّارَ )

417. Dari ‘Ubadah bin Shamith RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang bersaksi, bahwasanya tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan bahwa Isa AS adalah hamba dan utusan-Nya serta bukti kekuasaanya yang diberikan kepada Maryam dan ruh daripada-Nya,[1] serta bersaksi bahwa surga dan neraka itu adalah hak (benar-benar ada), maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amal perbuatannya.” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam riwayat Muslim dikatakan, “Barangsiapa yang bersaksi, bahwa tiada tuhan selain Allah, maka Allah mengharamkannya dari api neraka.”

hadits tentang berharap kepada manusia

418. وَ عَنْ أََبِي ذَرِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِي  :( يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ : مَنْ جَاءَ باِلْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أََمْثَالِهَا أََوْ أََزْيَدَ ، وَمَنْ جَاءَ باِلسَيَّئَةِ فَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّةٌ مِثْلُهَا أََوْ أََغْفِرُ. وَ مَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْراً تَقَرَّبْتُ مِِنْهُ ذِرَاعاً ، وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعاً تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا ، وَ مَنْ أََتَانِي يَمْشِيْ أََتَيْتُهُ هَرْوَلَةً ، وَمَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الأََرْضِ خَطِيْئَةً لأََ يُشْرِكُ بِي شَيْئاً ، لَقِيْتُهُ بِمِثْلِهَ مَغْفِرَةً ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
معنى الحديث : ( مَنْ تَقَرَّبَ ) إِلَيَّ بِطَاعَتِيْ ( تَقَرَّبْتُ ) اِلَيْهِ بِرَحْمَتِيْ وَاِنْ زَادَ زِدْتُ (فَاِنْ أََتَانِي يَمْشِي ) وَأََسْرَعَ فِي طَاعَتِيْ (أََتَيْتُهُ هَرْوَلَةً ) صَبَبْتُ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ وَسَبَقْتُهُ بِهَا وَ لَمْ أََحْوِجْهُ إلَى الْمَشْيِ الْكَثِيْرِ قي الوُصُولِ إلَى الْمَقْصُوْدِ (وَقُرَابُ الأََرْضِ ) بِضَمِّ الْقَافِ وَ يُقَالُ بِكَسْرِهَا وَ الضَّمُّ أََصَحُّ وَ أََشْهَُر وَ مَعْنَاه : مَا يُقَارِبُ مِلأََ هَا، وَاللهُ أََعْلَمُ .

418. Dari Abu Dzar RA., ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Allah ‘azza wajalla berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan satu kebaikan, maka (balasan) untuknya sepuluh kali lipat atau lebih, dan barangsiapa yang mengerjakan satu kejahatan, maka balasan kejahatan tersebut dengan satu kejahatan atau aku mengampuninya. Barangsiapa yang mendekatkan kepada–Ku satu jengkal, maka aku mendekat kepadanya satu hasta. Barang siapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta, maka aku mendekat kepadanya satu depa. Barang siapa yang mendekat kepada-Ku dengan berjalan, maka aku menghampirinya dengan berlari. Dan barang siapa yang menghadap kepada–Ku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, sedangkan ia tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, maka Aku akan menerimanya dengan (memberikan) ampunan sebanyak isi bumi pula.” HR. Muslim

Kandungan hadits: “Barangsiapa yang mendekatkan” kepada–Ku atas dasar ketaatan kepada-Ku, “maka aku mendekat kepadanya” dengan membawa limpahan rahmat, dan jika ia menambah maka Aku akan menambah pula rahmat. “Dan jika ia mendekat kepada-Ku dengan berjalan” dan mempercepat diri dalam ketaatan kepada-Ku, “maka aku menghampirinya dengan berlari”, artinya Aku limpahkan pada cucuran rahmat dan Aku akan mendahuluinya. Kata “Quraabu al-alrdhi” (sebanyak isi bumi) dengan didhumahkan huruf Qaf, tetapi pada riwayat lain dengan mengkasrahkanya. Tetapi yang lebih benar dan masyhur dengan dhummah, maknanya adalah kira-kira mendekati isi bumi. wa Allahu A’lam

419. وَعَنْ جَابِرٍ ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال : جَاءَ أََعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِي  فَقَالَ : يَا رَسُوْلُ اللهِ مَالْمُوْجِبَتَانِ ؟ قال : ( مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئاً دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً دَخَلَ النَّارَ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

419. Dari Jabir RA., ia berkata, “Seorang Arab Badui datang kepada Nabi SAW. seraya bertanya, “Apa dua hal yang sudah pasti itu?“ Beliau menjawab, “Siapa saja meninggal dunia sedangkan ia tidak menyekutukan Allah SWT. dengan sesuatu apapun, maka ia masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dunia sedangkan ia menyekutukan Allah SWT. dengan sesutu, maka ia masuk neraka.” (HR. Muslim)

420. عَنْ أََنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، أََنَّ النَّبِي  ، وَمُعَاذُ رَدِيْفُهُ عَلَى الرَّحْلِ قَالَ : ( يَامُعَاذُ ) قال : لَبَّيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَسَعْدَيْك َ، قَالَ : (يَا مُعَاذُ) قَالَ : لَبَّيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَسَعْدَيْكَ . قَالَ : ( يَامُعَاذُ ) قَالَ : لَبَّيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَسَعْدَيْكَ ، ثَلاثاً ، قَالَ : ( مَا مِنْ عَبْدٍ يَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إلأََ اللهُ ، وَأََنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صِدْقاً مِنْ قَبْلِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ الله عَلَى النَّار ) قال : يَا رَسُوْلَ اللهِ أََفَلأََ أََخْبِرُ بِهَا النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوا ؟ قَالَ : ( إِذاً يَتَّكِلُوا ) فَأََخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِِهِ تَأْثُمَّاً . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

وقوله ( تأثُمَّاً ) أََيْ خَوْفًا مِنَ الْإِثُمَّ فِي كَتْمِ هَذَا الْعِلْمِ.

620. Dari Anas RA., ia berkata, “Ketika Nabi SAW. berpergian ditemani oleh Mu’adz, beliau memanggil, “Wahai Mu’adz,’ ia menjawab, “Ya, ada apa wahai Rasulullah?.” Beliau memanggil lagi, “Wahai Mu’adz“ ia menjawab, “Ya, ada apa wahai Rasulullah?.” Beliau memanggil lagi, “Wahai Mu’adz“ ia menjawab, “Ya, ada apa wahai Rasulullah?” Muadz mengucapkan sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda, “Tak seorang hamba pun yang bersaksi bahwa sanya tidak ada tuhan kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah dengan sebenar-benarnya keluar dari lubuk hati, maka Allah akan mengharamkan jasadnya dari sentuhan api neraka.” Kemudian Mu’dz bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah saya diperbolehkan memberitahukan hal ini kepada orang banyak agar mereka gembira?” Beliau bersabda, “Kalau mereka mengetahui, mungkin akan sembrono.” Akan tetapi kemudian Mu’adz memberitahukan hal itu tatkala menjelang kamatiannya karena takut berdosa (akibat menyembunyikan ilmu ini).” (HR. Bukhari dan Muslim)

421. وَعَنْ أََبِي هُرَيْرَةَ – أََو أًبِي سَعِيْد الُخْدِري رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، شَكَّ الرَّاوِي ، وَلاَ يَضُرُّ الشُّكُّ فِي عَيْنِ الصَّحَابِيّ ، ِلأََنَّهُمْ كُلُّهُمْ عُدُوْلٌ – قَالَ : لَمَّا كَانَ غَزْوَةُ تَبُوْكَ ، أََصَابَ النَّاسُ مَجَاعَةٌ ، فَقَالُوا : يَارَسُوْلَ اللهِ لَوْ أََذِنْتَ لَنَا فَنَحَرْنَا نَوَاضِحَنَا فَأََكَلْنَا وَادَّهَنَّا ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ( اِفْعَلُوْا ) فَجَاءَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فََقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنْ فَعَلْتَ قَلَّ الظَّهْرُ ، وَلَكِنْ ادْعُهُمْ بفَضْلِ أََزْوَادِهِمْ ، ثُمَّ ادْعُ اللهَ لَهُمْ عَلَيْهَا بِالْبَرَكَةِ ، لَعَلَّ اللهَ أََنْ يَجْعَلَ فِي ذَلِكَ الْبَرَكَةَ . فََقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (نَعَمْ ) فَدَعَا بِنَطْعٍ فَبَسَطَهُ ، ثُمَّ دَعَا بِفَضْلِ أََزْوَادِهِمْ ، فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَجِيءُ بكَفِّ ذُرَّةِ وَيَجِيءُ الْأََخَرُ بِكَفِّ تَمرٍ وَيَجِيءُ الْأََخَرُ بِكِسْرَةٍ حَتَّى أََجْتَمَعَ عَلَىالنَّطْعِ مِنْ ذَلِكَ شَيْءٌ يَسِيْرٌ، فَدَعَا رَسُوْلُ اللهِ  بِالْبَرَكَةِ ثُمَّ َقَالَ : (خُذُوْا فِي أََوْعِيَتِكُمْ) فَأََخَذُوْا فِي أََوْعِيَتِهِمْ حَتَّي مَا تَرَكُوا فِي العَسْكَرِ وِعَاءً إِلأََ مَلَأُوْهُ وَأََكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا وَفَضَلَ فَضْلَةً فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (أََشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ إلأََ اللهُ وَإِنِّي رَسُوْلُ اللهِ ، لاَ يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فيَُحْجَبَ عَنِ الْجَنَّةِ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

421. Dari Abu Hurairah RA., atau Abu Sa’id Al-Khudriy (perawi ragu, akan tetapi keraguan sahabat tidak berpengaruh karena mayoritas mereka adil), ia berkata, “Ketika perang Tabuk, para sahabat menderita kelaparan, maka mereka berkata, “Wahai Rasulullah, andaikan engkau mengizinkan kami, kami akan menyembelih unta-unta[2] kami untuk dimakan dan membuat minyak.“ Rasulullah SAW. bersabda, “Laksanakanlah!“ Kemudian Umar RA. datang dan berkata, “Wahai Rasulullah, jika engkau mengizinkan mereka untuk menyembelih unta-unta itu, maka hewan kita akan berkurang, tetapi perintahkan mereka untuk mengumpulkan sisa-sisa bekal makanan, kemudian mintalah keberkahan kepada Allah, dengan demikian semoga Allah memberi keberkahan terhadap sisa bekal makanan itu bagi mereka.“ Rasulullah SAW. bersabda, “Ya, benar.” Kemudian beliau meminta sepotong kain (dari kulit) dan menyeru kepada orang-orang untuk mengumpulkan sisa-sisa bekal makanan mereka. Sehingga ada seseorang yang menyerahkan segenggam jagung, ada pula yang menyerahkan segenggam kurma dan ada pula yang menyerahkan sepotong roti, sehingga kain tersebut penuh dengan sisa-sisa bekal makanan yang sedikit itu. Kemudian Rasulullah SAW. memohon keberkahan. Sesudah itu, beliau bersabda, “Ambillah makanan ini di bejana (wadah) kalian masing-masing.” Maka mereka mengisi bejana-bejana mereka itu dengan makanan hingga tak ada satu bejana pun yang tak terisi, lalu mereka makan hingga kenyang, bahkan pada kain itu masih tersisa makanan. Kemudian Rasulullah SAW. bersabda, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan aku adalah utusan-Nya. Tidak ada seorang hambapun yang merasa bimbang terhalang dari surga, ketika menghadap kepada Allah dengan dua kalimat ini.” (HR. Muslim)

422- وَعَنْ عِتْبَانَ بْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَهُوَ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْراً قَالَ : كُنْتُ أُصَلِّي لِقَوْمِي بَنِي سَالِم ، وَكَانَ يَحُوْلُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ وَادٍ اِذَا جَاءَتِ الأََمْطَار ، فَيشُقُّ عَلَيَّ إِجْتِيَازُهُ قِبَلَ مَسْجِدِهِمْ ، فَجِئْتُ رَسُوْلَ اللهِ  فَقُلْتُ لَهُ : إِنِّي أََنْكَرْتُ بَصَرِي وَاِنَّ الْوَادِي الَّذِيْ بَيْنِي وَبَيْنَ قَوْمِي يَسِيْلُ اِذَا جَاءَتِ الأَمْطَارُ فَيَشُقُّ عَلَيَّ إِجْتِيَازُهُ فَوَدِدْتُ أََنَّكَ تَأْتِي فَتُصَلِّ فِي بَيْتِي مَكَانًا أتَّخِذُهُ مُصَلِّي، فََقَالَ رَسُوْل اللهِ  : (سَأََفْعَلُ ) فَغَدَا رَسُوْلُ اللهِ  وَأبُو بَكْرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ بَعْدَمَا اشْتَدَّ النَّهَارُ، وَاسْتَأذَنَ رَسُوْلُ اللهِ  فَأََذِنْتُ لَهُ، فَلَمْ يَجْلِسْ حَتَّي َقَالَ : ( أََيْنَ تُحِبُّ أنْ أُصَلَّيَ مِنْ بَيْتِكَ ؟) فَأََشَرْتُ لَهُ إِلَي الْمَكَانِ الَّذِيْ اُحِبُّ أََنْ يُصَلِّيَ فِيْهِ ، فَقَامَ رَسُوْل اللهِ  فَكَبَّرَ وَصَفَفْنَا وَرَاءَهُ فَصَلَّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ وَسَلَّمْنَا حِيْنَ سَلَّمَ فَحَبَسْتُهُ عَلَى خَزَيْرَةٍ تُصْنَعُ لَهُ ، فَسَمِعَ أََهْلُ الدَّاِر أنَّ رَسُوْلَ اللهِ  فِي بَيْتِي فَثَابَ رِجَالٌ مِنْهُمْ حَتَّى كَثُرَ الرِّجَالُ فِي الْبَيْتِ، فََقَالَ رَجُلٌ : مَا فَعَلَ مَالِكٌ لَا أََرَاهُ ! فََقَالَ رَجُلٌ : ذَلِكَ مُنَافِقٌ لأََ يُحِبُّ الله وَرَسُوْلَهُ ، فََقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : لأََ تَقُلْ ذَلِكَ ألأََ تَرَاهُ َقَالَ : لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ تَعَالَى) فََقَالَ : اللهُ وَرَسُولُهُ أََعْلَمُ أََمَّا نَحْنُ فَوَاللهِ مَا نَرَي وَدَّهُ وَ لَا حَدِيْثَهُ اِلاَّ إِلَي الْمُنَافِقِيْنَ ! فََقَالَ رَسُوْل اللهِ  : (فَإِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ عَليَ النَّارِ مَنْ َقَالَ : لَا إِلَهَ إلاَّ اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

422. Dari ‘Itban bin Malik RA., termasuk syuhada perang badar, ia berkata, “Dahulu saya biasa menjadi imam bagi kaumku, bani Salim. Antara tempat tinggalku dan tempat mereka terdapat sebuah lembah. Apabila hujan turun, saya kesulitan melalui lembah itu untuk datang ke mesjid mereka. Maka saya menghadap Rasulullah SAW. dan berkata: ”Sesungguhnya penglihatanku sudah berkurang, dan apabila turun hujan, lembah yang ada di antara tempat tinggal saya dan tempat mereka banjir. Sehingga saya kesulitan untuk melewati lembah itu. Oleh karena itu, sudilah kiranya engkau datang untuk shalat di ruangan rumahku yang telah aku jadikan mushalla. Rasulullah SAW. bersabda, “Baiklah, saya akan penuhi permintaan itu.” Kemudian, dikala matahari sedang terik Rasulullah SAW. dan Abu Bakar RA. datang. Rasulullah SAW. minta izin untuk masuk, dan saya mempersilahkannya tetapi beliau tidak langsung duduk, dan bertanya, “Ruangan manakah yang kamu inginkan agar aku salat di rumahmu?” Saya menunjukan tempatnya, kemudian Rasulullah berdiri dan bertakbir. Kami mengikuti beliau salat dua rakaat kemudian salam, dan kami pun mengucapkan salam ketika beliau mengucapkannya. Kemudian saya mempersilahkan beliau untuk menikmati hidangan bubur dari tepung gandum yang saya sediakan. Para penduduk kampung mendengar bahwa Rasulullah berada di rumah saya, maka mereka berbondong-bondonglah memadati rumah saya. Lalu salah seorang berkata, “Apa yang sedang dikerjakan oleh Malik, saya tidak melihatnya”. Lantas ada orang yang berkata, “Dia adalah orang munafik yang tidak cinta pada Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah SAW. bersabda, “Kamu jangan berkata seperti itu, apakah kamu tidak tahu bahwa ia mengucapkan “LAA ILAAHA ILLALLAAH” (Tiada tuhan selain Allah), dengan itu ia mengharapkan keridlaan Allah SWT.?” Ia menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih Tahu. Adapun kami, demi Allah tidak mengetahui kecintaan dan pembicaraannya melainkan hanya kepada orang-orang munafik.“ Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka kepada orang yang mengucapkan “ LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR RASULULLAAH” (Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah) dengan tujuan untuk mencari ridla Allah.” (HR. Bukhari Muslim)

423. Dari Umar bin Khaththab RA. ia berkata, “Beberapa orang tawanan dihadapkan kepada Rasulullah SAW., tiba-tiba ada seorang tahanan wanita bingung mencari anaknya. Setiap ia melihat anak kecil dalam rombongan tawanan itu ia langsung menggendongnya dan menyusuinya. Kemudian Rasulullah SAW. bertanya, “Apakah kamu berpendapat bahwa perempuan ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?” kami menjawab, “Demi Allah, tidak.” Beliau bersabda, “Allah itu lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi sayangnya perempuan ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

424- وَعَنْ أََبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ َقَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (لَمَّا خَلَقَ الله الْخَلْقَ كَتَبِ فِي كِتَابٍ، فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي)
وفي رواية ( غَلَبَتْ غَضَبِي ) وفي رواية ( سَبَقَتْ غَضَبِي ) ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

424. Dari Abu Hurairah RA. ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Tatkala Allah menciptakan makhluk, Dia menulis pada suatu kitab. Kitab itu berada di sisinya di atas ‘Arasy, bertuliskan, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.”[3] (HR. Bukhari dan Muslim)

425- وَعَنْهُ َقَالَ : سَمِِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ : (جَعَلَ اللهُ الرَّحْمَةَ مِائَةَ جُزْءٍ ، فَأََمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةًً وَتِسْعِيْنَ ، وَأََنْزَلَ فِي الأََرْضِ جُزْءاً وَاحِداً ، فَمِنْ ذلِكَ الْجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الْخَلاَئِقُ ، حَتَّى تَرْفَعَ الدَّابَّةُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ عَنْ تُصِيْبَهُ.

وفي رواية : اِنَّ ِللهِ تَعَالَى مَائَةَ رَحْمَةٍ ، أََنْزَلَ مِنْهَا رَحْمَةً وَاحِدَةً بَيْنَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ وَالْبَهَائِمِ وَالْهَوَامِّ ، فَبِهَا يَتَعَاطَفُوْنَ وَبِهَا يَتَرَاحَمُوْنَ وَبِهَا تَعْتِفُ الوَحْشُ عَلَى وَلِدِهَا، وَأََخَرَّ اللهُ تَعَالَي تِسْعًا وَتِسْعِيْنَ رَحْمَةً يَرْحَمُ بِهَا عِبَادَهُ يَوْمَ الْقِيَامَة) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
ورَوَاهُ مُسْلِمٌ أيضاً مِنْ رِوَايَةِ سَلْمَانَ الفَارِسِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ َقَال َ: قَالَ رَسُوْل اللهِ  : اِنَّ ِللهِ تَعَالَي مِائَةَ رَحْمَةٍ فَمِنْهَا رَحْمَةٌ يَتَرَاحَمُ بِهَا الْخَلْقُ بَيْنَهُمْ، وَتِسْعٌ وَتِسْعُونَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ).
وَفِى روِاَيَةٍ : اِنَّ اللهَ تَعَالَى خَلَقَ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَواتِ وَالأََرْضَ مَائَةَ رَحْمَةٍ كُلُّ رَحْمَةٍ طِبَاقُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ اِلَى الآرْضَ ، فَجَعَلَ مِنْهَا في الأََرْضِ رَحْمَةً فَبِهَا تَعْطِفُ الوَالِدَةُ عَلَى وَلَدِهَا ، وَالْوَحْشُ وَالطَّيْرُ بَعْضُهَا عَلَى بَعْضٍ ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أََكْمَلَهَا بِهذِهِ الرَحْمَةِ)

425. Dari Abu Hurairah RA., Ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Bahwasanya Allah SWT. membagi rahmat itu seratus bagian. Sembilan puluh sembilan ditahan di sisi-Nya, dan Dia hanya menurunkan satu bagian ke bumi. Dari satu bagian rahmat itulah semua makhluk saling menyayangi, sampai binatang mengangkat kakinya, karena khawatir menginjak anaknya.”

Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai seratus rahmat dan Dia menurunkan satu rahmat untuk jin, manusia, binatang dan serangga. Dengan satu rahmat itulah binatang buas mempunyai rasa kasih sayang terhadap anaknya. Adapun rahmat yang sembilan puluh sembilan, Allah SWT. menyimpannya untuk diberikan pada hari kiamat, sebagai wujud rasa sayang terhadap hamba-hamba-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits riwayat Muslim dari Salman Al-Farisi RA., ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, ”Sesunguhnya Allah SWT. mempunyai seratus rahmat, satu di antaranya rahmat yang menjadikan makhluk itu saling menyayangi. Dan yang sembilan puluh sembilan, diturunkan pada hari kamat.”
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, Dia menciptakan pula seratus rahmat. (Dengan keagungan Allah) Setiap rahmat memenuhi langit dan bumi. Satu di antaranya sebagai rahmat di muka bumi, dengan satu rahmat itulah seorang ibu mempunyai rasa kasih sayang terhadap anaknya, demikian pula binatang buas dan burung saling menyayangi. Apabila hari kiamat tiba, maka Allah SWT. menyempurnakan curahan rahmat itu.”
426- وَعَنْهُ عَنِ النَّبِى  فِيْمَا يُحْكِى عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، قَالَ : (أََذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا، فََقَالَ : الَّلهُمَّ اغْفِرْلِى ذَنْبِى ، فََقَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : أََذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ أََنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأََذْنَبَ فََقَالَ : أيْ رَباًّ اغْفِرْلِى ذَنْبِى فََقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : أََذْنَبَ عَبْدِى ذَنْباً ، فَعَلِمَ أََنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُالذَّنْبَ ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ ، ثُمَّ عَادَ فَأََذْنَبَ فََقَالَ : أى رَبِّ اغفِرْلِى ذَنْبِى ، فََقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : أََذْنَبَ عَبْدِى ذَنْباً، فَعَلِمَ أََنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُالذَّنْبَ ، وَيَأْخُذُ باِلذَّنْبَ، قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي فَلْيَفْعَلْ مَا شَاءَ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
وَقَوْلُهُ تَعَالَى : (فَلْيَفْعَلْ مَا شَاء) أي : مَادَمَ يَفْعَلُ هَكَذَا ، يُذْنِبُ وَيَتُوْبُ أََغْفِرُ لَهُ ، فَإنَّ التَّوْبَةَ تَهْدِمُ مَا قَبْلَهَا.

426. Dari Abu Hurairah RA., Nabi SAW. menceritakan wahyu yang beliau terima dari Tuhannya yang Maha Pemberi berkah lagi Maha Luhur, “Seorang hamba berdosa, kemudian ia berdoa, “Ya Allah ampunilah dosaku,” maka Allah Yang Maha Pemberi Berkah lagi Maha luhur berfirman, “Hamba-Ku berbuat dosa kemudian ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menyiksa akibat dosa.”

Kemudian ia kembali melakukan dosa, dan berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku,” maka Allah SWT. berfirman, “Hamba-Ku berbuat dosa, kemudian ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosan, dan yang menyiksa akibat dosa. Kemudian ia kembali melakukan dosa, dan berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku,” maka Allah SWT. berfirman, “Hamba-Ku berbuat dosa, kemudian ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosan, dan yang menyiksa akibat dosa. Sungguh Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku, maka hendaklah ia berbuat menurut apa yang dikehendakinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

427- وَعَنْهُ قَالَ :قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (وَالَّذِي نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوْا لَذَهَبَ اللهُ بِكُمْ ، وَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُوْنَ ، فَيَسْتَغْفِرُوْنَ اللهَ تعالَى فَيَغْفِرُلَهُمْ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

427. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Demi dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, andaikan kalian tidak berdosa, Allah pasti akan memusnahkan kalian dan mendatangkan kaum yang berdosa kemudian mereka memohon ampunan kepada Allah, maka Allah pun mengampuni dosa mereka.” (HR. Muslim)
428- وَعَنْ أََبِى أََيُّوْبَ خَالِدُ بْنِ زَيْدٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ : لَوْلاَ أََنَّكُمْ تُذْنِبُوْنَ ، لَخَلَقَ اللهُ خَلْقاً يُذْنِبُوْنَ ، فَيَسْتَغْفِرُوْنَ ، فَيَغْفِرُلَهُمْ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

428. Dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid RA., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Andaikan kalian tidak (pernah) berbuat dosa, maka pasti Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa, kemudian mereka memohon ampunan, maka Allah SWT. mengampuni dosa mereka.” (HR. Muslim)

429- وَعَنْ أََبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا قُعُوْداً مَعَ رَسُوْلِ اللهِ  ، مَعَنَا أبُو بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا فِى نَفَرٍ فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ  مِنْ بِيْنِ أََظْهُرِنَا ، فَأبْطَأََ عَلَيْنَا فَخَشِيْنَا أََنْ يُقْتَطَعَ دُوْنَنَا ، فَفَزِعْنَا فَقُمْنَا فَكُنْتُ أََوَّلَ مَنْ فَزِعَ فَخَرَجْتَ أََبْتَغِى رَسُوْلَ اللهِ  ، ( حَتَّى أََتَيْتُ حَائِطًا لِلْأََنْصَارِ - وَذَكَرَ الْحَدِيْثَ بِطُوْلِهِ إِلَى قَوْلِهِ : فََقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  (إِذْهَبْ فَمَن لَقِيْتَ وَرَاءَ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ اللهُ ، مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

429. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata, “Pada suatu ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW., Abu Bakar dan Umar RA., serta para sahabat yang lain, kemudian Rasulullah SAW. berdiri meninggalkan kami. Maka kami menunggu-nunggu, tetapi beliau tidak kembali. Kami merasa khawatir kalau beliau terhalang oleh sesuatu, maka kami semua diliputi rasa cemas, lalu kami berdiri dan sayalah orang yang pertama kali merasa cemas. Lalu saya keluar mencari Rasulullah SAW., sehingga saya sampai ke sebuah taman milik penduduk Anshar.” Ia bercerita panjang lebar, sampai ia mengucapkan, “Kemudian Rasulullah SAW. bersabda, “Pergilah, dan siapa saja yang kamu temui di dibalik taman ini bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dengan keyakinan hatinya, maka gembirakanlah dia dengan surga.” (HR. Muslim)

430. وَعِنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرُو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، أََنَّ النَّبِيَ r ، تَلاَ قَوْلَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِى إِبْرَاهِيْمَ r : (رَبِّ إِنَّهُنَّ أََضْلَلْنَ كَثِيْراً مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِى فَإِنَّهُ مِنِّى) (إبراهيم : 37) الآية وقوله عِيْسَى r ( إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أََنْتَ العَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ) (المائدة : 118) فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ : (اللَّهُمَّ أُمَّتِى أُمَّتِى) وَبَكَى، فََقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلََّ : (يَا جِبْرِيْلُ إِذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ وَرَبُّكَ أََعْلَمُ ، فَسَلْهُ مَا يُبْكِيْهِ )؟ فَأََتَاهُ جِبْرِيْلُ ، فَأََخْبَرَهُ رَسُوْلُ اللهِ r بِمَا َقَالَ : وَهُوَ أََعْلَمُ . فََقَالَ اللهُ تَعَالَى : (يَا جِبْرِيْلُ إِذْهِبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ : إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِى أُمَّتِكَ وَلأََ نَسُوْءُكَ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

430. Dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash RA., ia berkata, “Ketika Nabi SAW. membaca firman Allah yang menceritakan tentang Nabi Ibrahim as., “RABBI INNAHUNNA ADL-LALNA KATSIRAN MINANAASI FAMAN TABI’ANI FAINNAHU MINNI“ (Wahai Tuhanku, sesungguhnya berhala-hala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, maka siapa saja yang mengikuti aku, maka sesungguhnya ia termasuk golonganku).” Dan juga tentang keadaaan Nabi Isa as., “IN TU’ADZZIBAHUM FA INNAHUM ‘IBADUK WA IN TAGHFIRLAHUM FA INNAKA ANTAL ‘AZIZIL HAKIM” (jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambamu, dan jika engkau mengampuni mereka, sesungguhnya engkau Maha Perkasa dan Maha Bijaksana).” Kemudian Rasulullah SAW. mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, “ALLAHUMMA UMMATI-UMMATI” (Ya Allah, tolonglah ummatku-ummatku).” dan beliau terus menangis. Kenudian Allah SWT. berfirman, ”Hai Jibril, datanglah kepada Muhammad, dan tanyakan kenapa ia menangis ?” kemudian jibril mendatangi Rasulullah SAW. dan menceritakannya semua apa yang barus saja di firmankan–Nya kepada Jibril setelah kembali, kemudian Allah berfirman, “Hai Jibril datanglah kepada Muahammad dan katakan, “Sesungguhnya kami (Allah) akan memberikan keridlaan (kesenangan) kepadamu tentang ummatmu dan kami tidak sampai menyakiti hatimu.” (HR. Muslim)

hadits tentang berharap kepada manusia

431- وَعَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : كُنْتُ رِدْفَ النبِيِّ  عَلَى حِمَارٍ فََقَالَ : (يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِى مَا حَقُّ اللهِ عَلَى عِبَادِهِ ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ ؟) قُلْت : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أََعْلَمُ . قَالَ : (فَإنَّ حَقَّ اللهِ عَلَى عِبَادِهِ أنْ يَعْبُدُوْهُ، وَلأََ يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئاً ، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أنْ لأََ يُعَذِّبَ مَنْ لأََ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً) فَقُلْت : يَا رَسُوْلَ اللهِ أََفَلأََ أُبَشِّرُ النَّاسَ ؟ َقَالَ : ( لاَ تُبَشِّرُهُمْ فَيَتَّكِلُوا) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

431. Dari Mu’dz bin Jabal RA., Ia berkata, “Saya menemani Nabi SAW. di atas keledai, kemudian beliau bertanya, “Wahai Mu’adz apakah kamu mengetahui hak Allah terhadap hamba-Nya dan hak hamba terhadap Allah ?” saya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.“ Baliau bersabda, “Sesungguhnya hak Allah atas hamba-Nya, adalah mereka menyembah dan tidak mempersekutukannya–Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak hamba terhadap Allah adalah tidak menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.“ Kemudian saya bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah saya menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka? Beliau menjawab, “Jangan, karena mereka nanti akan berlaku seenaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

432- وَعَنِ البَرَّاءِ بْنِ عَازِبِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبِي r قَال : الْمُسلمُ إذَا سُئِلَ في القَبْرِ يَشهَدُ أََنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََنَّ محمّدًا رَسُوْلُ اللهِ فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَي (يُثَبَّتُ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ) (إبراهيم : 27) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

432. Dari Al-Barra’ bin ‘Azib RA., dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Seorang muslim, apabila ditanya di dalam kubur, maka ia bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya, “Allah akan menetapkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang baik dikala hidup di dunia maupun di akhirat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

433-وَعَنْ أََنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ r َقَالَ ( اِنَّ الكَافِرَ اِذَا عَمِلَ حَسَنَةً اُطْعِمَ بِهَا طُعْمَةً مِنَ الدُّنْيَا وأََمَّا المُؤْمِنُ فَإنَّ اللهَ تَعَالَي يَدَّخِرُ لَهُ حَسَنَاتِهِ في اْلآخِرَةِ ويُعْقِبُهُ رِزْقًا فيِ الدُّنْيَا عَلَى طَاعَتِهِ)
وَفِي رِوَايَةٍ ( إِنَّ الله لاَ يَظْلِمُ مُؤْمِنًا حَسَنَةً يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا وَيُجْزَى بِهَا فيِ الْأََخِرَةِ وَأََمَّا الكَافِرُ فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ لِلَّهِ تَعَالَى فِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَا أََفْضَى إِلَى الْأََخِرَةِ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا) رَوَاهُ مُسْلِمٌ

433. Dari Anas RA., dari Rasulullah SAW., beliau bersabda, “Sesungguhnya orang kafir itu apabila melakukan kebaikan, ia langsung diberi balasan yang ia rasakan di dunia. sedangkan bagi orang mukmin, sesungguhnya Allah SWT. menyimpan untuknya segala kebaikannya di akhirat, dan ia di karuniai rezeki di dunia karena ketaatannya.”

Dalam riwayat lain dikatakan Rasulullah SAW., bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim terhadap orang mukmin walau satu kebaikan pun, ia diberi karunia di dunia karena kebaikannya, dan ia mendapat ganjaran lagi di akhirat. Adapun orang kafir, ia mendapatkan karunia di dunia karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakan tidak karena Allah. Sehingga apabila ia pulang ke akhirat, maka ia tidak akan memperoleh balasan apapun atas kebaikan yang ia kerjakan itu.” (HR. Muslim)

434- وَعَنْ جَاِبرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  (مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ كَمَثَلِ نَهْرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أََحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ)
رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

434. Dari Jabir RA., Ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “perumpamaan shalat lima waktu adalah bagaikan sungai yang mengalirkan air dengan deras pada pintu salah seorang di antara kalian. Dan di sungai itu ia mandi setiap hari lima kali.” (HR. Muslim)

435- وَعَنْ إِبْنِ عَبَّاسِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ : (مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ فَيَقُوْمُ عَلَى جَنَازَتِهِ أََرْبَعُوْنَ رَجُلاً لاَ يُشْرِكُوْنَ بِاللهِ شَيْئًا إِلاَّ شَفَّعَهُمُ اللهُ فِيْهِ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

435. Dari Ibnu Abbas RA., ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW., bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang meninggal dunia, kemudian jenazahnya di shalati oleh empat puluh orang yang tidak mempersekutukan Allah SWT. dengan sesuatu apapun, maka Allah SWT. menerima syafa’at mereka terhadap orang yang meninggal dunia itu.” (HR. Muslim)

sebaik baiknya berharap hanya kepada allah

436- وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ  فِى قُبَّةٍ نَحْوَا مِنْ أََرْبَعِيْنَ ، فََقَالَ : (أََتَرْضَوْنَ إِنْ تِكُوْنُوْا رُبُعَ أََهْلِ الجَنَّةِ ) ؟ قُلْنَا : نَعَمْ . َقَالَ ( أََتَرْضَوْنَ إِنْ تَكُوْنُوْا ثُلُثَ أََهْلِ الْجَنَّةِ ) ؟ قُلْنَا : نَعَمْ ، قَالَ : ( وَالَّذِى نَفْسِ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنِّي لأََرْجُو أََنْ تَكُوْنُوا نِصْفَ أََهْلِ الجَنَّةِ وَذَلِكَ أََنَّ الْجَنَّةَ لاَ يَدْخُلُهَا إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَة ٌ، وَمَا أََنْتُمْ فِى أََهْلِِ الشِّرْكِ إِلاَّ كَالشَّعْرَةِ اْلبَيْضَاءِ فِي جِلْدِ الْثَوْرِ الْأََسْوَدِ، أََوْ كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ فِي جِلْدِ الْثَوْرِ الْأََحْمَرِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

436. Dari Ibnu Mas’ud RA., ia berkata, “Kami bersama-sama Rasulullah SAW., di dalam suatu tenda yang berbentuk lingkaran berjumlah sekitar empat puluh orang, kemudian beliau bertanya, “Apakah kalian suka, seandainya kalian termasuk seperempat penghuni surga ?” kami menjawab, “Ya.” Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian suka, jika kalian merupakan sepertiga penghuni surga?” Kami menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Demi dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman–Nya, aku berharap semoga kalian meupakan setengah dari penghuni surga. Dan surga itu hanya akan dimasuki oleh jiwa yang senantiasa berserah diri kepada Allah SWT. Kalian di tengah-tengah orang musyrik itu, tak lain hanyalah bagaikan rambut putih pada kulit lembu hitam, atau bagaikan rambut hitam pada kulit lembu merah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

437- وَعَنْ أََبِي مُوْسَى الأََشْعَرِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ دَفَعَ اللهُ إِلَى كُلِّ مُسْلِمٍ يَهُوْدِيًّا أََوْ نَصْرَانِيًّا فَيَقُوْلُ : هَذَا فِكَاكُكَ مِنَ النَّارِ).
وَفِي رِوَايَةٍ عَنْهُ عَنِ النَّبِي r قَالَ : (يَجِيْئُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَاسٌ مِنَ المُْسْلِمِيْنَ بِذُنُوبِ أََمْثَالِ الْجِبَالِ يَغْفِرُهَا اللهُ لَهُمْ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
قَوْلُهُ ( دَفَعَ إِلَى مُسْلِِمٍ يَهُودِيًّا أََوْ نَصْرَنِياًّ فَيَقُوْلُ : هَذَا فِكَاكُكَ مِنَ النَّارِ ) مَعْنَاهُ مَاجَاءَ فِي حَدِِيْثِ أََبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : (لِكُلِّ أََحَدٍ مَنْزِلٌ فِي الْجَنَّةِ ، ومَنْزِلٌ فيِ النَّارِ، فَالْمُؤْمِنُ إِذَا دَخَلَ الْجَنَّةَ خَلَفَهُ الْكَافِرُ فِى النَّارِ ، ِلأنَّهُ مُستَحِقٌّ لِذَلِكَ بِكُفْرِهِ) وَمَعْنَى ( فِكَاكُكَ ), “أنَّكَ كُنْتَ مَعَرَّضًا لِدُخُوْلِ النَّارِ، وَهَذَا فِكُاكُكَ ، لِأََنَّ اللهَ تَعَالَى قَدَّرَ لِلنَّارِ عَدَداً يَمْلَؤُهَا، فَإِذَا دَخَلَهَا الكُفَّارُ بِذُنُوْبِهِمْ وَكُفْرِهِمْ، صَارُوا فِي مَعْنَى الفِكَاكِ لِلْمُسْلِمِيْنَ ، وَاللهُ أََعْلَمُ .

437. Dari Abu Musa Al-Asy’ari RA., ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Jika hari kiamat tiba, Allah SWT. akan memberi untuk setiap muslim seorang yahudi atau seorang nasrani seraya berfirman, “Inilah tebusanmu dari neraka.”

Dalam riwayat lain dikatakan, “Dari Abu Musa Al-Asy’ari, dari Nabi SAW. beliau bersabda, “Kelak pada hari kiamat kaum muslimin datang dengan membawa dosa sebesar gunung, lalu Allah mengampuni dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim)

berharap hanya kepada allah bukan manusia

438. وَعَنِ إبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ : ( يُدْنَى المُؤْمِنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رَبِّهِ حَتَّى يَضَعَ كَنَفَهُ عَلَيْهِ ، فَيُقَرِّرُهُ بِذُنُوْبِهِ ، فَيَقُوْلُ : فَإِنِّي قَدْ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِى الدُّنْيا ، وَأََنَا أََغْفِرُهَا لَكَ اْليَوْمَ ، فَيُعْطَى صَحِيْفَةَ حَسَنَاتِهِ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
كَنَفَُه, “سَتْرُهُ وَرَحْمَتُهُ.

438. Dari Ibnu Umar RA., ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Di hari kiamat, orang mukmin didekatkan kepada Tuhannya hingga Dia memberikan perlindungan (dan rahmat) padanya, lalu ia mengakui segala dosa-dosanya, Allah SWT. bertanya, “Tahukah kamu dosa yang ini?, tahukah kamu dosa yang ini?” Orang mukmin itu menjawab, “Wahai Tuhanku, saya tahu.“ Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku telah menutup-nutupi dosamu di dunia, dan sekarang aku ampuni dosa-dosamu itu, kemudian diberikan kepadanya lembaran catatan amal kebaikannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

439. وَعَنْ أََبِيْ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, أََنَّ رَجُلاً أََصَابَ مِنْ إِمْرَأََةٍ قُبْلَة ً, فَأََتَى النَّبِي  فَأََخْبَرَهُ , فَأََنْزَلَ اللهُ تَعَالَى : ﴿وَأََقِمِ الصَّلأََةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ اْلحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ﴾ (هود : 114) فََقَالَ الرَّجُل , أََلِي هَذَا يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ َقَالَ : لِجَمِيْعِ أُمَّتِي كُلَّهُمْ " مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

439. Dari Ibnu Mas’ud RA., ia berkata, “Bahwasanya seorang laki-laki telah mencium seorang wanita, kemudian ia menghadap Rasululllah SAW. dan menceritakan kepada beliau tentang apa yang dikerjakannya. Kemudian Allah SWT. menurunkan ayat: “AQIMI SHALAATA THARAFAIN NAHAARI WA ZULAFAM MINAL LAILI INNAL HASANAATI YUDZHIBNAS SAYYIAATI (Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan Malam) dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk). Orang itu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ini hanya untuk saya ? “ Beliau menjawab, “untuk semua ummatku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

440. وَعَنْ أََنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَي النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فََقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أََصَبْتُ حَدًّا , فَأََقِمْهُ عَلَيَّ , وَحَضَرَتِ الصَّلاَةُ , فَصَلَّى مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّي أََصَبْتُ حَدًّا فَأََقِمْ فَيَّ كِتَابَ اللهِ. قَالَ : هَلْ حَضَرْتَ مَعَنَا الصَّلاةَ"؟ قَالَ : نَعَمْ. قَالَ : قَدْ غُفِرَ لَكَ" مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
وَقَوْلُهُ "أََصَبْتُ حَدًّا" مَعْنَاه, “مَعْصِيَةً تُوْجِبُ التَّعْزِيْرَ, وَلَيْسَ اْلمُرَادُ الحَدُّ الشَّرْعِيُّ الحَقِيقيُّ كَحَدِّ الزِّنَا وَالْخَمْرِ وَغَيْرِهِمَا, فَإِنَّ هَذِهِ الْحُدُوْدَ لأََ تُسْقَطُ بِالصَّلَاةِ , وَلأََ يَجُوْزُ لِلْإِمَامِ تَرْكُهَا.

440. Dari Anas RA., Ia berkata, “Ada seseorang datang kepada Nabi SAW., dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya telah berbuat sesuatu yang harus dikenakan hukuman, maka laksanakanlah hukuman itu kepada saya.“ Tak lama kemudian tibalah waktu shalat, lalu ia shalat bersama beliau. Setelah selesai, ia berkata lagi, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya telah berbuat sesuatu yang harus dikenakan hukuman, maka laksanakanlah hukuman itu kepada saya, sesuai dengan ketentuan Allah.“ Beliau bertanya, “Apakah kamu tadi shalat bersama-sama kami?” Ia menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “(kalau begitu) dosamu telah di ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun makna perkataannya “saya telah berbuat sesuatu yang harus dikenakan hukuman’ adalah perbuatan maksiat yang harus dikenakan ‘ta’ziir’ (denda), dan bukanlah yang dimaksud di sini adalah hukuman had yang terdapat pada syariat, seperti had zina, minum khamr dan lain sebagainya, karena hukuman-hukuman ini tidak gugur hanya dengan shalat, dan si imam tidak boleh membiarkannya.

441. وَعَنْهُ قَال : قَالَ رَسُوْل اللهِ  : إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أََنْ يَأكُلَ الْأََكْلَةَ , فَيَحْمَدُهُ عَلَيْهَا , أََوْ يَشرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدُهُ عَلَيْهَا . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

441. Dari Anas RA., Ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, “Sesunggunya Allah sangat ridla (senang) kepada seorang apabila makan ia memuji kepada-Nya atas anugerah makanan itu, atau apabila minum, ia memuji kepada-Nya atas anugerah minuman itu.” (HR. Muslim)

442. وَعَنْ أََبىِ مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , عَنِ النَِّبيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فََقَالَ : إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْئُ النَّهَارِ, وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِلِيَتُوْبَ مُِسيْئُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبهِاَ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

442. Dari Abu Musa RA., dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT. membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari, dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari sampai matahari terbit dari barat (hari kiamat).” (HR. Muslim)

jangan berharap kepada manusia

443. وَعَنْ أََبيِ نَجِيْحِ عَمْرُو بْنُ عَبَسَة – بِفَتْحِ الْعَينِْ وَالْبَاءِ – السُّلَمِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ َقَالَ : كُنْتُ وَأََنَا ِفي الجَاهِلِيَّةِ أََظُنُّ أََنَّ النَّاسَ عَلَى ضَلأََلَةٍ ، وَأََنَّهُمْ لَيْسُوْا عَلَى شيئٍ، وَهُمْ يَعْبُدُوْنَ الأََوْثأََنَ ، فَسَمِعْتُ بِرَجُلٍ بِمَكَّةَ يُخْبِرُ أََخبَارًا ، فَقَعَدْتُ عَلَى رَاحِلَتِي ، فَقُدِمْتُ عَلَيْهِ ، فَإِذَا رَسُوْلُ اللهِ r مُسْتَخْفِيًا ، جَرَءَاءُ عَلَيْهِ قَوْمُهُ ، فَتَلَطَّفَتْ حَتَّى دَخَلْتُ عَلَيْهِ بِمَكَّةَ , فَقُلْتُ لَهُ : مَاأََنْتَ ؟ قَالَ : ( أََنَا نَبِيٌّ ) قُلْتُ : وَمَا نَبِيٌّ ؟ قَالَ : ( أََرْسَلَنِيَ اللهُ) قُلْتُ : وَبِأيِّ شَيْئٍ أََرْسَلَكَ؟ قَالَ : (أََرْسَلَنِي بِصِلَةِ الْأََرْحَامِ ، وَكَسْرِ اْلأََوْثَانِ , وَأََنْ يُوَحَّدَ اللهُ لاَ يُشْرَكُ بِهِ شَيْئٌ ). قُلْتُ : فَمَنْ مَعَكَ عَلَى هَذَا ؟ قَالَ : (حُرٌّ وَعَبْدٌ ) وَمَعَهُ يَوْمَئٍِِذٍ أََبُوْبَكْرٍ وَبِلالٌ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قُلْتُ : إِنِّي مُتَّبِعُكَ , قَالَ : ( إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ ذَلِكَ يَوْمَكَ هَذَا, أََلأََ تَرَى حَالِي وَحَالَ النَّاسِ ؟ وَلَكِنِ ارْجِعْ إِلَى أََهْلِكَ فَإِذَا سَمِعْتَ بِي قَدْ ظَهَرْتُ فَأْتِنِي ) قَالَ : فَذَهَبْتُ إِلى أََهْلِي وَقَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ r الْمَدِيْنَةَ ، وَكُنْتُ فِي أََهْلِي, فَجَعَلْْتُ اتَّخَبَّرُ الأََخْبَارَ، وأََسألُ النَّاسَ حِيْنَ قَدِمَ الْمَدِيْنَةَ حَتَّى قَدِمَ نَفَرٌ مِنْ أََهْلِ الْمَدِيْنَةِ ، فَقُلْتُ : مَا فَعَلَ هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي قَدِمَ الْمَدِيْنَةَ ؟ فََقَالُوْا : النَّاسُ إِلَيْهِ سِرَاعٌ، وَقَدْ أََرَادَ قَوْمُُُه قَتْلَهُ ، فَلَمْ يَسْتَطِيْعُوْا ذَلِكَ ، فَقَدِمْتُ الْمَدِيْنَةَ ، فَدَخَلْتُ عَلَيْهِ , فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أََتَعْرِفُنِي ؟ قَالَ : ( نَعَمْ ، أََنْتَ الَّذِي لَقَيْتَنِيْ بِمَكَّةَ ) قَالَ : فَقُلْتُ، يَا رَسُوْلَ اللهِ أََخْبِرْنِي عمَّا عَلَّمَكَ اللهُ وَأََجْهَلُهُ، أََخْبِرْني عن الصَّلَاةِ ؟ َقَالَ :( صَلِّ صَلاَةَ الصُّبحِ، ثُمَّ اقْصُرْ عَنِ الصَّلَاةِ حَتَّى تَرْتَفِعَ الشمسُ قِيدَ رُمْحٍ, فإنها تطلُعُ حيَن تطلعُ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانِ، وَحِيْنَئِذٍ يِسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ، ثُمَّ صِلِّ فَإِنَّ الصَّلَاةَ مَشْهُوْدَةٌ مَحْضُوْرةٌ حَتَّى يَسْتَقِلَّ الظِّلُّ باالرُّمْح, ثُمَّ اقْصُرْ عَنِ الصَّلَاةِ, فَإِنَّهُ حِيْنَئِذٍ تُسْجَرُ جهنَّمُ، فَإِذَا أَقْبَلَ اْلفَيْئُ فَصَلِّ، فَإِنّ َالصَّلَاةَ مَشْهُوْدَةٌ مَحْضُوْرَةٌ حَتَّى تُصَلِّي الْعَصْرَ، ثُمَّ اقْصُرْ عَنِ الصَّلَاةِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ ، فَإِنّهَا تَغْرُبُ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانِ، وِحِيْنَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ ) فَقُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ فَاْلوُضُوْءُ حَدِّثْنِى عَنْهُ ؟ فََقَالَ : ( مَا مِنْكُمْ رَجُلٌ يُقَرِّبُ وَضُوْءَهُ ، فَيَتَمَضْمَضُ ويَسْتَنْشِقُ فَيَسْتَنْثِرُ ، إِلاَّ خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِِهِ وَفِيْهِ وَخَيَاشِيْمِهِ، ثُمَّ إِذَا غَسَلَ وَجْهَهُ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ ، إِلاَّ خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِِهِ مِنْ أََطْرَافِ لِحْيَتِهِ مَعَ الْمَاءِ ، ثُمَّ يَغْسِلُ يَدَيْهِ إِلَى المِرْفَقَيْنِ، إِلاَّ خَرَّتْ خَطَايَا يَدَيْهِ مِنْ أََنَامِلِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَمْسَحُ رِأْسَهُ , إِلاَّ خَرَّتْ خَطَايَا رَأْسِهِ مِنْ أَطْرَافِ شَعْرِهِ مَعَ الْمَاءِ , ثُمَّ يَغْسِلُ قَدَمَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ إِلاَّ خَرَّتْ خَطَايَا رِجْلَيْهِ مِنْ أََنَامِلِهِ مَعَ الْمَاءِ، فَإِنْ هُوَ لَهُ أََهْلٌ، وفَرَّغَ قَلْبُهُ ِلله تَعَالىَ، إِلاَّ انْصَرَفَ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ).
فَحَدَثَ عَمْرُو بْنِ عَبَسَةَ بِهَذَا الْحَدِيْثِ أبَا أُمَامَةَ صاحِبَ رَسُوْلِ اللهِ r فََقَالَ لَهُ أََبُو اُمَامَة : يَا عَمْرُو بْنِ عَبَسَةَ , أُنْظُرْ مَا تَقُوْلُ! فِي مَقَامٍ وَاحِدٍ يُعْطَى هَذَا الرَّجُلُ؟ فََقَالَ عَمْرُو: يَا أََبَا أُمَامَةَ لَقَدْ كَبِرَتْ سِنِّي، وَرَقَّ عَظَمِي، وَاقْتَرَبَ أََجْلِي، وَمَا بِي حَاجَةٌ أَنْ أَََكْذِبَ عَلَى اللهِ, وَلاَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ r، لَوْ لَمْ أسْمَعَهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ r إِلاَّ مَرَّةً أََوْ مَرَّتَيْنِ أَََوْ ثَلَاثًا، حَتَّى عَدَّ سَبْعُ مَرَّاتٍ – مَاحَدَثْتُ أَبَدًا بِهِ، وَلَكنِّي سَمِعْتُهُ أََكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ

443. Dari Abu Najih ‘Amr bin ‘Abasah As-Sulamiy RA., ia berkata, “Dahulu aku menyangka bahwa pada zaman jahiliyah semua manusia itu berada dalam kesesatan dan tidak ada yang berada dalam kebenaran, mereka semua menyembah berhala, kemudian daya mendengar bahwa di Makkah ada seorang yang mengajarkan ajaran-ajaran yang baik, maka saya bertolak ke sana untuk menemuinya. Di masa itu Rasulullah SAW. masih sembunyi-sembunyi dan dianiaya oleh kaumnya, lalu secara diam-diam aku memasuki kota Mekkah, setelah aku berjumpa dengannya, aku bertanya, “Siapakah engkau ?”. beliau menjawab, “Aku adalah seorang Nabi.” aku bertanya, “Apa Nabi itu?” beliau menjawab, “Allah telah mengutusku.” Saya bertanya untuk apa Allah mengutusmu?“ Beliau menjawab, “Allah mengutusku untuk menyambung tali persudaraan, menghancurkan berhala dan mentauhidkan Allah SWT., dan Allah SWT. tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatupun.“ Saya bertanya, “Siapa sajakah pengikut engkau dalam ajaran ini ?” beliau menjawab, “Orang merdeka dan hamba sahaya.“ Pada waktu itu telah ada beberapa pengikutnya, di antaranya Abu Bakar dan Bilal RA. Saya berkata, “Sesungguhnya saya akan mengikutimu” Beliau menjawab, “Sesungguhnya saat ini engkau tidak akan mampu mengikuti ajaran ini, tidakkah kamu mengetahui keadaanku dan keadaan orang-orang di sekelilingku. Kembalilah kepada keluargamu, nanti apabila kamu mendengar bahwa aku telah mendapatkan kemenangan, maka datanglah padaku.” Kemudian ‘Amr kembali kepada keluarganya. Pada saat beliau hijrah ke Madinah saya masih bersama keluargaku dan aku senantiasa mencari informasi tentang beliau pada orang-orang, hingga rombongan kaumku datang ke Madinah, dan saya bertanya, “Bagaimanakah berita seseorang yang baru datang di Madinah itu?” Mereka menjawab, “Orang-orang Madinah menyambut kedatangannya, sedangkan kaumnya bermaksud untuk untuk membunuhnya, tetapi mereka tidak mampuh.” Kemudian saya pergi ke Madinah dan menemui beliau, seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau masih mengenal saya?” beliau menjawab, “Ya, kamu adalah orang yang datang menemuiku di Mekkah.” ‘Amr berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada saya tentang apa yang diajarkan Allah kepadamu, dan saya belum mengetahuinya. Beritahukanlah kepada saya tentang shalat.” Beliau bersabda, “Shalat Shubuhlah kamu, kemudian berhentilah (maksudnya, tanpa sunnah ba’diyyah, pent) sampai matahari terbit setinggi tombak, karena matahari pada saat itu seolah-olah terbit di antara dua tanduk setan dan pada saat itu pula orang-orang kafir bersujud padanya (matahari). Kemudian shalatlah sekehendak hatimu, karena sesungguhnya shalat itu disaksikan dan dihadiri oleh malaikat, sehingga matahari itu hampir tergelincir yaitu sebelum tergelincir kira-kira sepanjang tombak, kemudian berhentilah dari shalat karena waktu itu neraka jahannam sedang dinyalakan. Apabila matahari telah tergelincir, shalatlah, karena shalat itu disaksikan dan dihadiri oleh malikat sehingga kamu mengerjakan shalat Ashar. Lalu berhentilah (tanpa shalat sunnah ba’diyah) sampai matahari terbenam karena pada waktu itu seolah-olah matahari terbenam di antara dua tanduk setan, dan pada waktu itu juga orang-orang kafir bersujud kepada matahari.” ‘Amr berkata, “Saya berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada saya tentang wudlu.” Nabi bersabda, “Apabila seorang di antara kamu hendak berwudlu maka berkumurlah, lalu masukkan air ke dalam hidung serta semburkanlah lagi keluar, maka berjatuhanlah dosa-dosa muka, mulut dan hidungnya. Apabila ia membasuh muka sebagaimana yang diperintahkan Allah, maka berjatuhanlah dosa-dosa mukanya melalui ujung dagunya bersama-sama dengan air. Apabila ia membasuh kedua tangannnya sampai siku, maka berjatuhanlah dosa-dosa kedua tangannya melalui ujung jarinya bersama-sama dengan air. Apabila ia mengusap kepala, maka berjatuhanlah dosa-dosa kepalanya melalui ujung rambutnya bersama-sama dengan air. Apabila ia membasuh kedua kakinya sampai mata kaki, maka berjatuhanlah dosa-dosa kedua kakinya melalui ujung jari-jarinya bersama-sama dengan air. Kemudian apabila ia berdiri untuk mengerjakan shalat di mana ia memuji, menyanjung dan mengagungkan Allah dengan bacaan-bacaan yang telah ditentukan serta membersihkan hatinya, hanya ditujukan kepada Allah semata, maka hilanglah semua dosanya seperti bayi yang dilahirkan oleh ibunya.”

Ketika ‘Amr Abasah menceritakan hadits ini kepada Abu Umamah, lalu ia menegur Amr bin Abasah, “Wahai ‘Amr perhatikanlah apa yang kamu ucapkan. Apakah mungkin seseorang itu diberi ampunan sebesar itu hanya dengan mengerjakan serangkaian amalan saja?” ‘Amr menjawab, “Wahai Abu Umamah, usiaku sudah lanjut, tulangku sudah rapuh, dan ajalku hampir tiba, maka buat apa aku mendustakan Allah SWT. Andaikan aku hanya mendengar satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, limakali, enam kali dan tujuh kali saja dari Rasulullah SAW., aku pasti tidak akan menceritakan hal itu selama-lamanya, tetapi aku mendengarnya lebih dari itu.” (HR. Muslim)

444. وَعَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , عَنِ النَّبِي قَالَ : إِذَا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى, رَحْمَةَ اُمَّةٍ, قَبَضَ نَبِيَّهَا قَبْلَهَا, فَجَعَلَهُ لَهَا فَرَطًا وَسَلَفًا بَيْنَ يَدَيْهَا , وَإِذَا أَرَادَ هَلَكَةَ اُمَّةٍ عَذَّبَهَا وَنَبِيُّهَا حَيٌّ, فَأََهْلَكَهَا وَهُوَ حَيُّ يَنْظُرُ , فَأََقَرَّ عَيْنَهُ بِهَلَاكِهَا حِيْنَ كَذَّبُوْهُ وَعَصَوْ أَمْرَهُ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

444. Dari Abu Musa al-‘Asy’ari RA., dari Nabi SAW., beliau bersabda, “Apabila Allah berkehendak meurunkan rahmat kepada suatu umat, maka Allah mewafatkan Nabi-Nya sebelum ummat itu binasa, dimana Nabi itu dijadikan tambahan dan simpanan bagi ummat itu. Dan apabila Allah berkehendak menyiksa suatu umat, maka disiksanya umat itu di waktu Nabinya masih hidup supaya Nabi itu melihat dan merasa lega atas binasanya umat itu dikarenakan mendustakan dan mendurhakai perintahnya.” (HR. Muslim)

[1] . Lihat komentar terhadap hadits 206
[2]. Jamak dari kata ‘Naadhih’ , yaitu unta yang dimanfaatkan untuk membantu menggali sumber air serta pekerjaan-pekerjaan berat lainnya. Dan unta ini tergolong yang paling kuat
[3] . Kemurkaan dan ridha Allah adalah dua sifat-Nya yang mulia seperti rahmah, iradah dan sifat-sifat luhur lainnya. Dan seseorang tidak diperbolehkan untuk mentakwilkan kedua sifat ini dengan iradah Allah untuk menyiksa dan memberikan pahala, karena permasalahan ini menjadi perdebatan kaum salaf tentang hakekat sifat-sifat Allah. Untuk lebih jelas lihatlah komentar hadits nomer 17 dan 25.